Nathan membuka pintu kamar rawat Zeana, mendapati adiknya sudah sadar, Nathan merasa lega.
"Ada yang sakit, Ze?" tanya Nathan sembari menarik kursi di samping brankar Zeana dan duduk di atasnya.
Zeana menggeleng lemah, "Cuma agak sesak aja."
Nathan mengangguk mengerti, itu memang efek samping dari tenggelam tadi. Nathan mengalihkan pandangannya dari kakinya ke arah Zeana yang menatap kosong langit-langit ruang rawat VVIP tersebut.
Nathan mengamati lekuk wajah adiknya yang tergolong amat cantik, pahatan hidung serta alis yang sempurna. Nathan menghela nafas, tentu saja adiknya yang satu ini tidak akan jomblo selamanya. Masalahnya, ia merasa kehilangan Zeana ketika tahu bahwa adiknya itu berpacaran.
Bagaimana bisa? Bukankah Zeana pernah bilang dahulu bahwa dia tak ingin menjalin hubungan dengan laki-laki?
"Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu, Kak?" tanya Zeana dengan tatapan curiga tersorot ke arah Nathan.