Ryu menatap jengah semangkuk bubur yang kini terhidang di atas meja kecil yang berada di depannya. Oke, baunya membuat air liur siapa pun mengalir, tapi tidak dengan Ryu yang sudah pernah merasakannya.
"Tidak bisakah saya membeli bubur di luar?" tanya Ryu menggumam, ia menatap suram suster wanita yang berdiri di sisi ranjangnya.
"Untuk saat ini-"
"Saya tidak punya penyakit yang berhubungan dengan pencernaan ataupun organ dalam, saya seharusnya bisa makan nasi!" sorak Ryu.
Perasaannya setelah bangun tidur pagi tadi sedikit buruk, ia merasa ingin sekali marah meski ia tak tahu pemicunya. Dan jadilah, bubur yang hampir satu bulan ia konsumsi, menjadi alasan meledaknya amarah.
"Tuan Ryu, dokter mengatakan bahwa Anda seha-"
"Panggil kemari dokternya!" bentak Ryu.
"A.. apa?" Suster tersebut tercengang.
Ryu melotot, "Panggil dokter yang bilang bahwa saya tidak bisa makan nasi!"
"T.. tapi.." Suster itu gelagapan.
"Panggil dokternya atau siapkan nasi baru," tekan Ryu.