Mereka pun yang sangat terlihat kelelahan, berjalan pelan memasuki Desa. Sebuah daerah yang terletak diatas sebuah gunung. Desa ini Bernama Desa Ujung Tanah. Ada sekitar 110 rumah, dengan jumlah penduduk sekitar 300 lebih orang , dan tempat hiburan kecil di desa ini.
''Huuuhh, aku ingin segera mandi .." Yuni saat ini terlihat lesu berjalan dengan membawa senjata yang sangat berat.
''Humm aku juga." Lina merespon keluhan Yuni.
''Mandilah sepuas kalian, tapi sebelum itu kita harus menemui kepala desa dulu.'' Ravi menyarankan kepada teman-teman kelompoknya.
Rai tetap berjalan sambil memegang perutnya. ''Tuan koki, setelah ini tolong buatlah makanan !!''.
Tapi si koki juga terlihat sangat kelelahan. Tangan dan kakinya gemetaran dan "Bummmmm !!'' Si koki pun terjatuh tertindih dengan tas besarnya.
''H—haha.. Sepertinya kita memang harus istirahat dulu.'' Melihat rekan-rekannya sangat kelelahan, Ravi pun memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu.
''Rai, koki kita sangat kelelahan, sebaiknya kita makan di Bar saja.''
''Baiklah, asal aku bisa mengganjal perutku ini.'' Mau bagaimana lagi, Rai hanya bisa pasrah setuju dengan saran dari Ravi.
''Yuni dan Lina, carilah penginapan untuk kita ! lalu kita akan makan di Bar sana.'' Perintah Ravi kepada 2 gadis di kelompok mereka.
''Oke~~'' Saking lelahnya, Yuni bahkan sulit merespon Ravi. Mereka berdua pun berjalan mencari sebuah penginapan untuk mereka.
''Lalu kalian berdua.....Hadeh~~!!''. Melihat Rai dan si koki sudah tidak sanggup berjalan, hanya bisa mendesah. "Rai... kau bisa menaruh kepala kambing itu disini. Lalu bawa koki kita serta barang-barangnya ke Bar.'' Perintah Ravi kepada Rai.
''Lalu kau akan pergi kemana ?'' Tanya Rai yang sedikit penasaran dengan Ravi
''Aku akan menemui Kepala desa dan membawa kepala kambing ini untuknya.''
''Baiklah, kalau begitu aku pergi !'' Rai pun pergi ke Bar meninggalkan Ravi sambil menggendong koki dan merangkul tas bawaannya.
''..............'' Si koki tidak sadarkan diri hanya pasrah digendong bagaikan seorang tuan putri.
Ravi pun mulai berangkat dan, "Huuupppp.... AAAHH !!! APA INI ? INI SANGAT BERAT !!''. Ravi mulai berjalan menuju ke rumah kepala desa dengan mengangkat Kepala kambing yang sangat berat. Dia berjalan dengan kaki yang terhuyung-huyung.
Sementara itu di kamar mandi di sebuah penginapan desa., terdapat 2 gadis yang masih dalam masa pubertas sedang memanjakan kulit mereka. Itu adalah kamar mandi yang cukup luas tapi desainnya cukup kuno jika dibandingkan dengan kamar mandi di kota-kota besar. Tapi penginapan ini cukup mampu untuk memfasilitasi kamar mandinya dengan kenikmatan air panas.
''Haaaaaaahhhh..~~~ ini Surgaaaa~~~". Terlihat Yuni sedang berendam di dalam bak mandi sambil mengusap bahunya dengan air panas. Kulitnya seputih salju nan mulus hampir tertutupi oleh uap air panas. 2 Gunung Yuni yang masih dalam pertumbuhan, mengapung di atas air bak seolah-olah juga ikut bahagia menikmati air panas.
''Yuni, tolong geser sedikit..!''. Lina yang tadinya selesai menggosok tubuhnya, kemudian ikut masuk ke bak mandi. Air dari dalam bak mandi langsung keluar beberapa kubik bagaikan air mancur Niagara.
