"Tenangin diri lo, Bang. Lo ga harus ngasih segala hal yang Zeana minta, ga usah maksain diri sendiri."
"Waktu lo menolak ingat sama siapa yang disebutin Zeana. Lo ingat. Tapi lo keberatan buat nyebut, jadi lo milih abai dan lupa."
Ucapan Ryu kembali terbayang.
Nathan mendesah pelan, remasan tangannya pada rambut mulai melonggar, menatap kosong pada 3 cangkir berisi teh yang sudah dingin.
Tiga cangkir..
Hal apa pun, sekecil apa pun, selalu membuat Nathan teringat pada masa lalu yang seharusnya ia buang. Ia benci angka tiga. Ia benci hal-hal yang berhubungan dengan angka tersebut. Ia membenci segala hal yang ganjil.
Bahkan, ia pernah membenci persaudaraannya dengan Irvi dan Zeana karena jumlah mereka ganjil. Luka-luka itu, belum berhasil menyembuhkan dirinya sendiri. Dengan cara apa mereka bisa sembuh sepenuhnya? Di saat melupakan adalah hal paling mustahil yang pernah ada?