Chereads / Satu Perjalanan Terakhir: Cinta Rahasia Bersama Sang CEO / Chapter 5 - Kesempatan Untuk Bertemu Dengannya

Chapter 5 - Kesempatan Untuk Bertemu Dengannya

"Hah, bajingan tengik itu? Dasar perempuan murahan! Kamu sudah memberinya makan dan minum di rumahmu, dan dia berani merebut cowokmu? Menjijikkan!"

Wajah Natalie terlihat pucat dan bibirnya terlihat bergetar.

"Nia, aku tidak marah, aku hanya ingin menjauh dari mereka untuk sementara waktu."

"Kalau dilihat-lihat ya, Erlyn itu memang murahan. Ketika kamu masuk jurusan fashion desain, dia ikut mengambil. Kamu bertunangan dengan Reynold, eh dia malah merebutnya! Jelas dia berusaha mencari gara-gara sama kamu. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku sudah membunuhnya."

Nia dirasuki oleh semangat juang yang kuat, dia bahkan sudah menggulung lengan bajunya.

"Dia pasti akan mendapatkan balasannya! Nia, tolong bantu aku." Kata Natalie dengan wajah serius.

Nia memegang lengannya. "Tentu saja aku akan membantumu, apa yang bisa aku lakukan?"

Natalie dan Nia berteman sejak kecil, pertemanan mereka sangat erat.

Berbeda dengan Natalie, Nia tidak melanjutkan studinya hingga selesai. Dia mulai bekerja sesaat sebelum semester keempat dimulai untuk membantu orang tuanya.

Apartemennya ini pun masih disewanya. Saat pagi hari, dia akan menjual baju di Pasar Atom. Sedangkan di sore hari, dia membuka kios baju di dekat apartemennya.

"Sebentar lagi penilaian akhir dari kelas desain akan tiba, aku ingin rancanganku menjadi nomor satu!" Kata Natalie sambil menggigit ujung jarinya. Setidaknya, dia ingin membuktikan bahwa dia lebih baik dari Erlyn dari segi ini.

"Tapi acara itu kan tinggal satu minggu lagi!"

"Karena itu aku membutuhkan bantuanmu untuk menyediakan aku makan. Oh iya, aku juga butuh bantuanmu untuk membeli beberapa bahan. Terus yang terakhir, aku juga butuh bantuanmu untuk mencarikan aku seorang model!"

"Tidak masalah, selama kamu baik-baik saja, tempatku ini penuh dengan mie instan! Kalau begitu, hari ini kita akan makan yang sedikit mewah. Kita akan makan mie instan rasa sup buntut!"

Natalie tersenyum dan tertawa. "Oke, ketika aku menang nanti, aku akan mentraktirmu makan enak!"

Ketika Natalie berusaha bangkit dari keterpurukannya, seseorang di belahan kota yang lain sedang menunggu dengan wajah serius.

Di suatu ruang kerja yang mewah, di depan lampu lantai bergaya Eropa, sesosok pria berdiri menghadap jendela cukup lama. Sosok wajah Anthony yang diterangi oleh lampu terlihat lebih tegas.

Ketika dia duduk, di mejanya sudah berdiri patung kecil putri duyung yang merupakan lambang perusahaannya. Putri duyung itu duduk di atas kerangnya dengan elegan.

Dengan wajah yang serius, ujung jarinya yang ramping mengelus bagian wajah patung tersebut.

Dia tenggelam dalam pikirannya, dia bahkan tidak sadar bahwa pintu ruang kerjanya sudah diketuk 3x oleh David.

"Ada apa?"

"Anda kedatangan tamu, namanya adalah tuan William yang merupakan pemilik Doxia. Beliau datang untuk menyerahkan secara langsung kartu undangan kepada tuan muda. Tuan William juga hadir bersama dengan anak perempuannya."

Kerutan di alis milik Anthony semakin mengeras. Sejak kemarin, orang bernama William ini terus menerus meminta bertemu dengannya.

"Apakah anak perempuannya itu perempuan yang waktu itu?"

David menjelaskan dengan sabar. "Sayangnya bukan, anak perempuannya bernama Erlyn. Nona Erlyn masih kuliah di jurusan fashion desain di universitas swasta yaitu Universitas Maximillian. Dikatakan bahwa dia adalah salah satu perancang terbaik!"

"Usir mereka pergi, buat apa aku menemui orang tidak penting seperti mereka." Kata Anthony dengan suara rendah.

"Baik tuan muda, saya akan mengatakan bahwa Anda sedang sibuk." David membungkuk dengan hormat.

"Apa kamu sudah melakukan apa yang kuminta?" Anthony berbalik dan menatapnya lekat-lekat.

"Tuan muda, saya telah memberikannya kartu nama Anda sesuai yang Anda minta!"

"Terus kenapa perempuan itu belum menghubungiku sampai sekarang?"

Wajah David menjadi bingung. "Tuan muda, jika kamu ingin menemuinya, kita bisa…"

Anthony segera menjawab. "Siapa yang ingin bertemu dengannya, itu … mobilku itu harganya mahal, aku harus meminta ganti rugi kan?"