"Huaaahhhh ini benar-benar mantaaappp !!'' Lina pun juga ikut merasakan kenikmatan surgawi. 2 gunungnya sedikit lebih kecil dari milik Yuni, tapi tetap saja itu tidak menurunkan poin keseksiannya.
Tapi senjata Lina sesungguhnya adalah 2 gunung raksasa yang terletak di bawah punggungnya. Gunung yang belum pernah dijamah oleh seorang pendaki manapun. Tapi diantara 2 gunung itu menampilkan sebuah lubang jurang yang akan membuatmu melupakan arti hidup.
''Awwwww...!!'' Tangan Lina kembali sakit saat lukanya akibat terkena cipratan minyak panas saat menggoreng, mengenai air panas.
''Hati-hati saat merendamnya. Pelan-pelan saja, Lina." Saran Yuni.
''Ba-baik..... hmmppphhh...!! Haaahhhh enak sekali !!''.
''Lina aku penasaran, akhir-akhir ini kau belajar memasak dengan tuan koki.'' Yuni masih penasaran mencoba memberikan beberapa pertanyaan kepada Lina.
''Uhhh ?? ehhh ?''. Respon Lina sangat imut mendengar pertanyaan dari Lina.
''Kenapa kau tiba-tiba ingin belajar memasak ?'' Yuni menyakan pertanyaan ini dengan wajah polos tapi kenyataannya dia hanya ingin menggoda Lina.
" Ahh anu itu.. kau tahu kan .. kita tidak tahu kapan koki kita akan sakit, jadi aku mungkin bisa menggantikannya memasak.'' Sebuah jawaban sempurna dari Lina membuat Yuni tidak bisa berkata-kata lagi. Apabila ini adalah salah satu soal ujian, maka Lina akan mendapatkan nilai 25 poin dari 5 soal ujian.
''K-kau mungkin benar. Tapi--- apakah kau yakin, hanya itu alasannya ?'' Wajah polos Yuni berubah menjadi seringai licik. Wajahnya semakin mendekati wajah Lina yang semakin gugup untuk menanggapinya.
''AAAA !!! ituuuuuu...te-tentu saja kan hanya itu alasannyaa !!''. Tidak ada lagi jawaban yang bisa diberikan kepada Yuni kecuali wajahnya yang memerah seperti tomat.
''Mwehehehe.....'' bibir sexy Yuni langsung menuju ke telinga merah Lina, lalu berbisik,
''Itu pasti Rai kan ?'' Dan Yuni pun melemparkan sebuah Bom.
''Aaaaaaaaa~~~~ !!!" Semua warna merah yang berkumpul di wajahnya meledak menjadi sebuah uap panas keluar di atas kepalanya. Lina hanya menutupi wajahnya yang tersipu.
''Kau tidak membantahnya, jadi itu benarkan ? Hehehe"
''UUUUUUuuuuuuuu.....berhenti menggodaku !!". Semakin banyak uap panas yang mengepul dari atas kepala Lina.
''Linaaaaaa !! Kau maniss sekaliiiii.. Hmmmm wangyy wangyy wangyy !!''. Yuni yang tidak tahan dengan keimutan Lina, segera melompat dan memeluknya di bagian punggungnya. Gunung besar Yuni pun ikut bergesekan di punggung Lina.
''Be-berhenti memelukku !!!''. Lina mencoba menyingkir dari pelukan Yuni. Tapi kekuatan cinta Yuni luar biasa kuat tidak dapat dia hindari.
''.....Jadi sejak kapan kau menyukainya ? Ayo terus terang saja kepada mbakmu ini !" Yuni terus menggodanya.
''Se—sejak kapan aku menjadi adikmu ?!''. Lina terus membantah tapi Yuni akan terus memberikan pertanyaan sampai Lina jujur kepadanya.
''Hmmm.. sepertinya waktu pertama kali aku bergabung di kelompok ini.'' Lina menjawabnya dengan nada pasrah tapi dia tidak dapat menutupi perasaan malunya.
