Ryu menguap lebar, lalu meregangkan tangannya. Pelajaran bahasa selalu saja menguras tenaga serta emosinya. Sama sekali tak berbeda dengan jam pelajaran hari ini.
Sekretaris kelas yang tak bisa disalahkan karena menulis terlalu cepat, dan guru yang memerintahkan menulis catatan seisi papan dalam 4 kali penghapusan.
Ryu melihat tulisannya hari ini, 8 lembar yang amat berantakan. Dikejar waktu, dikejar amarah sekretaris karena teman-temannya menulis begitu lambat. Otaknya terasa akan meledak sebentar lagi.
"Ryu!" panggil Shiro lumayan keras.
Ryu mengangkat pandangannya, Shiro sedang menumpuk buku catatan para murid yang akan dikumpulkan untuk ditandatangani.
"Hah?" balas Ryu malas.
Shiro menunjuk tumpukan buku-buku tersebut dengan tatapan tajam terarah pada Ryu. "Ayo!"
Kernyitan di dahi tampak jelas di wajah Ryu yang tak terima, "Kenapa harus gue?"
"Damn! Yang piket kan lo sekarang! Pikun ya?" cetus Amanda malas.