Chereads / Weak Warrior / Chapter 1 - Prolog

Weak Warrior

🇮🇩NutForShell
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Tahun 2133 Masehi.

Mungkin kalian berpikir di tahun ini adalah zaman dimana manusia telah menciptakan sebuah robot kucing yang memiliki kantung ajaib. Tapi itu tidaklah benar. Dunia saat ini bukanlah dunia yang seperti kalian bayangkan dimana teknologi dan peradaban sudah sangat maju, orang-orang sudah bisa pulang balik ke bulan sesuka hati mereka. Bisa dibilang semua itu hanyalah mitos dan cuma khayalan semata. Sebaliknya, latar dari cerita ini berada di zaman Feodal. Kesampingkan hal itu, kita akan memasuki cerita yang sedikit membosankan ini. Tapi sekedar mengingatkan, cerita ini bukanlah sebuah cerita mengenai pembalasan dendam. Hanya cerita mengenai Persahabatan dan Percintaan. Yap, benar-benar cukup membosankan.

~~~~~~~~~~~~

Di suatu hutan rimba yang lebat, beberapa remaja terlihat sedang memperhatikan seekor binatang yang berukuran besar. Mereka diantaranya 2 pria dan 2 wanita, terlihat memakai pakaian yang sedikit mencolok. Masing-masing dari mereka memegang sebuah senjata.

"Rai !!! cepat ambilkan busurku !!" salah seorang gadis diantara mereka berteriak di atas pohon. Gadis itu memiliki tinggi sekitar 163 cm memakai jaket kulit berwarna coklat tapi ada sedikit corak merah di bagian lengannya, memakai celana rok berwarna abu-abu. Umurnya sekitar 16 tahun, rambutnya kuning panjang yang dikuncir kuda. Kulitnya kuning langsat. Dipunggungnya terdapat sebuah tabung kecil yang berisikan banyak anak panah.

"Iya..iya tunggu !... Ya Ampun '(Berisik sekali)". Kata seorang temannya yang menjawab perintah gadis tadi dengan nada mengeluh. Pria itu tingginya sekitar 174 cm. Memakai pakaian Jaket hijau berbahan karet tapi agak lusuh, kulitnya sawo matang, dan memakai ikat kepala berwarna merah. Memakai celana panjang berwarna biru navi, rambutnya hitam pendek dan tubuhnya agak kekar. Di tangan kirinya sedang memegang sebuah kapak besar dan panjang tapi desainnya sedikit kuno.

"Sstt....!! Yuni.. diamlah ! Nanti Kambingnya kabur." Kata Seorang gadis lainnya yang berada dibawah pohon sedang memegang sebuah tongkat. Gadis itu agak pendek tapi hampir setinggi dengan temannya Yuni, rambutnya berwarna biru cerah sampai menyentuh bahunya. Pakaiannya hampir sama dengan Yuni, cuma warna celana roknya yang berwarna ungu"

"Hehehe.. maafkan aku, Lina." Kata Yuni sambil menggaruk belakang kepalanya. "Ravi !! aku sudah siap !!."

"Oke. Tunggu aba-abaku...!" Kata seorang pria bernama Ravi. Dia terlihat biasa-biasa saja. Tingginya sekitar 170 cm hampir setinggi dengan Rai. Rambutnya berwarna merah gelap, beracak-acakan dan terdapat goresan seperti cakaran ayam di pipi kirinya. kedua tangannya memegang sebuah tombak. Saat ini dia sedang memperhatikan seekor kambing yang berukuran mobil truk. Kambing berwarna putih bercorak hitam di sekitar punggungnya. Tanduknya melengkung ke belakang.

"Ravi ! kau yakin ini adalah binatang yang dicari oleh Pak Kades ?" Tanya Rai yang agak ragu.

"Aku sudah yakin, ini adalah binatang yang mengganggu pertanian desa. Seperti yang tertulis di kertas misi, dia memiliki banyak bercak hitam di punggungnya. Itu sudah pasti hewan ini" Kata Ravi yang sudah sangat yakin dengan pendiriannya.