''Ya ampun itu sudah lama sekali, bukankah itu hampir 2 tahun yang lalu ? Hebat juga kau bisa menahan perasaanmu selama ini.'' Yuni terkejut mendengar pernyataan dari Lina. Lina hanya meresponnya dengan mengangguk.
''K-kapan kau menyadarinya ?'' Lina yang masih tersipu malu bertanya ke Yuni.
''Aku menyadarinya saat makan malam kemarin. Kau terlihat sangat memperhatikan Rai saat dia mencoba makanan buatanmu. Disaat itulah aku mungkin sudah tahu alasanmu ingin belajar memasak."
''Guhhhh aku terlalu terbawa suasana.'' Lina menyesal karena tidak memperhatikan sekitarnya.
Lalu kembali bertanya, ''Apakah hanya kau saja yang menyadari ini ?''
''Sebenarnya saat itu, Ravi juga memperhatikanmu.'' Lagi-lagi bom dilemparkan kepada Lina.
''Le—leader juga tahu ?? Habis sudah...." Seketika nyawa Lina keluar dari atas kepalanya karena tidak sanggup menerima kenyataan. Memang Ravi dan Rai sangat akrab. Malah mereka saling support di setiap pertempuran.
''Tapi kau jangan khawatir, Bagaimana pun aku sudah lama mengenal Ravi. Dia tidak akan memberitahukannya kepada Rai. Aku jamin itu.'' Sambil mengedipkan sebelah matanya, Yuni mengacungkan jempolnya kepada Lina.
''S-syukurlah kalau begitu !!" Lina lega mendengarnya sambil kedua tangannya menyentuh dadanya.
''Tapi bagaimana dengan si koki ? Apakah dia juga tahu ?''. Yuni penasaran.
''Entahlah. Tapi sepertinya dia juga sudah mengetahuinya."
"Hehhhh....orang pendiam seperti dia ? Mungkin dia sangat peka dari kelihatannya. Aku jadi teringat waktu musim panas kemarin, Koki membuatkan es krim untuk kita. Dan saat Ravi sakit, dia membuatkan semangkuk bubur untuknya. Lalu saat kau menelan tulang ikan, dia langsung menyuruhmu menelan segumpal nasi, hehehe''
"....................'' saat mendengar penjelasan dari Yuni, Lina hanya terdiam.
''Dan juga saat itu..... Hmm ?? Ada apa Lina, kau tiba-tiba diam."
''Ahh tidak ! Aku hanya berpikir kau cukup tahu banyak soal tuan koki. Bahkan aku juga sudah lupa saat aku menelan tulang ikan waktu itu.''
''A—apa ? Kau jangan salah paham!!"
Mendengarnya, Yuni akhirnya sadar bahwa penjelasannya tadi hanya akan menimbulkan maksud lain. Dan wajah Yuni menjadi merah.
''Bu-bukankah itu hal yang wajar, untuk saling memperhatikan satu sama lain. Be-benar kita semua teman. H-haha." Lina hanya terdiam menatap Yuni.
"Kau benar. Sebagai teman kita harus saling memperhatikan satu sama lain." Dan Lina yang sangat begitu polos menerima jawaban Yuni.
"Ha-hahaha.. Benar kan ? (Sebaiknya untuk sementara waktu aku harus berhenti menggodannya )". Pikir Yuni.
"Seperti yang kau katakan, tuan koki memang sangat peka. Bahkan aku bisa dengan cepat memahaminya saat dia memberikan pelajaran memasak. Dia sangat mudah dipahami."
"Be-benarkah ? (Walaupun dia Bisu ?)" Yuni hampir tidak bisa percaya.
''Itu benar. Dia bahkan dengan cepat menegurku disaat aku akan membuat kesalahan. Dia benar-benar perhatian.''
(Wooww!!) "Be-begitu. Jadi akhirnya kita bisa tahu sedikit demi sedikit sifat si koki. Hehehe ini sepertinya menarik.'' Yuni langsung mengeluarkan senyuman iblisnya. Tapi Lina langsung menyadarinya.
