Zeana tak berhenti mengomel di meja makan yang lengang tersebut, para maid yang berdiri di sudut ruang makan, untuk menunggu tuan putri mereka menyelesaikan sarapannya dan membereskan meja.
"Jadi, di mana Kak Nathan?!" sorak Zeana emosi.
Zeana kembali meraih selembar roti lagi, ini lembar roti keenam yang ia habiskan, ia tak peduli. Emosi yang bergejolak dalam dadanya membuat rasa laparnya semakin tinggi.
"Tuan Nathan pergi sejenak ke kantornya, beliau bilang akan kembali secepatnya dan menggarap tugasnya di rumah," jawab salah satu maid.
Zeana mendengus kesal, mengunyah rotinya dengan rasa gondok.
Pagi tadi, pintunya terkunci dari luar, para maid yang berjaga di luar pintu mengatakan bahwa tuan muda mereka, yakni kakak sulungnya, melarangnya pergi ke sekolah.
Zeana bahkan menjerit-jerit kesal dan menendang pintu saking jengkelnya, tapi tetap saja, kalanya tak peduli dan memilih pergi ke kantor.