"Baiklah, aku siap kalau begitu. Pertama, aku akan mulai mengincar kakinya, segera memotong lehernya, lalu menebas perutnya. Kemudian mengiris dagingnya, lalu kupanggang, dan kuberikan bumbu saus kecap dan sambal cabai di seluruh dagingnya. Dan memakannya bersama dengan nasi hangat...glek ! terlihat lezat bukan hehehe !" Rai sudah siap membunuh kambing tersebut akan tetapi niatnya itu hanya untuk mengutamakan perutnya.

"Gkh...jorok..!.Kau ini.. lihatlah ! air liur mu sampai menetes." Kata Ravi yang mengeluh melihat tingkah Rai.

"Hhihi. Seperti biasa kau lebih mementingkan makanmu dulu, Rai". Lina hanya tertawa kecil sambil melihat mereka berdua.

"Kalian ini menyuruhku diam padahal kalian sendiri yang ribut dibawah.." Kata Yuni mengeluh sambil membidik Kambing besar itu. "Oh iya, koki kita kemana ? bukankah dia juga ikut ."

"Dia kembali mengambil senjatanya dan juga barang-barangnya." Kata Ravi sambil mengasah ujung tombaknya.

"Bagaimana kau bisa tahu itu ? Bukankah dia...." Tanya Yuni yang langsung membantah Ravi.

"Seperti biasa dia hanya memakai bahasa tubuh, lebih baik kita memulainya saja tanpa dia." Jawab Ravi dengan wajah yang simpati.

"Begitu yah. Kalau diingat-ingat kembali bukankah ini sudah 6 bulan kita bersamanya sejak menjalankan misi pertama kita dari akademi ?" Tanya Lina sambil memasang wajah sedih.

"H-haha kau benar, itu mengingatkanku kembali sejak pertama kali bertemu dengannya. Sayangnya dia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang pendekar." Kata Yuni.

"Sejak awal dia memang bukan pendekar tapi berkat dia, kita bisa dengan cepat menyelesaikan misi terakhir kita." Kata Ravi.

"Yah, walaupun begitu dia adalah koki terbaik kita. Berkat dia juga kita tidak perlu ke rumah makan dan kita bisa menghemat uang kita." Kata Rai sambil melakukan persiapan dengan kapaknya yang besar.

"Baiklah. Mari kita mulai saja berburunya. Setelah itu, kita akan memberikan bahan makanan ini untuk dia." Kata Ravi yang langsung berdiri bersiap untuk menyerang kambingnya.

"Hehe dia pasti akan senang saat kita membawakan ini kepadanya". Lina tertawa kecil sambil membayangkan ekspresi si koki.

"Sayangnya misi kali ini Si Koki tidak akan jadi umpan seperti di misi sebelumnya. Baiklah ! mari kita gunakan formasi 1-1-2 ..! Lalu Rai akan melancarkan serangan terakhir. Kalian mengerti ?"

"Roger !!''

''Siap !!''

''Dimengerti !!''

Semuanya mulai memasang wajah serius dan mulai memperhatikan kambing besar itu. Ravi mulai bersiap-siap memberikan aba-aba, ''...Gassssss !!".

"Tamparan Petir Menyambar Pohon''. Yuni membaca mantra untuk mengeluarkan jurusnya. Seketika busur panahnya mengeluarkan cahaya biru yang menyilaukan mata, kemudian mulai berkumpul di ujung anak panahnya, lalu meluncur ke arah kambing raksasa itu.

Kambing yang tadinya makan dengan tenang, langsung menyadari keberadaan mereka dan mulai berlari menyerang mereka. Tapi kambing tersebut tidak dapat bergerak karena lehernya terkena tembakan oleh anak panah Yuni. Darah segar mulai bercucuran dari lehernya. Kambing mulai berteriak dengan suara mengerikan dan mulai berlari tak beraturan sambil memporak-porandakan pohon disekitarnya.

