"Maaf, aku sungguh merepotkan. Lain kali aku yang makan di dapur saja," lirih Gisela yang berpura-pura menyalahkan diri sendiri, demi mencari perhatian anak dan kedua mertuanya.
"Cukup," pekik Martin
Semua menjadi hening mendadak.
Gisela langsung tertawa dalam hati, aksinya ternyata berhasil membuat kedua mertuanya kini ada di pihaknya.
"Waktunya makan, bukan ribut. Jika mau dia makan siang bersama dengan kita, panggil ke sini dan bukan bersembunyi di dalam kamar dengan membuat dirinya terasa di zolimi oleh kita. Sikap istri macam apa si Agnes itu, tidak ada etika saja," cercah Martin yang geram dengan suasana makan siang yang terganggu karena ulah Roy yang membahas soal Agnes yang seolah-olah telah di zolimi oleh mereka berdua dan Gisela.
Roy langsung berdiri dari tempat duduknya, untuk memanggil Agnes untuk makan bersama-sama. Bagaimana pun ia harus adil dalam masalah ini.
Roy berdiri berapa menit di depan pintu kamar dengan menarik nafas panjang.
"Nes, kamu di dalam kah?" tanya Roy yang hendak membuka pintu kamar
Hening
Roy langsung masuk ke dalam, untuk membujuk istrinya tidak marah lagi dan mau makan bersama-sama. Untuk menujukkan diri sebagai istri yang bersikap lapang dada dan elegan.
"Nes, kamu di mana?" tanya Roy yang melihat sekiling kamarnya. Kemudian berjalan kearah pintu kamar mandi.
Tok tok tok tok
Roy mengetuk pintu kamar berapa kali dari luar.
Agnes yang di dalam kamar mandi yang sudah mengenakan jubah handuk. Langsung melilitkan handuk di atas kepalanya. Kemudian baru membuka pintu kamar.
"Ada apa mas?" tanya Agnes yang heran melihat suaminya di dalam kamar. Seharusnya makan siang dengan meriah bersama mantan istri pertama. Bukannya ke dalam kamar mencarinya.
"Makan bersama-sama yuk. Aku tunggu di ruang makan!" ucap Roy yang mengandung nada memerintahnya.
"Tidak perlu Mas, aku sudah makan, kalian makan saja tanpa aku. lagian aku sudah terbiasa dan tidak akan marah lagi," balas Agnes yang duduk di depan meja rias dengan mengeringkan rambutnya yang masih basah.
"Tapi kamu istri aku, tidak pantas kamu makan duluan sebelum suami makan. apa kah tidak paham itu?" protes Roy dengan nada marahnya.
"Oh istri, kok aku baru sadar status aku di sini adalah istrimu. aku kira selama ini aku adalah babu di rumah ini," cibir Agnes dengan nada menyindirnya kepada Roy. atas prilaku yang tidak menyenangkan yang ia terima selama menjadi istri di rumah ini.
Roy Mengeraskan rahangnya dengan berusaha bersabar menghadapi sikap kekanak-kanakan Agnes yang menurutnya selalu mencari pertengkaran demi pertengkaran di kehidupan rumah tangga yang mereka bina saat ini.
"Ya udah, nanti aku turun. Sekarang mas temani mereka makan dulu! Aku mau pakai baju," ucap Agnes yang mengusir.
"Pakai baju yang lebih baik dan rapi, jangan daster meluluh. Apalagi daster bentuk kelelawar yang sungguh merusak mata," protes Roy dengan keseharian pakaian Agnes yang selalu seperti itu. maka tidak heran di kira sebagai pembantu oleh rekan bisnis dan mantan istrinya. saat bertamu ke rumahnya untuk berapa hal.
"Mas, aku tidak punya baju bagus."
"Ngapain saja uang yang aku kasih selama ini. Kenapa bukannya beli baju?" pekik Roy dengan suara keras, yang protes atas uangnya yang selama ini di kasih ke Agnes.
