Saat membuka pintunya, yang datang bukanlah sekretaris nya. Melainkan seorang Manusia bertopeng putih dengan motif wajah harimau.
Itu adalah si Koki.
"K-kauu !! ada urusan apa datang kemari ? bukankah kau koki dari kelompok pendekar-pendekar itu ?" Pak Kades terlihat sangat panik tapi Si Koki hanya terdiam memandang pak Kades. Tanpa sopan santun, Si koki masuk ke dalam rumah Pak Kades dan mulai duduk tanpa dipersilahkan. Pak Kades masih terpaku melihatnya.
"...(I-ini benar-benar gawat !! Dirta sialan, kenapa dia lama sekali !!)..." Pikir pak Kades. Setelah beberapa detik masih berdiri di depan pintu, Pak Kades akhirnya juga ikutan duduk. Lagipula itu adalah rumahnya sendiri. Mereka saling memandang selama beberapa menit.
"... Wooooahhh Kepala kambing yang sungguh besar !! T-tunggu, i-ini kan ? Pak kades aku datang !!!" Dari luar rumah pak Kades, terdengar suara dari Sekretarisnya yang sepertinya terburu-buru. Pak Kades terlihat tersenyum, tapi senyuman itu adalah palsu. Aslinya dia sebenarnya sangat marah kepada Sekretarisnya.
"H-haha sepertinya Sekretarisku telah tiba. Tuan tunggu disini yah !" Kata Pak Kades kepada si Koki. Dan dia meresponnya dengan menganggukkan kepalanya.
Pak Kades lalu berjalan ke depan pintunya untuk membukakan pintu Sekretarisnya. Dan --Clikk-- Pintu terbuka. Sekretaris lalu melompat masuk ke dalam rumah.
"Pak Kades.. Diluar !!.. Kepala Kambing itu.....!" Sekretaris terlihat kegirangan tapi wajah Pak Kades saat ini bermandikan keringat dingin. Kejadian itu juga dilihat oleh Si koki di ruang tamu.
"Diamlah !!! atau akan kubunuh kau !!." bisik pak kades ke telinga Sekretarisnya.
"HiiikKKK !! Keringat mulai mengucur di pipinya. Dan Sekretaris langsung sadar setelah melihat si koki yang saat ini memperhatikan mereka sedang duduk di ruang tamu.
"Du-duklah dulu pak Dirta !!" Kata Pak Kades dengan senyuman indahnya.
Pak kades dan Sekretarisnya duduk bersampingan dan dihadapannya adalah si koki. Mereka saling bertatapan dalam beberapa menit dan akhirnya Pak Kadeslah yang mulai berbicara.
"Pe-pertama-tama tuan koki, apa ada yang bisa saya bantu ?" Keringat kembali mengucur di dahinya.
"........" Si koki tetap tenang lalu mengambil sesuatu di sakunya. Itu adalah Berlian Merah.
"B-berlian Merah ?? I-ini dia...Selama ini aku ---" saat pak Kades berusaha meraih Berlian itu, tapi Si koki langsung menahannya. Lalu mengeluarkan secarik kertas. Di dalamnya ada beberapa tulisan.
".....Apakah saya harus membaca ini ?" tanya Pak Kades sambil meraih kertas itu. Lalu si koki mengangguk. Pak Kades perlahan melihat isi dari kertas itu. Dia langsung terkejut membelalakkan matanya bersama dengan sekretarisnya yang juga ikut membaca.
"(I-ini, aku bahkan tidak pernah melihat tulisan tangan yang sangat sebagus dan seindah ini!)" Pikir Pak Kades. Lalu dia mulai membaca.
"Salam pak Kades, aku adalah Si koki.---" pak Kades kembali menatap si koki, lalu kembali membaca.
