Yuni, Ravi dan Rai telah menyelesaikan urusan mereka dan kembali ke tempat si koki. Tiba-tiba langkah mereka pun terhenti melihat Lina yang juga ikut memasak bersama koki.
"H-hei ! sejak kapan mereka seakrab itu ?'' Tanya Yuni yang sedang memasang wajah bingung.
"E-entahlah. Tapi baguslah si koki mulai terbuka dengan kita!!" kata Ravi yang masih tidak percaya.
"Aku lapar !!" Rai hanya memegang perutnya tanpa menghiraukan perkataan mereka.
"Si Lina itu, tadinya dia sendiri yang melarangku membantu si koki tapi ujung-ujungnya dialah yang menikungku, h-haha !" bercampur kesal Yuni hanya tersenyum tapi senyuman itu adalah senyuman bagaikan iblis.
"Aku tidak percaya jika kau membantunya, kau hanya menggodanya kan ?" Ucap Ravi.
"H-hahaha.."
"......."
Dari kejauhan mereka hanya menatap Lina dan si koki yang sedang memasak.
"Makanan apa yah yang akan dibuat oleh mereka ?" Tanya Rai.
"Kita tunggu saja nanti, makanan akan terasa lebih enak jika kita tidak mengetahuinya sebelum mencobanya kan ?''. Kata Ravi dengan sombong memegang pinggangnya.
"K-kau Jenius. Hhmm." Mendengar itu, Rai setuju dengan saran Ravi.
"..... sepertinya mereka membagi tugas untuk membuat makanan." Yuni dengan serius memperhatikan mereka.
"Selama ini si koki hanya memasak tanpa merasakan masakannya, bahkan saat memotong bahan makanan itu dia tetap memakai sarung tangannya." Yuni menambahkan.
"Tentu saja dia tidak akan mencoba makanannya, dia adalah seorang koki profesional. Jika kau berharap dia ingin membuka topengnya itu, sepertinya itu tidak mungkin." Ungkap Ravi.
"Sepertinya dia masih belum percaya dengan kita." kata Yuni
"Kita tidak perlu itu. Dia mungkin memiliki masalah di kehidupan masa lalunya. Yang terpenting kita harus percaya dengan dia." Kata Rai yang mulai ikut ke percakapan mereka berdua.
"Kau mungkin benar."
"Lina terlihat seperti mencatat sesuatu...apakah itu resep ?". Tanya Ravi yang penasaran.
"Bisa jadi. Mata Lina terus memperhatikan gerak gerik Si koki. Aku juga penasaran si koki sedang membuat makanan apa yah ?''. Tanya Yuni
"Kalau begitu kita tunggu saja sampai masakan mereka telah selesai.'' Ungkap Rai, langsung berbaring diatas rerumputan.
''Yah kita juga masih lelah setelah perburuan tadi.''Ucap Yuni.
~~~~~~~
Setengah jam mereka menunggu dan akhirnya makanan telah selesai dibuat oleh Lina dan si koki.
"...Gulp !!!''
''Glek !!''
''Krunyukkk !''
Ravi dan Yuni beberapa kali menelan ludah karena tidak sanggup melihat hidangan yang disajikan diatas meja kayu. Sementara bunyi perut Rai semakin besar dari sebelumnya.
Lina yang langsung menyadari Yuni, Ravi, dan Rai saat sedang mempersiapkan makan malam, segera memanggil mereka untuk makan. Rai yang sudah sangat kelaparan langsung berlari secepat angin menuju meja makan mendahului Ravi dan Yuni. Beberapa menit kemudian, akhirnya semua makanan dan minuman telah siap di meja makan dan mereka pun mulai makan.
"''''''''Selamat makan ~~!!'''''''''
"Supprrtttt !! Hmmm !!!? Ra-rasa ini jangan-jangan, ...Gulai Kambing ?!!" Yuni yang sedang mencoba kuah daging hasil buatan Lina, terkejut merasakan rasa yang nostalgia dari kuahnya.
''Kau benar, makanan ini bahkan lebih enak daripada di restoran bintang empat.'' Ravi pun ikut berkomentar.
''I-ini .... Ahhhhhhhh Maknyussssss!!''. Komentar Rai membuat Lina sangat kaget.