"Tidak akan kubiarkan !" Lalu Lina mulai mengeluarkan jurusnya. ''Penahan Ruang dan Waktu" Kambing tersebut langsung berhenti bergerak. Tapi jurusnya ini masih belum sempurna dan hanya bertahan dalam waktu 1 menit. Jadi hanya bisa disebut sebagai Jurus "Penahan Gerakan".

"Kalian berdua !! Cepatlah !!" Teriak Lina kepada Rai dan Ravi. Mereka berdua pun berlari menyerang kambing tersebut. Tetapi binatang tersebut menyadari keberadaan mereka. Dan tanduknya yang melengkung ke arah mereka berdua dan mulai mengeluarkan cahaya merah kehitaman. Sebelum pergerakan kambing itu berhenti memang posisi kambing tersebut sudah membelakangi mereka berdua dan sejak awal tanduknya memang melengkung kebelakang sehingga Ravi tidak bisa lupa menyadari hal ini. Cahaya tersebut dengan cepat menuju ke arah mereka.

"Gahh !! Gawat...!! Rai kau kanan aku ke Kiri !!"

"Baik !!". Rai langsung menuruti perintah Ravi.

Mereka langsung berpencar tapi sinar merah itu terlalu cepat untuk dihindari. Sinar itu mengarah ke kaki Ravi.

" Raviiiiiiiiiiiiii !!". Teriak Yuni dari kejauhan melihat Ravi terdesak.

" Gkhhhh !! Sangat cepat !!". Ravi hanya pasrah.

" Binatang Sialan !! kau benar-benar akan kumakan !!". Rai yang mulai jengkel mengeluarkan kapak besarnya dan "Hyaaaaattttt !!!!" "Wushhhhhh!!". Rai mementalkan serangan cahaya merah dari kambing itu. Serangan itu mengarah ke beberapa pohon dan akhirnya terbakar hangus dalam beberapa detik.

" !!....!!...!!...!!!" Semuanya terkejut melihat kejadian itu.

"Ravi bangunlah !! kita harus segera membunuhnya." Tegas Rai kepada Ravi.

"... Kau benar.. Maafkan aku !!". Kata Ravi dengan memasang wajah masam.

"Mbeeeeekkkkk...Groaarrrr!!" Kambing itu berteriak kembali dan sedikit demi sedikit mulai bergerak.

"...Hmpphhh !!" Lina yang menahannya dengan jurus Penahan gerakan yang belum sempurna.

" Kalian cepatlah !!" Teriak Yuni kepada Ravi dan Rai.

"Ayo Rai !!!"

"Itu kataku !!"

Mereka kembali berpencar dan segera menyerang belakang leher kambing itu. Darah segar makin banyak bercucuran dari lehernya tapi sinar merah mulai berkumpul diujung tanduknya, sebuah tanda bahwa kambing itu akan menembak mereka berdua, tapi, "Hwussshhhhhh" "Gyahhhhhhh!!"

Rai memotong tandung kambing itu. Tanduk yang sangat keras membuat mata pedang miliknya tumpul. Dan Ravi langsung menebas kedua matanya. "Gwoooooghhhh!!" Kambing itu kesakitan dan mulai bergerak perlahan-lahan.

"Mmmpphhhh..!! M-maaf a-aku ti..dak bisa menahannya lagi !!". Terdengar Lina yang sudah pasrah menahan pergerakan Kambing besar itu. Dan Kambing itu menjadi semakin liar karena kesakitan ditambah tidak bisa melihat.

"Rai.. Kakinya !!" Perintah Ravi kepada Rai.

"GyaAAAAAAHHHHH !!" Rai langsung menebas kedua kaki belakangnya dan Kambing itu terjatuh. Tapi kedua kaki depannya masih bergerak liar.