"Saya mohon maaf jika caraku berkomunikasi dengan anda melalui surat ini sangat tidak sopan. Sebelumnya anda telah memberikan kami sebuah misi yaitu menemukan sebuah Kambing raksasa yang memiliki bercak hitam dipunggungnya . Kambing ini sepertinya mengganggu pertanian desa. Tapi saat kami baru saja pergi menjalankan misi ini aku kebetulan mendengarmu berbicara dengan seseorang yang sepertinya adalah bangsawan dari pusat kerajaan –" Lalu pak Kades kembali menatap Si koki dengan wajah yang sangat terkejut.
"(Ba-bagaimana bisa kau...)" Lalu dia melanjutkan membaca bersama dengan Sekretarisnya yang berada di sampingnya.
"Aku tahu kau saat ini sangat terkejut. Tapi sungguh tidak beruntungnya dirimu saat itu aku kembali mengambil barang-barangku. Walaupun itu juga bagian dari rencanaku. Kalian saat itu sedang membahas sebuah berlian merah kan ?
Berlian merah itu sepertinya punya hubungan erat dengan kambing raksasa yang ada didalam misi kami, tapi kau tidak mengatakannya pada saat itu. Jika aku tebak, kau ingin menjebak kami saat melawan monster itu dengan maksud kau ingin membunuh kami kan ?
Kau sepertinya bersekongkol dengan bangsawan kerajaan dan ingin mengambil Berlian merah itu disaat kami sudah mati. Aku juga tahu, kau telah mengirim ksatria pendekar dari kerajaan untuk merebut berlian itu, tapi sayangnya ksatria itu tidak menemukan kami di saat malam hari.
Disaat kami tiba di desa ini kau mungkin sebenarnya sudah tahu kedatangan kami, tapi kau berpura-pura tidak tahu disaat Leaderku datang ke rumahmu untuk menyampaikan hasil misinya, alih-alih kau berbohong soal penagih hutang. Tapi sayangnya mereka salah membunuh monster yang kau perintahkan tapi itu juga salahmu sendiri karena tidak menjelaskannya dengan benar.
Sebaliknya, kami membunuh seekor binatang mistis yaitu Kambing bertanduk Merah. Kau tentunya sudah tahu itu kan ?
Sekarang aku ingin KAU JUJUR, kenapa Seorang KADES di desa kumuh ini dapat bisa berkomunikasi dengan bangsawan kerajaan ? Jika kau tidak mengatakannya, aku akan membunuhmu sekarang di rumah mu ini !!"
Berhenti membaca sampai disitu, Pak Kades lalu menatap Si koki. Di hadapannya, Pak Kades merasakan energi mengerikan yang keluar dari Si Koki. Sekretarisnya juga ikut gemetaran seolah olah mereka adalah es krim yang akan meleleh karena terkena sinar matahari.
"Tu-tuan koki ! Ba-baiklah akan kujelaskan. Kumohon ampuni aku !". Kata Pak Kades yang saat ini pakaiannya sangat basah karena bermandikan keringat.
"Sebenarnya aku memiliki hutang dengan bangsawan kerajaan tapi dengan syarat pajak kami akan naik 3x lipat tiap tahun. Kami berhutang karena untuk pembangunan desa kami. Kami membangun penginapan, Bar, dan tempat hiburan lainnya untuk pendekar yang selalu berkunjung ke desa kami. Akan tetapi penghasilan kami di desa ini lebih sedikit dari jumlah pajak yang kami berikan kepada bangsawan.
Suatu hari orang-orang Bangsawan menginginkan sebuah berlian merah dari Siluman Kambing Raksasa. Jika kami mendapatkan bisa berlian merah itu, maka hutang kami juga akan lunas. Kami sudah mengerahkan banyak warga desa untuk mengalahkan siluman itu tapi banyak rekan-rekan kami yang tewas. Maka kami memutuskan untuk menyerahkan misi ini kepada pendekar-pendekar di "Warrior Academy" dengan alasan siluman itu mengganggu pertanian kami. Dan saat itulah kalian menerimanya." Pak Kades terus menjelaskannya kepada Koki dengan rasa penyesalan. Air Mata mulai berlinang di matanya.
