"Kita seharusnya tidak tenggelam dalam kesedihan terus menerus. Kita harus maju. Arghi jangan khawatir tentang apapun, aku tidak berada di depan ataupun di belakangmu, tapi aku berada di sampingmu. Kita bisa berjalan bergandengan tangan untuk melewati jalan berbatu itu."
Arghi tahu bahwa dia memang bersalah di sini, pikirannya terlalu sempit seakan semua beban dunia berada di dunia. Mungkin Arghi sekarang tidak dapat melihat bagaimana keindahan, warna-warna, bentuk, bentuk akan lingkungan dunianya, tetapi itu tentu saja bukan akhir dari segalanya. Dia pastilah akan menemukan sesuatu yang lebih dari indah yang hanya bisa Arghi rasakan dengan inderanya yang lain.
Arghi meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak sendiri, ada Galant di sisinya. Dia tidak akan melarikan diri lagi dari masalah seperti seorang pengecut.
"Jangan lari dari hidupku, Arghi. Aku tidak mempunyai siapapun selain kamu."
***
"Kamu tidak ingin pindah di lantai bawah saja?" Galant bertanya pada dirinya saat mengantarkan segelas air di atas nakas, Arghi mengetahui dari suaranya yang berderak saat diletakkan. Arghi merasakan sebuah sentuhan di lengannya dari tangan hangat yang menyentuhnya.
Arghi memikirkan, dia mungkin akan terus merepotkan Galant jika tetap keras kepala atau bahkan kejadian buruk itu akan terulang kembali dan Arghi benar-benar akan tiada meninggalkan Galant sendirian. Dia menyadari pindah ataupun tidak semuanya sama saja, Galant tidak bisa melihat perbedaannya.
Walaupun kamar balkonnya adalah sudut rumah yang paling Arghi suka setelah kolam ikan di halaman tapi apa gunanya sekarang, jika Arghi tidak bisa lagi melihat keindahan laut di kejauhan dari balkonnya.
Setelah hening yang panjang Arghi mengangguk dan 'merasakan' senyum mengembang dari Galant yang langsung dia berkata, "Baiklah kalau begitu, aku akan membereskan kamarnya. Aku telah memesan makanan dan itu masih sangat hangat, kita akan makan di bawah bersama."
Bersama? Itu adalah kalimat yang sepertinya sudah lama tidak Arghi dengar kembali setelah banyak kejadian yang menguras emosi serta waktunya beberapa hari ini. Dia dan Galant telah berbaikan dan dengan makan bersama akan membuat suasana di antara mereka akan semakin membaik dan Arghi berharap ini adalah awal dari segalanya untuk ke depannya menjadi lebih baik.
Arghi tidak sempat membuka mulutnya untuk menanggapi apa yang telah Galant katakan sebelumnya karena Galant sudah lebih dahulu untuk menyeret Arghi keluar dari kamar.Galant dengan perlahan menuntun Arghi dengan sangat perlahan dan kesabaran yang dimiliki Galant untuk menuruni tangga, yang sebenarnya Arghi sendiri bisa melakukannya seorang diri.
Galant menggiring Arghi untuk duduk di meja makan dan Arghi tidak tahu mengapa Galant tampaknya menjadi sibuk seperti ini, Arghi ingin Galant tetap seperti biasanya dan Arghi tidak menginginkan perhatian berlebihan seperti ini apalagi kali ini Galant telah menyebarkan sapu tangan di pahanya dan juga suara-suara denting benda keramik di hadapan Arghi menjelaskan semuanya bahwa Galant menyiapkan apa yang akan di makan Arghi selanjutnya.
Arghi menarik napas perlahan dan mencium aroma makanan yang berada di hadapnnya ini dan dia sudah menebak menu apa yang tersaji di sana, lewat aroma yang menguar di hadapannya. Dia mendengus dengan lengkungan yang terbit di sudut mulutnya.
Galant tertawa renyah memenuhi ruang dan Arghi menyesali diamnya akhir-akhir ini. Dan berharap semuanya akan berjalan normal terlepas dari dia bisa melihat ataupun tidak.
"Ini semua makanan kesukaan Galant," dengus Arghi geli.
"Memang," kata Galant enteng.
Arghi meraba perlahan untuk mencari segelas air dan betapa al kecil seperti ini begitu merepotkan bagi Arghi untuk meminta bantuan orang lain. Arghi telah menggapai gelas itu di dekatnya, tetapi juga dia memegang jemari lain di dalam genggamannya dan Arghi tanpa sengaja telah meraih gelas yang salah.