''Be-benarkah ? syukurlah kalau itu enak hehehe." Kata Lina dengan wajah yang tersipu.
''Eehh tunggu !! kau yang memasak ini Lina ?'' Yuni sambil memakan daging tidak percaya dengan itu.
''Hehehe.. aku yang memasaknya tapi aku masih harus belajar banyak lagi dari tuan Koki''. Lina yang tersipu mulai menyendok makanannya.
''Kau baru belajar tapi masakan ini benar-benar sangat enak ,ya kan Rai ?'' Tanya Ravi kepada Rai.
''Hmmppchhhfaf. Iwni bwenar-bwenyar nsyangat enakknmhmhh."Rai menjawabnya sambil mengunyah makanan di mulutnya.
''.....Uhhh hehehe. Terima kasih.'' Wajah Lina semakin memerah setelah mendengar perkataan Rai. Tapi ekspresinya diperhatikan oleh Ravi dan Yuni.
''(Hoohhh .. Jadi begitu)'' Keduanya pun, Ravi dan Yuni memikirkan hal yang sama.
''Teman-teman jangan lupa untuk memakan sayurnya juga, ini Rai juga makanlah hehehe !!'' Kata Lina yang menawarkan beberapa salad sayuran kepada Rai.
''hhmmpyyamhh mbaiklah akhan Kumakanmmhhpphh !!'' Rai tetap merespon Lina, lalu mengambil beberapa kentang untuk dimasukkan ke dalam mulutnya sehingga kedua pipinya terlihat membengkak.
"Hm hehehheh !! Dia terlihat seperti Tupai kan ?!'' Lina lebih memperhatikan Rai yang sedang makan daripada dirinya sendiri sehingga tercipta udara yang cukup menyesakkan dari keduanya.
Ravi dan Yuni yang sambil menikmati makanannya sangat memperhatikan kedua insan itu, terutama tingkah Lina. Terlihat seperti keberadaan mereka akan mengganggu hubungan mereka dan segera mundur sedikit dari meja makan.
''''(Tiba-tiba udaranya semakin panas disini)'''' sedang memikirkan hal yang sama, Ravi dan Yuni mulai mengipasi diri mereka dengan tangan mereka sendiri. Lina yang tadinya memperhatikan Rai yang sedang makan, langsung segera menyadari tingkah Ravi dan Yuni yang sedikit aneh dan akhirnya paham maksud dari perilaku mereka. Lina pun melanjutkan untuk makan sambil memasang wajah Tomat.
"Ja-jangan Lupa ini juga buatan dari koki !! cobalah sate ini !!" Untuk menutupi rasa malunya, dia langsung menawarkan sate kambing yang telah dibuat oleh koki.
Melihat sate yang ditawarkan oleh Lina, ketiganya langsung berhenti makan dan saling memperhatikan hidangan yang dibawanya.
''(Iโini !! Terlihat sangat enak, Tapi---)''
''(Bahkan dia bisa memasak makanan ini, seperti yang diharapkan oleh koki kita !! Tapi--)"
''(Sa-sate ?? Ternyata ini aroma panggang yang kucium sejak tadi . Uwaaahhh !! Kalau begitu aku harus memakannya. Tapi---)''
...................Mereka pun saling melirik.
"""Aku harus lebih cepat dan mengambil banyak sate !!!""" dan akhirnya persaingan pun diantara ketiganya, Ravi, Rai, dan Yuni dimulai !!!
"...???... hmmm ??" Lina mulai heran melihat reaksi mereka dan mulai melanjutkan untuk makan. Tapi...
"GAAASSSSSSSSSSSSSS !!" acara makan itu seketika berubah menjadi sebuah pertempuran untuk memperebutkan sate.
Dari kejauhan si koki terlihat sedikit mendesah melihat mereka.
Malam pun akhirnya tiba dan mereka pun telah selesai makan. Rai, Ravi, dan Yuni mulai menyiapkan perkemahan mereka tapi kepala mereka terlihat membenjol. Lina sambil mencuci piring mengeluarkan sebuah senyuman yang penuh dengan aura iblis. Sampai disini kita mungkin sudah mengetahui penyebab benjolan di kepala mereka.
Setelah beberapa menit, mereka telah menyiapkan perkemahan mereka. Ravi yang juga Leader dari kelompok mereka, sedang membuat api unggun. Tiba-tiba muncul si koki mendatangi Ravi.
