"Menjadi dewasa benar-benar menjengkelkan, jika saja bisa memilih aku ingin tak terlahir!"
"Apa kau tidak mensyukuri perjumpaanmu denganku?"
"Apa maksudmu? Apa kau gi-"
"Aku bertanya, Ze. Dan orang dewasa tak suka jika pertanyannya dijawab dengan pertentangan."
Zeana menggeleng, "Aku tak merasa harus mensyukuri apa pun dari kehidupan ini."
Beberapa menit berlalu, Zeana tetap menatap Ryu dalam keheningan.
"Memangnya kau berharap apa? Pada dasarnya aku adalah orang yang tak bersyukur pada apa yang tak kuingini, bahkan nafas ini."
"Kau menentang Tuhan dengan kalimatmu barusan!" Nada bicara Ryu naik dua oktaf.
"Lalu kenapa?! Jika kau dewasa, harusnya kau bisa memaklumi bahwa ada banyak kepala dengan pola pikir yang berbeda yang harus kau terima! Bukan malah memaksakan orang yang tak sependapat menjadi sepemikiran!"
***
"Ze?"
Sebuah suara berat membuyarkan lamunan Zeana, Zeana melirik si pemanggil, "Ya?"