David kembali menjadi bingung. Tuan mudanya ini kecanduan balapan, beberapa mobil balap yang dia hancurkan selama ini sudah bernilai miliaran dan dia tidak pernah kesal. Kenapa dia sekarang peduli dengan mobilnya? Jelas bahwa tuan mudanya ini ingin bertemu dengan perempuan itu lagi, tetapi dia malu mengakuinya.

"Kalau begitu, Anda sebaiknya menelepon polisi dan memintanya untuk menangkapnya!" Kata David.

Anthony secara tiba-tiba menghantam meja kerjanya dan berteriak. "Buat apa kamu sampai melakukan semua itu? Menyerahkannya ke polisi tidak akan membuatnya memperbaiki mobilku! Bagaimana kalau dia punya koneksi di kepolisian dan justru kita yang kena masalah?"

Sebenarnya di dalam hati David, kata-katanya tuan mudanya itu jelas omong kosong. Bahkan presiden Amerika Serikat saja dia tidak takut, kenapa dia tiba-tiba takut dengan polisi?

"Tuan muda jangan khawatir, saya sudah menyelidiki latar belakangnya. Namanya adalah Natalie Andersen. Dia kebetulan juga merupakan mahasiswa di Universitas Maximillian, dan dia akan lulus sebentar lagi. Sebenarnya, dia adalah keponakan dari tuan William…"

Natalie!

Rupanya namanya adalah Natalie, nama yang bagus!

Bibir Anthony secara tidak terduga mulai naik, ingatan malam hari itu segera mengisi pikirannya.

Dia mulai berpikir dalam-dalam, dia dengan cepat meraih kerah baju David. "Ulangi kata-katamu."

"Anda ada rapat jam 6 malam nanti di …."

"Bukan yang itu, sebelumnya! Ada hubungannya dengan orang yang bernama William."

"Oh… Tuan William datang untuk memberikan undangan kepada Anda. Beliau mengundangmu untuk hadir di acara fashion show Universitas Maximillian sebagai tamu terhormat. Setiap tahun, jurusan fashion desain akan mengadakan penilaian akhir dan membuat acara fashion show untuk menilai hasil rancangan murid-muridnya. Sejujurnya, undangan seperti ini hanya ingin memanfaatkan status tuan muda. Dia ingin mendapatkan beberapa kesan jika Anda menerima undangan darinya. Perusahaan kecil seperti mereka tidak layak mendapatkan perhatian Anda."

Anthony menggigit sudut mulutnya, tatapan matanya berbinar!

Natalie adalah mahasiswa Maximillian dan keponakan dari William. Sepertinya dia berhasil mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengannya lagi!

David menatap tuan mudanya dengan heran. Sejak kapan tuan mudanya ini menjadi ekspresif?

Secara tidak sengaja, dia menatap patung putri duyung yang ada di meja tuannya. Dia merasa bahwa wajah di patung tersebut mirip dengan perempuan itu…

Tidak, tidak mungkin! Ini hanya imajinasinya saja.

Setelah tiga hari berlalu, Natalie berhasil membuat desain baju yang sempurna. Dia sekarang sedang menunggu Nia membawakan kainnya sebelum dia dapat membuatnya.

Melihat kertas desain di tangannya, dia teringat kenangan masa lalu. Ibunya-lah yang mengajarinya menggambar.

Dia mengingat semua kenangan bersama orang tuanya tetapi mengapa dia tidak bisa mengingat hari di mana kecelakaan itu terjadi?

Tidak, dia tidak boleh hanyut oleh perasaan sedih ini. Satu-satunya jalan adalah menyemangati diri untuk menyongsong masa depan.

"Tuk, tuk." Terdengar suara ketukan dari arah pintu.

Dia meletakkan kertasnya, menaruh pensil di telinganya dan berjalan ke arah pintu.

"Apa kamu sudah mendapatkan semuanya? Apa kamu tidak salah memilih warna? Kok cepat sekali …. "

Ketika dia membuka pintu, bukannya sosok Nia yang dia lihat, melainkan itu adalah Erlyn!

Erlyn terlihat berbeda dengan sebelumnya. Ketika dia pertama kali pindah, dia sama sekali tidak mengerti mengenai fashion dan tidak peduli dengan penampilannya.

Tetapi sekarang dia telah mengikuti mode dan penampilannya sangat segar dan menawan.

Sosok tinggi Erlyn membuatnya menonjolkan kakinya yang panjang dan bentuk pinggangnya yang ramping. Ditambah lagi, dia suka merias wajahnya. Alhasil, dia terlihat lebih dewasa dari dirinya.

Mungkin apa yang disukai oleh laki-laki adalah kaki putih yang panjang dan mulus serta keseksian yang terekspos.

Ketika dia menatap matanya, desahan Erlyn di malam hari itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

Tanpa sadar, Natalie mengepalkan kedua tangannya dan rasa sakit di hatinya semakin menguat.

Tikus tetaplah tikus, seberapa banyak makanan yang kamu kasih, mereka tidak akan pernah puas.