"Tuan Koki ? Ada apa ?" Tanya Ravi lalu menghentikan aktivitasnya sementara.
"......?" Si koki hanya memberikan bahasa tubuh menunjuk ke sebuah wadah yang cukup besar.
"Apakah itu sisa-sisa daging tadi ?''
"......!" Si koki mengangguk.
"Hmmm .. Benar juga ya. Kata Lina kau juga sudah mengambil beberapa daging untuk bekal perjalanan kita."
Ravi langsung berpikir sambil meraba dagunya. Lalu, "Baiklah kita akan memberikan sebagian daging ini kepada orang-orang di desa."
",.....!!" Si koki mengangguk sambil melompat-lompat dengan semangat.
''Hahahaah baiklah kalau begitu kau sebaiknya istirahat , kau juga belum makan kan ?" Tanya Ravi kepada si Koki dengan wajah cemas.
".........." Si koki hanya mengangguk pelan. Dan kembali ke tendanya. Ravi pun kembali menyiapkan Api unggun.
Malam itu adalah malam yang cukup dingin karena mereka berada dibawah sebuah lembah yang agak cukup jauh dari desa. Itu adalah saat tengah malam. Suara jangkrik dan hewan-hewan malam lainnya bergabung menjadi suara yang ricuh. Tapi suara itu tetap menenangkan untuk tidur.
Dari dalam sebuah tenda yang lusuh keluar si koki dengan topengnya sambil membawa secangkir minuman hangat. Topeng itu seolah-olah bercahaya karena terpantulkan oleh sinar bulan purnama.
".......'' Si koki tanpa sepengetahuan teman-temannya, mulai berjalan menyusuri hutan. Sekitar beberapa ratus meter berjalan, akhirnya dia berhenti di sebuah lahan yang cukup luas tanpa dipenuhi banyak pohon. Di tengah-tengah lahan tersebut ada sebuah batu besar. Si koki lalu duduk sambil menyilangkan kakinya di atas batu besar itu sambil menaruh gelasnya.
Si koki lalu mulai menolah ke kiri, kanan, dan belakangnya. Tiba-tiba ada angin yang cukup kencang yang tidak diketahui asalnya dari mana sedang menerpanya. Sambil bersemedi, dia merasakan ada beberapa manusia dan makhluk lain yang sedang berjalan menuju ke tenda teman-temannya.
Lalu dia mengangkat kedua tangannya ke atas. Tiba-tiba muncul sebuah energi dari dalam tubuhnya dan energi itu membentuk suatu penghalang berbentuk kubus. Penghalang itu lalu dia tempatkan ke daerah dimana dia dan teman-temannya sedang berkemah. Sekarang teman-temannya dalam keadaan aman. Lalu si koki melanjutkan semedinya.
Hampir 1 jam dalam semedinya, si koki pun terhenti karena dihadapannya muncul sosok yang mengerikan. Itu adalah Siluman. Siluman Besar setinggi pohon dan berkepala kambing. Kambing itu mirip dengan kambing yang telah dibunuh oleh rekan-rekannya tadi sore. Di belakang punggungnya yang berbulu terdapat bercak hitam seperti yang dikatakan oleh kepala desa. Dan di dadanya tertanam sebuah benda seperti batu berlian tapi berwarna merah.
Tidak hanya siluman raksasa berkepala kambing. Ada juga kawanan siluman lain yang mendampinginya. Itu adalah jenis Hewan Mistis yang bernama "Orang Bati'', bertubuh kera dan memiliki sayap kelelawar. Kuku dan taringnya panjang. ''Growwwwaaaaarrrrr'', ''Kikkikikkikkikkikkiikk''. Ada sekitar 5 orang bati dan 1 siluman berkepala kambing berada di hadapan si koki.
Si koki langsung berdiri dari tempat dia bersemedi diatas batu besar. Dia hanya terdiam melihat siluman-siluman ingin membunuhnya dan ''Bruuuuuuuuwwwwwwssshhhhhhhhhh''. Si koki pun dikeroyok oleh banyak siluman. Hewan-hewan malam di sekitarnya pun kabur karena ketakutan. Pertempuran itu tidak diketahui oleh teman-temannya karena si koki telah membuat sebuah penghalang.
