Diikuti oleh suara tepuk tangan, Anthony berjalan menuju tempat Natalie berdiri.
Natalie tentu saja merasa gugup … Detik demi detik, sosok Anthony yang tegas itu makin mendekatinya.
Tetapi ketika wajahnya tersorot oleh lampu, wajahnya terlihat makin tampan.
Lalu tanpa diduganya, Anthony tersenyum ketika kedua tatapan mereka bertemu.
Senyuman yang dalam itu membuat hatinya makin berdebar dan wajahnya tersipu malu. Tanpa sadar, dia menggenggam ujung bajunya.
Seluruh perempuan ingin berada di posisi Natalie berada, menatap dan mengagumi sosok tampan Anthony Stevano dari jarak dekat.
Jari-jarinya yang besar dan ramping itu menyerahkan piala kepadanya.
"Kamu adalah perempuan yang paling spesial…" Suara sexy Anthony langsung merasuki tubuh Natalie, membuatnya dia bergetar semangat.
Di saat dia hendak mengambil piala tersebut, ujung jarinya bersentuhan dengan jari-jari milik Anthony. Hangatnya jari-jari itu membuatnya bergetar.
Natalie juga sempat mengendus aroma wangi yang keluar dari Anthony.
Dengan cepat, bau maskulin itu segera merangkul hidungnya dan kedua matanya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu.
Setelah dia menerima piala itu, Anthony secara tidak terduga memeluknya.
Sosoknya yang kecil mungil itu terbungkus oleh sosoknya yang besar dan tinggi, memberikannya sensasi aman yang tak terkatakan.
Tentu saja, di mata kebanyakan para gadis, pelukan itu sama langkanya dengan memenangkan undian.
Tetapi di mata beberapa orang, pelukan itu memiliki arti yang berbeda.
Erlyn benar-benar marah di dalam hatinya. Natalie, si pelacur itu, bisa-bisanya dipeluk oleh presiden dari Gratia. Benar-benar kejadian di luar nalar.
Tetapi di mata Reynold, hal ini benar-benar rumit. Wajahnya sudah benar-benar jelek. Bahkan papan penilaian di tangannya sudah remuk.
Melihat Natalie dipeluk oleh orang lain, kenapa hatinya bisa semarah dan sesedih itu?
Meskipun dirinya sangat capek karena terus-terusan memakai high heels 10 cm, Natalie tetap bahagia.
Bukan hanya saja dia berhasil menyerang Erlyn dengan sangat keras, ini adalah pertama kalinya dia memenangkan penghargaan.
Wajahnya dipenuhi senyuman, matanya memerah dan meneteskan setitik air.
Perjalanannya benar-benar tidak mudah.
Beberapa hari dia lewati tanpa tidur, bahkan dia tidak mandi selama 2 hari.
Dan pada akhirnya dia memenangkan perlombaan ini dan menjadi juara 1, semua perjuangannya benar-benar sepadan.
Setelah memeluknya, Anthony berjalan turun dari panggung.
Menatap punggungnya, Natalie masih dalam kondisi linglung. Yang dikatakan Anthony tadi bahkan sudah menguap dari dalam dirinya.
Ketika acara sudah selesai, banyak penonton tidak langsung pulang.
Beberapa dari mereka memegang karangan bunga dan menunggu dengan sabar.
Ketika Natalie keluar dari dalam aula, semua orang langsung menyerbu.
"Tolong tanda tangannya!"
"Bunga ini untukmu, selamat ya!"
"Kak, kami adalah fansmu! Kami sangat suka dengan karyamu, bisa tolong berikan beberapa kata motivasi?"
"Kami dari stasiun TV, bisakah kita berbincang-bincang sebentar di depan kamera?"
Natalie menjawab mereka dengan sabar. "Terima kasih atas perhatian kalian. Jika kalian memang antusias dengan karyaku, kalian bisa melihat blog yang kubuat nanti. Aku akan terus mengupdate karya-karyaku dan berbagi tips di sana."
Pada saat ini, Natalie dikerumuni oleh banyak orang.
Hal ini menjadi kesempatan untuk Erlyn kabur dan tidak dicemooh orang.
Namun sayangnya, rencananya digagalkan oleh Nia.
Kesempatan balas dendam ini tidak mungkin dilepaskan oleh Nia. Dia berteriak dengan keras. "Lihat, Erlyn mau melarikan diri! Wanita penipu itu bahkan tidak berani melihat wajah kita!"
Kerumunan orang tersebut langsung menyerbu Erlyn seperti tsunami.
Tetapi bedanya, orang-orang tersebut justru melemparinya dengan botol air ataupun barang-barang kecil lainnya.
"Dasar tidak tahu malu, mencuri ide orang lain dan menuduh Natalie sembarangan, mati sana!"
Semua mahasiswa Maximillian merasa marah terhadap tindakan Erlyn. Botol-botol melayang dan beberapa mengenai Erlyn. Air langsung membasahi wajahnya dan pakaiannya. Tanpa berhenti, dia terus menerobos kerumunan itu. Namun, dia terpeleset oleh kantong plastik yang ada di tanah.