"Baiklah akan kulanjutkan." Kata Ravi lalu menusuk di beberapa bagian di tubuh kambing . Darah mulai bercucuran banyak. Kambing itu mulai lemas.

"Rai !!!!!". Ravi langsung berteriak. Rai otomatis menoleh ke arah Ravi.

"Last Attack !!!" teriak lagi Ravi. Lalu Rai membalasnya dengan senyum semangat.

"woOOOOOAAAHH...!!! Sayatan Angin Pembelah Batu !!" Dari belakang leher kambing itu, Rai langsung menebasnya dengan jurusnya. "Bretttsssss!!" Kepala nya langsung copot dari tubuh besarnya itu. Lehernya memang sangat keras karena kulit luarnya sangat tebal. Darah segar mulai bercucuran deras..

"Huffhh..hufhh !! Kita berhasil.." Ravi terlihat lelah mulai menyerukan tanda kemenangan.

"Yeayyyyy !!" Kita berhasil Lina berkat kau kita mengalahkan mereka." Kata Yuni sambil melompat turun dari pohon dan langsung memeluk Lina.

"A-apa yang kau katakan ? semuanya berkat mereka berdua." Lina langsung tersipu bercampur kesal kepada Yuni.

"Ya ampun. mereka berdua itu..hehe." Rai hanya tersenyum kecut melihat Lina dan Yuni dari kejauhan.

"Seperti biasa , Last Attack yang mengesankan kawan." Kata Ravi sambil menarik tangan Rai yang masih susah untuk bangun karena kelelahan. Lalu Rai merespon, "Kau ini.. tanpa supportmu , mungkin aku tidak akan bisa menebas lehernya."

"Hahaha Kau benar..!!". mereka langsung Tos menggunakan tinju mereka.

Lina dan Yuni langsung mendatangi mereka berdua. "Kalian berdua, sangat hebat !!"

"Benar, terutama jurusnya Rai...benar-benar sangat keren !!"

"Hehehe tidak juga !!" Rai tersipu menggaruk belakang kepalanya.

"Kalian berdua juga hebat. Kerja bagus !!" Kata Ravi yang juga sebagai Leader di kelompok mereka.

"Apa yang kau katakan, semuanya berkat Jurus Lina, ya kan ? heheeh.." Kata Yuni yang mulai menggoda dan memeluk Lina.

"Hmpphh.. Yuni ! kau ini selalu mengerjaiku.." Kata Lina yang ngambek sambil memasang wajah yang menggemaskan.

"Huahhhh imutt sekaliii !!" Yuni malah semakin memeluk Lina sampai dia tidak bisa bernafas.

"Kau benar. Tanpa jurus nya kita mungkin akan lebih sulit untuk mengalahkanya." Kata Ravi.

"Itu benar sekali !!" Rai juga ikut memuji Lina.

"Te—terima kasih !!" Kata Lina yang tersipu walau masih di dalam pelukan Yuni.

Tiba-tiba ada suara berisik dari semak-semak "KrsssSSSHHHHH". Mereka berempat yang masih kelelahan terutama Ravi dan Rai yang kakinya masih gemetaran setelah melawan kambing raksasa.

Mereka berempat mulai bersiaga menyiapkan senjata mereka.

"Apakah itu binatang liar ataukah..... ?" Tanya Yuni yang bersiap memegang busur panahnya.

"Syukurlah jika itu memang hanya binatang liar tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga ada di hutan ini seperti yang dikatakan oleh orang-orang desa." Tambah Ravi.

"Ti-tidak mungkin mereka juga ada disini..!!" Lina mulai panik sambil memasang kuda-kudanya untuk bersiap-siap.

"KKKKKKKRRSSSHHHHH" suara itu mulai mendekat.

Ravi dan lainnya mulai bersiap-siap memasang senjata mereka.

"Kalian semua !! bersiaplah !! lawan kita selanjutnya, mungkin saja... SILUMAN."