Seperti yang kau katakan tadi, kami memang mengirim ksatria pendekar yang dikirim oleh bangsawan untuk merampas berlian merah itu dari kalian. Sebenarnya kami tidak tega, tapi ini juga bagian dari rencana bangsawan kerajaan. Hanya itu yang bisa aku katakan. TOLONG AMPUNI AKUU !!" Pak kades lalu bersujud kepada si koki.
"........" Lalu si koki mengeluarkan sebuah kertas lagi. Tapi dia langsung melemparkannya tepat di wajah Pak Kades.
"...Ba-baik !!" Dia tahu maksud koki untuk membacanya lagi.
"Aku juga sudah menduga kalian memiliki utang. Walaupun begitu, saat ini aku benar-benar sangat marah, bukan karena kau menipu kami. Tapi aku marah karena kau tidak mempercayai kami. Kamu bahkan mencoba untuk membunuh teman-temanku.
Aku punya permintaan kepadamu sebelum aku pergi dari sini. Yang pertama, Sisa Daging Binatang Mistis itu harus kau bagikan kepada semua warga dan jelaskan kepada mereka daging apa itu. Mungkin mereka akan memakannya atau bisa saja mereka akan menjualnya. Ini akan menjadi keuntungan untuk membangun desa ini.
Dan yang kedua, aku akan memberikan berlian merah ini kepadamu. Tapi kau harus berjanji, bahwa kau tidak akan berhutang kepada bangsawan itu lagi. Akan ada hari dimana aku akan kembali ke desa ini lagi. Hanya itu saja.
Sesuai janjimu kepada Leaderku, kau akan menemuinya nanti di Bar. Percakapan ini sebaiknya jangan kau beritahu kepada mereka. Apakah aku bisa mempercayaimu kali ini ?"
Pak Kades membaca surat itu sambil mengeluarkan air matanya, dan berkata " Aku Berjanji !! Percayakanlah kepadaku !". Sekretarisnya juga ikut menundukkan kepalanya dengan wajah sedih.
Saat mereka menoleh ke hadapan Si koki, Si koki telah hilang dari tempat duduknya. Tentu saja dia dan Sekretarisnya sangat terkejut. Tidak lama kemudian. Kertas yang telah dibacanya tadi telah hangus terbakar dengan sendirinya. Dan hanya ada tersisa sebuah berlian merah di meja itu.
"(Terima kasih, aku akan mengingat ini!)" Pikir Pak Kades sambil menggenggam Berlian itu.
"P-pak Kades, siapakah dia sebenarnya ? Bukankah dia cuma koki biasa di kelompok pendekar itu ?" Tanya Sekretarisnya yang masih ketakutan. Lalu Pak Kades bergumam,
"...Benar, Dia hanyalah seorang Koki....." Sambil tersenyum.
~~~~~~~~~
Kembali ke 5 menit yang lalu setelah Ravi meninggalkan Rumah Pak Kades. Dari depan pintu Bar, muncul 2 gadis cantik yang baru saja selesai mandi di penginapan.
"Maaf kalian lama menunggu – Loh ? Hanya kau saja disini, Ravi dan si koki kemana ?". Tanya Yuni bersama dengan Lina berjalan menuju ke hadapan Rai yang lagi sementara makan.
Rai langsung meneguk jus jeruk dihadapannya, *Gulppp*
"Ravi pergi ke rumah Bapak Kades, lalu si Koki ada di dalam toilet." Lalu kembali mengunyah makanannya.
"Rai, Pelan-pelan saja makannya." Kata Lina.
"Baiklah kita tunggu saja disini. Pelayan !! kami ingin memesan !!" Yuni memutuskan memesan makanan dan minuman. Tidak lama kemudian, Ravi akhirnya muncul.
"Maaf membuat kalian menunggu lama. Hohh kalian berdua sudah datang rupanya !! Yuni, apakah kau sudah menemukan penginapan untuk kita ?"
"Tenang saja, aku memesan 3 kamar untuk kita." Jelas Yuni.
"Kerja bagus, 1 Kamar untuk Rai, 1 Kamar untuk tuan koki, dan 1 kamar lagi untuk aku, Lina, dan Yu—".
