"Kamu terlalu menganggapku begitu baik, jangan pernah menyesal kalau kamu menemukanku dengan sisi iblisku suatu hari nanti," peringat Zeana, ia terlalu malas untuk mengungkit-ungkit kebaikannya yang bahkan sudah ia lupakan.
"Aku sudah melihat yang buruk, seperti kamu yang berani membohongi guru karena datang terlambat, padahal kamu sedang menamatkan novel series terbaru yang kamu sukai di perpustakaan," terang Ryu.
"Itu cuma serpihan debu," sahut Zeana. 'Ada banyak kemunafikan yang ga akan gue kasih liat ke dunia yang brengsek ini, Ryu. Dan lo, mungkin juga ga akan pernah tahu,' lirih Zeana dalam hatinya.
"Ya, ya, ya. Aku tunggu sisi burukmu keluar kalau gitu," balas Ryu, memilih mengalah. Ia takut jika harus melanjutkannya, ia akan kehilangan pijakan dan harus mengalah lebih rendah dari saat ini.
"Omong-omong, aku ga terlalu suka dikuntit seperti itu, kurang-kurangi ya, lain kali," sinis Zeana.