"Ahh !! Kau ingin menggodanya lagi kan ?'' Dengan wajah kesal Lina menahan Yuni yang ingin menggoda si koki.
"Ha-haha tentu saja tidak." (Lupakan saja untuk menggodanya, jika tidak aku mungkin akan dibenci selamanya oleh Lina).
''Semakin panas disini."
"Kau benar, sebaiknya kita segera menyelesaikan mandi kita. Yang lain mungkin telah menunggu kita di Bar." Dan mereka pun sepakat meninggalkan kamar mandi.
~~~
Di tempat lain, akhirnya Rai telah sampai membawa Si koki dan barang bawaannya di sebuah Bar di pinggir jalan desa. Untungnya hanya sedikit pelanggan yang datang di Bar itu.
"Mbak!! Tolong saya pesan 3 porsi nasi gorengnya ditambah 3 paha ayam goreng. !!" Teriak Rai langsung memesan makanan kepada seorang pelayan wanita.
"Minumannya apa mas ?"
"Jus jeruk 2 gelas !"
"Kalau teman disamping mas, mau pesan apa ?" Si pelayan menunjuk ke temannya si koki yang masih setengah sadar.
"Koki, kau mau pesan apa ?" Rai bertanya kepada si koki sambil menggoyangkan pundaknya tapi Si koki hanya menggelengkan kepalanya.
"Teman saya tidak pesan, cuma itu saja mbak."
"Baiklah, kalau begitu silahkan di----," Lalu Rai memotong.
"Tidak pakai lama ya Mbak, soalnya perut saya sudah sangat keroncongan sejak tadi."
"Ba-baiklah, kami akan segera membawakan pesanan anda." Pelayan pun segera berlari ke dalam dapur.
".....,,.....!!.." Si koki akhirnya bangun.
''Ohh bagaimana perasaanmu ?" Tanya Rai sambil memegang bahu si koki. Dan dia meresponnya dengan mengacungkan jempolnya. Si koki pun beranjak dari kursi dan meninggalkan Rai.
"Ke toilet ? Nikmati waktumu." Rai masih memegang perutnya sambil menunggu pesanannya.
Beberapa menit kemudian, 2 pelayan datang membawa pesanan Rai.
"Maaf sudah menunggu !! Ini pesanannya, Mas !!"
''Ohhh terlihat lezat. Terima kasih yah mbak !"
"Silahkan dinikmati !!" Dan kedua pelayan itu pun meninggalkan Rai yang mulai menyantap makanannya.
~~~~~
Di sisi lain, Ravi telah tiba di rumah kepala desa sambil membawa kepala kambing.
"Huummppphhh !! Ahhh Beraaattnyaaa !!". Ravi lalu meletakkan kepala kambing itu di depan rumah kepala desa."
Sepertinya aku harus ke panti pijat setelah ini" sambil meraba-raba punggungnya, Ravi lalu berjalan ke depan pintu rumah Kades. Dan mulai mengetuk pintunya.
"Permisi !! Selamat Malam !!".
.................... Tidak ada respon. Ravi mulai mengetuk kembali.
"Permisi !! Pak kadessss !!! tolong buka pintunyaaa!! Ini saya Ravi." Beberapa detik kemudian, terlihat lampu telah dinyalakan dari ruang tamunya. Dan pak Kades muncul membukakan pintu rumahnya.
"Ravi !! saya tidak menyangka kau pulang secepat itu. Teman-temanmu yang lain kemana ?" Pak Kades dengan pakaian yang sedikit lusuh, di wajahnya terdapat sedikit keringat yang mengucur dari dahinya.
"Teman-temanku sekarang lagi istirahat. Kami baru saja tiba."
"Ja-jadi begitu ! Silahkan masuk dulu !". Pak Kades lalu mempersilahkan Ravi masuk. Dia menoleh kiri kanan lalu menutup pintunya kembali.
"Si-silahkan duduk ! akan kuambilkan minuman." Lalu pak kades masuk ke dalam dapurnya bersamaan dengan Ravi yang langsung duduk diatas sebuah kursi kayu tapi masih memiliki bantalan dari bahan kapas.