"Jangan bermimpi !!!" Tegas Yuni. Belum menyelesaikan kalimatnya, Ravi sudah dilempari sepatu oleh Yuni.
"Ha—hahahaa..!" Lina hanya tersenyum masam.
"Aduhhh..!! Oh ya, si koki kemana, Rai ?" Tanya Ravi sambil mengusap kepalanya.
"Dia ada di dalam toilet. Sepertinya dia punya masalah dengan perutnya." Kata Rai sambil menunjuk ke arah toilet.
"Kasihan sekali. Mungkin dia sudah menahannya sejak kita tiba tadi." Kata Lina dengan nada sedih.
"Yah, Bagaimanapun dia lebih lemah dari kita." Disambung Yuni lalu kembali duduk di kursinya.
Kemudian, muncul pelayan membawa pesanan milik Yuni dan Lina.
"Silahkan dinikmati !!" Pelayan lalu meninggalkan mereka, tapi-
"Mbak !" Ravi memanggil pelayan.
"Mau pesan, mas ?"
"Saya pesan Mi Goreng Telur yah, minumannya es teh saja !!"
"Masih ada lagi ?"
"Hmmm... Nomor telepon kamu, Hehehe." Yuni yang sedang minum di samping Ravi hampir menumpahkan minumannya.
"Ehhhh ?? Mas .?" Pelayan terlihat kebingungan.
----Braaakkkkk---
Sebuah pukulan Yuni yang penuh energi mengenai wajah malang Ravi.
"..." Dari arah toilet, si koki kembali dari urusannya.
"Tuan Koki !! Syukurlah kau baik-baik saja." Kata Lina yang sangat khawatir. Tuan Koki hanya menunduk meminta maaf sambil menggaruk belakang kepalanya.
"...??..." Si koki langsung menunjuk Ravi yang tidak sadarkan diri. Wajah malangnya tersungkur di meja makan.
"Ha-haha.. Kau tidak perlu khawatir dengannya. Dia begini karena ulahnya sendiri, h-haha."
"...."Si koki mengiyakan perkataan dari Yuni, lalu kembali ke tempat duduknya.
Posisi duduk mereka yaitu sebelah kanan koki adalah Rai, lalu dilanjut Lina, Yuni, Ravi. Meja makan mereka berbentuk Persegi panjang.
Beberapa menit kemudian, Si koki sedikit demi sedikit mulai mengantuk dan akhirnya tertidur.
"...." Semuanya memperhatikannya.
"Dia benar-benar kelelahan."
"Hihihi, aku tadinya khawatir. Tapi syukurlah."
"Istirahatlah kawan !!"
Mereka pun membiarkan si Koki tidur. Beberapa menit kemudian, Bapak Kades memakai Pakaian Dinasnya bersama dengan Sekretarisnya.
"Pak Kades, anda akhirnya datang !" Kata Yuni menyahut Pak Kades.
"Maaf membuat kalian menunggu !!" Pak Kades dengan rasa menyesal datang menghampiri kelompok pendekar itu.
"Silahkan duduk pak !" Ravi menawarkan Pak Kades dan Sekretariatnya untuk duduk. Tapi beberapa kali mereka sering menatap si Koki yang sedang tidur dan masih teringat dengan energi mengerikan yang dia lepaskan beberapa saat lalu.
"Te-terima kasih !!" dan mereka pun duduk dan saling berhadapan.
"Jadi pak, bagaimana dengan imbalan kami ?" Tanya Ravi kepada Pak Kades.
"Beberapa saat yang lalu. Tuan Ravi telah menjelaskan hasil misi kalian---" Pak Kades lalu melirik Si Koki dan melanjutkan "Maka dari itu aku dan Sekretarisku telah menyetujui bahwa... Misi kalian telah Berhasil !!."
"....." Semuanya terdiam, lalu
"Yeaaaaaaaaaa"
"Horeeeee !!!"
Semuanya sangat senang dengan hasilnya.