~~~~~~
Keesokan paginya,
Pagi itu sangat cerah. Daun-daun di pepohonan masih terlihat lembab karena embun pagi. Berbagai jenis burung saling bergantian bernyanyi. Di dekat tenda itu terlihat seseorang sedang memasak.
''Pluuuuuiiiiiiiiitttttt !'' Suara air yang sudah mendidih dari sebuah teko besi, menandakan bahwa waktunya sudah untuk bangun bagi kelompok pendekar itu.
''Huaaaammmm !! Selamat pagi, tuan koki !!''. Yuni keluar dari tendanya dengan pakaian piyama yang sangat imut.
''Lina tukang tidur, ayo cepat bangun !!.'' Yuni segera membangunkan Lina. Tenda itu memang agak cukup besar untuk muat 2 orang. Sedangkan tenda laki-laki berukuran lebih kecil karena hanya muat untuk 1 orang saja.
''Hmmmpphh (endus-endus) !! aroma yang sangat nikmat !'' Rai pun akhirnya bangun sambil mengusap-usap mata dan juga perutnya. Dia pun segera menuju ke koki. Tapi ditahan oleh Ravi yang sudah lebih dulu muncul dibelakangnya.
''Lihatlah wajahmu dulu, ada banyak bekas air liur. Pertama-tama, cucilah mukamu terlebih dulu dasar jorok !!'' Kata Ravi dengan nada mengeluh.
''..........'' Si koki hanya mengangguk menanggapi mereka.
Yuni dan Lina kembali dari sungai dan segera menuju ke koki untuk membantu menyiapkan sarapan.
''Berikan Teh dan Roti itu padaku, tuan Koki !!'' Yuni menawarkan bantuan kepada si koki.
''...........'' si koki mengangguk sekali dan memberikan teh hangat dan roti yang telah dipanggang kepada Yuni.
''Uwahhhh Terlihat sangat lezat ๐ !! ". Yuni masih kagum dengan sarapan yang dibuat oleh si koki, kemudian segera menaruhnya di atas meja makan.
''Tuan koki, apakah ada yang bisa aku bantu ?'' Lina juga ingin membantu si koki. Lalu koki pun memberikan sendok wajan kepada Lina.
''.........''. Si koki pun memberikan petunjuk cara menggoreng dengan benar kepada Lina. Si koki sebelumnya menggoreng beberapa irisan daging kambing.
''Apakah sekarang dagingnya sudah bisa dibalik ?'' Tanya Lina kepada koki yang masih memperhatikannya.
''.......'' Si koki pun mengangguk. Dan Lina pun membalik sisi daging yang belum digoreng. Tapi, Lina terkena cipratan minyak dan mengenai tangan mulusnya.
''Awwwwww....!!!'' Lina terlihat agak kesakitan. Tapi si koki langsung mencelupkan tangan Lina ke dalam sebuah ember yang berisi air sungai yang sejuk. Sakit ditangannya pun langsung reda. Lina pun melanjutkan pengorengannya. Terkadang memasak itu terkadang agak sulit tapi juga agak mudah untuk dipelajari, yah tapi semuanya hanya tergantung dari orangnya.
Setelah beberapa menit, mereka pun akhirnya sarapan. Lalu mempersiapkan barang-barang mereka untuk kembali ke desa.
'Baiklah, mungkin hanya itu saja, pastikan kita tidak meninggalkan jejak di hutan ini. Kita akan membuang sampah-sampah di sebuah penampungan sampah di desa nanti."
"Kalau begitu..."
Gassssssssssssssssss .....
Kelompok mereka akhirnya segera berangkat meninggalkan hutan itu. Rai membawa kepala kambing untuk diberikan ke kepala desa sebagai bukti bahwa misi mereka selesai.
Butuh sekitar 1 hari perjalanan agar bisa sampai ke desa. Si koki membawa alat-alat memasaknya di dalam sebuah tas punggung besarnya. Sedangkan Ravi membawa alat-perkemahan. Dan untuk para gadis, mereka membawa senjata-senjata. Sebuah kelompok yang sangat kompak untuk bisa bertualang bersama mereka.
1 hari kemudian mereka akhirnya sampai di desa. Sudah hampir malam. Mereka pun yang sangat terlihat kelelahan, mulai berjalan pelan memasuki gerbang desa.