Agnes menatapi suaminya dengan tatapan tidak percaya.
"Masa tidak sanggup beli baju baru sehelaipun," lanjut Roy dengan cibirannya.
"Uang katamu mas, apa kau pernah kasih aku uang lebih. Selain uang belanja makanan di dapur? Aku bahkan harus berhemat-hemat untuk mengatur pengeluaran yang tidak sepadan dengan uang yang mas berikan. Sebulan satu juta, bisa beli apa mas? Listrik, air, deterjen, lauk setiap hari. Bahkan bedak saja aku tidak mampu beli dan harus di kasih sama pembantu yang kerja di sini," cercah Agnes yang geram dan habis kesabarannya.
Roy mengusap wajahnya dengan kasar, ia menjambak rambutnya. Karena hampir saja ia menampar istrinya yang sudah berani protes kepadanya soal keuangan.
"Jangan banyak alasan, kebutuhan lain sudah aku kasihkan ke ibu."
Agnes hanya bisa senyum lirih. Jadi selama ini ia di bohongi ibu mertuanya dengan alasan ini itu.
"Kalau memang benar, kenapa ibu harus minta ke aku? Mas tanya saja orang indomaret, mereka tahu apa yang aku kerjakan selama tujuh bulan ini. Tanya sama orang warung sekitar juga, ngapain aku bohong. Apa untungnya," pekik Agnes yang tidak terima di tuduh sama suaminya sendiri soal keuangan.
"Aku tidak mahu tahu, pokoknya kau turun ke bawah dan masalah ini akan kita bahas malam atau besok!" perintah Roy yang keluar dari kamarnya dengan membanting pintu kamar dengan kuat.
Agnes melempar handuknya ke kursi dengan amarah memuncak. Puas melampiaskan amarahnya, Agnes menganti pakaian dan memakai pakaian yang sedikit lebih baik daripada daster. Hanya dress motif bunga berwarna cream yang sudah kusam dan mengikat rambutnya ke atas secara asal-asal.
Agnes turun ke lantai satu dan melihat semua tatapan tidak suka tertuju padanya. Matanya melirik satu tempat yang kosong dengan kursi plastik merah yang sering di gunakan para pelayan yang biasa makan di dapur.
"Aku ini istrimu atau pelayan?" batin Agnes kembali mengeram.
"Cepat duduk, jangan hanya berdiri saja!" protes Martin yang tidak suka melihat kehadiran Agnes yang menurutnya rusak mata.
Agnes berjalan ke arah kursi plastik merah. Saat ia hendak duduk, sebelah kaki Anna dan Gisela kompak menendang kursi tersebut menjauh sehingga Agnes langsung jatuh ke lantai.
Hati Agnes semakin membara, karena bokongnya terasa sakit. Ia berusaha berdiri dan menarik kursi tersebut untuk duduk lagi. sedangkan Roy memijit-mijit dahinya karena jengkel melihat kelakuan istrinya yang di luar biasa memalukan dirinya di depan Gisela dan kedua orang tuanya.
"Di rumah saja kelakuannya seperti ini, gimana kalau di luar?" cibir Anna yang membuka suara menyindir Agnes.
"Sudah Bu, mungkin dia tidak terbiasa duduk di kursi para pkl. Sehingga ia terjatuh, harap di maklum. Kan selama ini duduk di kursi elit," timpal Gisela yang memanggil ibu Roy dengan kata ibu.
"Cukup," perintah Roy yang sudah kehabisan emosi.
"Inilah alasan aku tidak suka, tante Agnes makan bersama kita. Pasti akan membuat suasana makan siang jadi hilang selera," sambung Rose yang meletakkan piring dan garpu.
Tiba-tiba Roy membanting piring ke lantai yang berisi makanan yang di masak oleh Agnes dengan keras.
Suara keras yang memekakkan telinga. Membuat Agnes yang baru mencicipi masakannya terlonjak kaget. Hingga ia tersendak makanannya.
Huk huk huk huk huk