"Ini air minummu, Arghi. Sebelum makan kamu pasti minum segelas air lebih dahulu, kan?" suara Galant memecah kecanggungan yang terjadi yang dirasakan langsung oleh Arghi. Dia tidak tahu Galant akan memperhatikan hal kecil seperti itu. Galant biasanya menjadi orang yang tidak memperhatikan dan mengabaikan hal-hal tidak penting di sekitarnya.
Arghi mengangguk dan mulai menegak air hingga tandas. Mereka makan dengan keheningan, tidak ada yang berani membawa percakapan tentang ayahnya. Tapi suasana kali ini lebih ringan daripada sebelumnya.
"Arghi, kamu pakai parfum baru?" tanya Galant tiba-tiba membuat Arghi mengerutkan alisnya bertanya.
Arghi bahkan tidak memikirkan untuk memakai parfum apapun hanya menggunakan sabun dan shampo seperti biasanya. Maka, Arghi langsung menjawab sambil dia mengendus udara, "Tidak, aku tidak menggunakannya. Memangnya ada apa?"
"Baumu menguar ke mana-mana mulai dari kamar hingga sampai di sini memenuhi udara. Ini sangat baru dan aku belum pernah mencium aroma parfum seperti ini sebelumnya."
Hah? Arghi cepat-cepat mencium dirinya sendiri, tetapi dia justru tidak mencium apapun itu. "Aku tidak mencium apapun?"
"Tidak?"
Arghi mendengar suara kursi di seberangnya yang diseret ke belakang dan dia terkesiap seketika memundurkan kepalanya saat tiba-tiba saja Galant sudah berada tepat di depan wajah Arghi ketika dia merasakan hembusan napasnya pada permukaan wajah Arghi.
"Ini jelas berasal darimu dan kuat," kata Galant dengan suaranya yang rendah. Arghi merasa sangat aneh dengan posisi mereka saat ini apalagi ketika Galant semakin mendekat mengendus leher Arghi dengan terang-terangan seperti ini, membuat Arghi malu luar biasa di endus Galant dengan cara aneh ini. Jelas Galant sepenuhnya telah berada di atas meja, menaiki meja makan sekarang.
"Galant, apa yang kamu lakukan?" Arghi mendorong Galant menjauh darinya, dengan wajahnya yang menghangat, setelah dia merasakan benda basah menempel di perpotongan leher Arghi sebelumnya.
Suara tarikan kursi kembali datang dan juga Arghi telah terbebas dari Galant kemudian dia menghembuskan napasnya yang tidak sengaja dia tahan.
"Maaf, Arghi. Ini aneh, kamu tidak bisa menciumnya sama sekali, tetapi parfummu telah memenuhi rumah ini seolah kamu memakai sebotol parfum. Itu sudah jelas berasal darimu." kata Galant yang Argi bisa dengar dia tampak menyesal telah melakukan tingkah anehnya sebelumnya.
"Aku tidak memakai parfum apapun, Galant. Bagaimana bisa?"
"Aku juga tidak tahu, ini dimulai sejak pagi tadi. Awalnya ini sangat tipis, tetapi semakin lama aromamu semakin menguat. Ini mengganggu."
Mengganggu? Galant terganggu dengan apa yang tidak bisa Arghi menciumnya dan Arghi merasa sangat bersalah mungkin dia harus secepatnya kembali ke kamarnya dan mandi lebih lama lagi serta menggosok tubuhnya lebih kuat lagi.
"Tidak, bukan mengganggu seperti itu, Arghi. Ini membuat aku sedikit, maksudnya ini membuat aku seperti batu, bukan maksudnya ini-,"
"Kita harus makan dulu, Galant. Setelah ini aku akan mandi," sela Arghi memotong ucapan Galant dan dia tahu, kali ini Galant bersikap aneh dia berbicara dengan kata-kata yang terpotong-potong seperti tadi, dia juga merasakan kegugupan yang dialami oleh Galant sekarang ini hanya terasa aneh bagi Arghi.
"Bukan mengganggu seperti itu, Arghi. Ini sebenarnya menenangkan, segar seperti di hutan, seperti hujan dan sesuatu yang lain yang tidak bisa aku katakan dengan kata-kata. Tetapi hanya saja sepertinya ini membuat aku aneh dengan hanya menciumnya."
"Aneh?" tanya Arghi membawa rasa penasarannya datang.
Galant tidak langsung menjawab, tetapi pada akhirnya dia mengatakannya. "Membuat bagian bawahku terasa sakit, Arghi."