"Ahhh akhirnya bisa duduk. Uhhh Punggungku.!~~" Dengan perasaan lega Ravi mulai meregangkan punggungnya. Beberapa menit kemudian, Pak Kades kembali membawakan minuman untuk Ravi.
"I-ini minumlah, Sepertinya kau sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan."
"Terima kasih. Ada apa pak, kau terlihat panik begitu sejak saya masuk ?" Ravi lalu meneguk minuman yang diberikan oleh kepala desa.
"......Ahh ? H-hahah, tadinya saya pikir penagih utang yang datang." Kata Pak Kades sambil tersenyum masam.
"Penagih utang ? Sepertinya bapak juga punya masalah."
"Jadi bagaimana dengan misi kalian ?" Pak Kades langsung bertanya dengan nada berbisik.
"Kami sudah menyelesaikannya. Di depan rumah bapak ada kepala kambing yang sudah kami bunuh. Sekarang kambing itu tidak akan merusak pertanian kalian lagi." Ravi tersenyum lega saat menjelaskannya kepada Pak Kades.
"He-hebat . Seperti yang diharapkan dari para pendekar "Warrior Academy". Jadi apakah ada lagi yang kalian temukan dari Monster berkepala kambing itu ?"
"Monster berkepala kambing ? Oh ya tentu saja kami memiliki sisa daging dari monster kambing itu untuk dibagikan kepada warga desa."
"Daging Monster ? apakah ada lagi ?" Pak kades dengan semangat bertanya kepada Ravi.
"Ha-hanya itu saja pak." Itulah akhir dari penjelasan Ravi.
"Jadi begitu..." Pak Kades lalu memegang dagunya dengan wajah yang sedikit kecewa.
"Baiklah dengan ini misi kalian telah berhasil. Untuk hadiah kalian, kapan aku bisa menyerahkannya ?" Tanya Pak Kades.
"Kami berencana akan berkumpul di Bar Desa setelah ini. Bapak bisa menyerahkan hadiahnya disana."
"Baiklah aku akan segera menemui kalian. Aku harus memanggil sekretaris ku terlebih dahulu."
"Kalau begitu aku pamit dulu pak. Terima kasih atas minumannya." Lalu Ravi segera meninggalkan rumah pak Kades.
"Hati-hati di jalan !" Ravi pun pergi menuju ke Bar Desa. Kepala desa lalu mulai memperhatikan kepala kambing yang dibawa Ravi tadi.
"Hmmm...kepala kambing ini agak beda. Tapi ada bercak hitam di sekitar belakang lehernya. Mereka tidak salah juga sih. Ahhhh !! i-ini ?" Tiba-tiba kedua mata Pak Kades terbelalak seolah-olah hampir copot.
"Jangan-jangan kambing ini.... !!". Lalu Pak Kades lari masuk kedalam rumahnya dan segera menelpon Sekretarisnya.
"Haloo !! Dirta !! Kau dimana sekarang ?" Dengan paniknya dia menelpon sekretarisnya yang bernama Dirta.
"(Pak Kades yah ? saya baru saja pulang dari kantor. Ada apa pak ?)"
"Cepat datang ke rumahku sekarang. Dan jangan lupa bawakan uang imbalan untuk pendekar-pendekar itu."
"(Me-mereka sudah datang ? itu cepat sekali)."
"Tidak usah banyak tanya, cepat kemari !!"
"(Ba-baik pak !!)"
--BIPPP---- Dan percakapan mereka pun berakhir.
Pak Kades dengan paniknya duduk diatas sofanya. Dia menghentakkan terus kakinya ke lantai sambil menyilangkan kedua tangannya. Dan ---TOK TOK TOK !!--- sebuah ketukan pintu. Pak Kades lalu berlari membukakan pintunya.
"Dirta akhirnya kau da----" Saat membuka pintunya, yang datang bukanlah sekretaris nya. Melainkan seorang Manusia bertopeng putih dengan motif wajah harimau.
Itu adalah si Koki.