Nia lalu menarik Natalie dan menunjuk ke arah Erlyn. "Bukankah adegan ini indah sekali? Pencuri tidak tahu diri sepertinya akhirnya menerima karma yang dia pantas dapatkan."
Natalie tidak menjawab, dia hanya mengatupkan kedua bibirnya.
Tidak, ini hanyalah awalnya saja.
Natalie masih tidak puas.
Empat tahun terakhir, Erlyn telah memperlakukan dirinya sebagai sapi perah. Satu kali serangan seperti ini tentu belum cukup!
Dari dalam aula, tiba-tiba keluar seorang pria berpenampilan rapi. Dia memakai kacamata hitam dan masker serta memakai payung.
Dia berlari ke arah kerumunan, mengangkat Erlyn yang terjatuh dan lari dari tempat kejadian dengan cepat.
Meskipun dari awal hingga akhir lelaki itu tidak menunjukkan wajahnya, Natalie tahu bahwa itu adalah Reynold.
Karena ketika dia membungkuk untuk membantu Erlyn berdiri, dia dapat melihat jam tangan yang dipakainya.
Dia tidak mungkin salah lihat karena itu adalah jam tangan yang dia berikan padanya sebagai hadiah. Dia bahkan masih mengingat bahwa Reynold berkata akan menjaga jam tersebut selama hidupnya.
Hahaha, sekarang yang dijaganya justru Erlyn bukan dirinya.
"Sialan, masih ada orang yang mau menolongnya? Jentelmen atau bodoh? Siapa orang itu ya kira-kira?" Wajah Nia terlihat bingung.
"Sudah lupakan saja, kalau kebanyakan mikir nanti kita cepat tua. Ayo sekarang kita makan, kita harus merayakan kemenanganku!"
Ketika mereka berjalan keluar dari Balai Pemuda, kedua sahabat ini sudah melupakan adegan barusan.
Namun tiba-tiba, ponsel Nia bergetar. Setelah menjawabnya, dia berkata pada Natalie. "Nat maafkan aku, ternyata ayahku sedang sakit. Aku harus menyusulnya ke rumah sakit, kita rayakan kemenanganmu di hari lain saja ya!"
"Oke, cepat susul ayahmu!"
Nia langsung memanggil taksi dan pergi duluan.
Pada saat ini, Natalie menyadari bahwa dia lupa membawa jaketnya yang dia lepas di kamar ganti. Dia lalu bergegas ke ruang ganti di belakang panggung.
Sesaatnya dia memasuki ruang ganti, dia menginjak sesuatu yang licin dan mendengar suara 'klik'. Dalam sekejap, pergelangan kakinya jatuh dengan posisi yang canggung.
Dia sepertinya lupa bahwa dia masih memakai high heels sebelumnya dan lari terburu-buru. Ketika dia melihat ke bawah, siapa yang menjatuhkan rambut palsu di tempat ini.
Tetapi dia tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada pihak lain, dia sendiri berlari tanpa melihat arah.
Ah, kakinya sangat sakit!
Dia menarik napas besar dan berusaha berdiri sambil memegang tembok.
Berjalan terseok-seok, dia akhirnya menemukan jaketnya dan berniat untuk pulang.
Tiba-tiba, ada seseorang yang membuka pintu.
Ketika dia mengangkat matanya, rupanya orang tersebut adalah Erlyn.
Make up Erlyn sudah luntur karena botol air yang tumpah ditambah dengan air matanya, matanya sudah merah dan auranya yang arogan itu sudah sama sekali tidak ada.
Dia berjalan masuk dan mendekati Natalie sambil terus menangis.
Natalie menatapnya dengan dingin. "Buat apa menangis? Hentikan sandiwaramu itu."
Tanpa diduga, Erlyn tiba-tiba berlutut di bawah dan menangis dengan menyedihkan. "Kak, kenapa kamu memperlakukanku seperti itu? Hidupku sudah berakhir sekarang, sekolah akan mengeluarkanku. Teman-temanku melabeliku sebagai pencuri, reputasiku benar-benar sudah hancur karena kamu! Empat tahun aku bekerja keras untuk menyelesaikan kuliahku, tetapi semuanya hancur karenamu! Hidupku sudah benar-benar berantakan, kenapa kamu tega melakukannya?"
Natalie cuma mengerutkan alisnya dan mengambil satu langkah mundur. "Semua itu salahmu sendiri."
"Kak, kamu benar-benar kejam. Kamu dari kecil sudah terlahir dari keluarga kaya dan sudah hidup enak, kamu tidak tahu bagaimana kerasnya hidup sebagai orang miskin. Demi aku bisa kuliah, ibuku bekerja sampai muntah darah. Kamu bahkan bekerja sama dengan Dekan untuk menuduhku hanya karena kamu tidak suka denganku. Kak, meski kita bukan saudara kandung, darah yang mengalir di tubuh kita itu masih berasal dari keluarga yang sama. Kenapa kamu tega melakukan ini kepada keluargamu sendiri? Apa kamu tidak ingat dulu aku pernah mencuci bajumu, memasak untukmu …"
Di tengah-tengah momen ini, Natalie menyadari bahwa kata-kata Erlyn ini terlalu dilebih-lebihkan. Siasat apalagi yang direncanakan si rubah licik ini?