"Temenin gimana?" tanya Zeana tak mengerti.
Terdengar kekehan yang amat candu bagi Zeana, Ryu menutup layar ponselnya sejenak, membuat Zeana kebingungan. Namun, sesaat kemudian, layar ponsel Zeana yang gelap itu menampilkan sebuah ruangan kosong dengan sebuah piano di tengah ruangan.
"Gue mainin piano, ya?" tanya Ryu sembari meletakkan ponselnya pada dinding piano.
Zeana menghadapkan ponselnya ke langit-langit kamarnya, ia menghela nafas dan meredakan rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya.
"Lho? Kenapa wajahnya ga dikasih liat, sih?" protes Ryu, meski begitu, jemari lentiknya tetap menekan tuts-tuts piano, mengalunkan sebuah nada rendah.
Zeana terkikik, menahan tawa bahagia, setelah menepuk-nepuk pipinya, Zeana kembali menatap kamera dan tersenyum.
"Ga, tadi lagi.." Zeana langsung bungkam ketika ia tidak tahu harus beralasan apa lagi. Ayolah, ia bahkan menggigit bibirnya karena bingung.