"Heheehe.. sudah kuduga aku pikir akan berhasil" Kata Ravi dengan sombongnya sambil mengusap hidungnya dengan jari telunjuknya.
"Apa maksudmu, kita yang berhasil, ya kan Lina ? heheheh.." Kata Yuni sambil memeluk Lina.
"Hehehe kau benar. Kita akhirnya berhasil." Lina dengan senyum manisnya membalas pelukan Yuni. Pak Kades dan Pak Dirta (Sekretaris) hanya terdiam melihat reaksi mereka dan tersenyum.
"(Sungguh anak-anak yang bersemangat, melihat mereka membuat kami juga ikut tersenyum. Pantas saja Si Koki sangat marah kepadaku saat itu.)" Sambil melihat Si Koki yang lagi tertidur. Pak Kades lalu memegang bahu Sekretarisnya.
"Pak Dirta, berikan kepada mereka imbalannya. !!"
"Baik Pak !! Mohon diterima imbalannya dan juga kami sangat berterima kasih atas bantuan kalian !!"
"....Leader, terimalah itu !!" Kata Yuni yang mendorong Ravi. Semuanya pun ikut tersenyum kecuali Si koki yang masih tidur.
"Baiklah, Kami terima imbalannya.!!"
"Dan juga---" Pak Kades lalu menambahkan. "Tolong jangan lupakan sisa Daging Kambing yang anda katakan sebelumnya, Tuan Ravi."
"......." Semua yang mendengarnya langsung terdiam, lalu
*Hahahahaahah*
"Hahaha !! Tentu saja Pak. Kami akan memberikannya kepada kalian. Tapi sebaiknya anda harus menunggu sampai besok. Karena Koki kita yang menyimpan daging itu dengan aman jadi jangan khawatir." Kata Ravi sambil cekikikan tertawa.
"Lihatlah tas punggung besar disana !!" Kata Yuni sambil menunjuk ke Tas bawaan si koki yang ditaruh oleh Rai di dekat pintu masuk Bar. Pak Kades dan Pak Sekretaris mengikuti arah yang ditunjuk Yuni.
"..."
"..." Keduanya pun terdiam.
"Hahahaha.. Lihatlah ekspresi kalian." Kata Ravi yang masih tertawa.
"H-haha.. itu sangat besar." Ekspresi Pak Kades masih belum berubah.
"Ba-bagaimana bisa dia dapat membawa barang sebanyak itu dengan tubuh yang sekecil itu ?" Sekretaris juga semakin bertambah bingung.
"Itulah mengapa dia sangat kelelahan setelah membawanya. Lihatlah dia sedang tidur nyenyak." Kata Rai yang menyelesaikan makannya.
"Heehe, Sebaiknya kau tanya saja koki kita disaat dia bangun nanti." Kata Yuni.
Tapi mengingat kejadian mengerikan sebelumnya, mereka berdua hanya menjawab dengan suara tergagap, "A-akan kami pikirkan, H-hahhaha."
"(Sepertinya kekuatan mengerikan yang ada di dalam dirinya, masih belum diketahui oleh teman-temannya. Jadi pada akhirnya dia hanya Koki kah ?)"
Lalu Pak Kades tersenyum dan berkata, "Sungguh kalian benar-benar kelompok pendekar yang menarik yang pernah aku temui."
Pak Kades lalu mulai meninggalkan kelompok pendekar itu. Semua anggota kelompok Ravi yang tadinya sangat ceria, tiba-tiba kembali tenang.
"Selama 7 bulan ini, akhirnya kita telah menyelesaikan misi terakhir kita. Dengan ini kita akhirnya bisa kembali ke akademi dengan tenang." Ucap Ravi dengan wajah yang terlihat agak sedih.
"7 bulan yah ? Ini bahkan belum cukup 1 tahun tapi kita akhirnya bisa menyelesaikan semua misi ini dengan baik. Aku bahkan sampai tidak percaya."
"Aku yakin, beliau akan bangga dengan kita."
