Dengan langkah cepat, Ryu berlari ke arah Zeana, tak sempat berpikir sedikit pun untuk menyakiti Zeana, Ryu tak memilih untuk tak mendorong Zeana, sebaliknya, ia memutuskan untuk memeluknya erat-erat.
Ryu membelakangi papan yang runtuh, melindungi Zeana dengan tubuhnya sendiri, dari jarak yang sedekat ini, Ryu bisa merasakan jantung Zeana yang berdetak begitu kencang.
Besi pinggiran papan tulis menimpa kepala Ryu tanpa ampun, Ryu yang tak sanggup menahan papan dengan tubuhnya sendirian pasrah ketika tubuhnya jatuh. Ia tetap tak melepaskan pelukannya kepada Zeana, meski hatinya menghangat ketika menyadari sepasang tangan memeluk pinggangnya erat.
Tubuh mereka t rasa remuk ketika membentur lantai sedemikian erat, Ryu hanya meringis, tangannya menahan agar kepala Zeana tak terbentur papan maupun lantai. Sedang Zeana memilih untuk menempelkan wajahnya ke dada Ryu, tak ingin melakukan hal lain dalam kesakitannya yang teramat sangat. Tubuhnya terasa remuk redam.