Zeana menatap Nathan yang kini juga menatapnya, sudah beberapa menit mereka seperti itu, tapi sepertinya tak ada yang mau mengalah dan memutus kontak mata itu lebih dahulu.
Suasana sejuk perpustakaan pribadi Zeana seolah tak bersisa, mereka lenyap karena aura permusuhan antara Zeana dan Nathan.
"Tidur!"
"Kurang dikit lagi, Kak!" protes Zeana sembari mengangkat novelnya tinggi-tinggi.
Nathan menatap novel itu seksama, "Sejak kapan lo bisa bahasa Belanda?" tanya Nathan menelisik.
Zeana mengangkat sebelah alisnya, "Sejak kapan lo pengen tahu?" tanya Zeana balik, ia sama sekali tak berminat untuk menjawab pertanyaan kakaknya yang serupa pertanyaan retoris.
"Sejak kapan lo bisa pake kalimat sekasar itu?" tanya Nathan menyindir.
"Sejak kapan lo suka nyindir?" balas Zeana ketus.
"Dari siapa lo belajar nada bicara kek gitu ke gue?" tanya Nathan malas.
"Dan siapa yang ngajari lo nginterogasi gue kaya gini?" cetus Zeana angkuh.