"Hihihi.. Kau benar. Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya nanti."
"Semuanya..!!" Tiba-tiba Ravi berdiri dari mejanya dan menundukkan kepalanya ke hadapan teman-temannya.
"Aku benar-benar sangat berterima kasih atas kerja sama kalian !!" Tegas Ravi dengan suara lantang. Pelanggan lain di Bar juga mendengar suara itu. Semua teman-temannya mulai mengeluarkan air matanya.
"Dasar bodoh, kamilah yang harusnya berterima kasih kepadamu."
"Kau ini ! Selalu saja seperti itu"
"Hihihi, kau adalah Leader kami. Baik itu jika kita berhasil atau gagal, kami akan selalu mengikuti arahanmu."
".....Kalian.."
"Dan yang terpenting lagi, kitalah yang harusnya lebih berterima kasih kepada dia." Kata Rai sambil menoleh ke arah Si Koki yang masih tertidur pulas.
"Hihihi, kau benar. Bahkan saat tidur pun, kita tidak dapat mendengar suara dengkurannya."
"Pfftt..heheh.. apakah dia ini benar-benar tidur atau tidak sih."
Semuanya memandang si Koki dengan senyuman. Lalu Ravi, kembali berteriak.
"Baiklah, untuk malam ini kita akan berpesta !! Aku Traktir !!"
Mendengar hal itu, semuanya pelanggan lain langsung menyoraki Ravi dan berpesta merayakan keberhasilan mereka.
Tengah Malam, kelompok pendekar telah kembali ke kamar mereka masing-masing. Ada 3 kamar, kamar pertama dihuni oleh Yuni dan Lina, Kamar kedua dihuni oleh Ravi dan Rai, lalu kamar ketiga dihuni oleh tuan koki saja. Semuanya tertidur karena kelelahan, kelelahan merayakan pesta. Besok adalah hari mereka meninggalkan desa itu.
~~~~~~
Di suatu tempat di daerah hutan angker, ada beberapa siluman yang berkumpul di tempat itu. Mulai dari Siluman berukuran kecil sampai yang setinggi pohon pinus. Diantara mereka ada seorang manusia sedang berjalan melewati rombongan siluman itu. Orang itu terlihat memakai blangkon dan memakai pakaian yang sedikit mewah. Di pinggangnya ada sebuah keris yang mengeluarkan aura yang tidak biasa. Sepertinya dia adalah seorang pendekar.
Lalu terlihat seekor tokek yang berjalan dari pohon ke pohon menuju ke pendekar tersebut. Tokek tersebut langsung naik ke bahu pendekar itu dan mendekatkan mulutnya ke telinga pendekar itu. Seolah-olah dia berbisik ke pendekar itu.
"Jadi Begitu. Siluman Kepala Kambing telah mati. Apakah benda itu masih tertanam di dadanya ?" Tanya pendekar itu. Lalu tokek itu menggerakkan mulutnya kembali.
"Tidak apa-apa. Biarkan saja. Mungkin wujud silumannya akan menghilang untuk sementara waktu. Tapi siapakah dia yang telah mengalahkannya ? Itu tidak mungkin masyarakat disana kecuali, seorang pengembara."
Tokek itu pun kembali merayap ke sebuah pohon. Pendekar itu mulai berjalan kembali menuju sebuah ke prasasti di dekat danau kecil di tempat itu. Dihadapannya ada Peti Mati diatas sebuah altar bertuliskan huruf jawa kuno. Di belakang pendekar itu, tiba-tiba muncul seekor siluman berwajah menakutkan. Tubuhnya sedikit kekar dan bersayap kelelawar tapi wajahnya adalah wajah manusia.
"Temukan segera Keris terkutuk itu !!" Tegas pendekar itu. Lalu Siluman tadi bersujud di belakang pendekar itu. Lalu terbang meninggalkannya.
Pendekar itu lalu menatap kembali Peti Mati itu.
"Sepertinya kebangkitanmu masih harus menunggu lebih lama lagi, Rajaku....
....Raja Ken Arok."