Pada saat ini, Ferrari merah berhenti tepat di gerbang sekolah. Sosok pria gagah keluar dengan santai dari dalam mobil tersebut.
Tatapan mata Cindy makin bersinar. "Lihat itu, minimal kamu harus mendapatkan perhatian seorang pria seperti Kenny. Selain tampan, latar belakang keluarganya juga sangat kuat. Orang yang berhasil mendapatkan perhatiannya baru layak disebut kandidat wanita tercantik."
"Kenny, kamu datang tepat waktu. Hei, mana yang lebih cantik? Aku atau si Natalie yang menjijikkan ini?" Cindy berlari dan memeluk lengan Kenny.
Secara tidak terduga, Kenny mendorongnya ke samping. Tiba-tiba dia menatap Natalie dengan mata yang penuh kekaguman. "Apa kamu Natalie yang barusan juara 1 itu? Penampilanmu kemarin benar-benar luar biasa, aku dan kakak perempuanku sangat menyukainya. Oh iya, dia berniat untuk menikah tahun ini, dan dia ingin memakai baju tradisional tapi modern seperti milikmu itu. Bisakah aku mendapatkan rancanganmu yang kemarin? Tenang saja, aku akan memberikan harga yang pantas untukmu! Oh iya, ngomong-ngomong namaku adalah Kenny Harianto. Senang berkenalan denganmu."
Natalie diam-diam melirik Cindy, wajah 'ratu' kampusnya itu benar-benar jelek.
"Senang berkenalan denganmu juga, tetapi maaf sebelumnya, aku masih belum bisa memberikan apa yang kamu mau untuk sementara waktu."
"Tidak apa-apa, walaupun sangat disayangkan, tapi aku tidak bisa memaksamu. Omong-omong bisa minta nomor teleponmu? Saat nanti mungkin kamu sudah berminat menjual produkmu, aku akan menjadi pelanggan setiamu."
Wajah Cindy semakin tenggelam dan jelek. Dari awal hingga akhir, Kenny hanya berbicara dengan Natalie sepanjang waktu. Dia berkata kalau ingin membeli rancangannya untuk kakaknya, tetapi tujuan aslinya pastinya meminta nomor teleponnya!
"Kenny, bukannya kamu sudah janji mau nonton film sama aku? Ayo pergi!"
Semakin Cindy melihat sosok Natalie, semakin dia merasa bahwa orang itu benar-benar cantik. Hal ini membuatnya ketakutan. Bagaimana kalau Kenny benar-benar suka sama Natalie?
Hanya dalam sehari, banyak laki-laki yang menaruh perhatiannya pada Natalie, hal ini cukup untuk membuktikan bahwa kecantikannya tidak bisa diremehkan. Dia mulai menyesali perbuatannya hari ini.
"Sepertinya kurang pantas memberikan nomor telepon ke seseorang yang belum aku terlalu kenal!" Natalie tersenyum tenang.
"Ah, kenapa kamu pelit seperti itu? Kita kan sama-sama sekolah di tempat yang sama, wajar kok memberikan nomor telepon kita ke sesama teman. Atau perlukah aku membawamu pergi makan malam agar kita bisa saling mengenal?"
Kenny dengan alami mengajak kencan Natalie, hal yang mudah untuk orang semacam dirinya.
Pada saat ini, Natalie benar-benar memahami bahwa dirinya berada di lampu sorot. Bahkan salah satu laki-laki tertampan di sekolahnya pergi mengajaknya makan malam. Bukankah ini kesempatan yang baik untuk membuktikan dirinya?
Natalie menatap wajah pucat Cindy. Sebuah senyuman kecil licik nampak di wajahnya. "Oke!"
"Kenny, perutku sakit! Cepat tolong aku!" Cindy berusaha menarik perhatian Kenny, tetapi dia tidak bisa bertindak berlebihan agar tidak terlihat menyedihkan.
Akhirnya Kenny menoleh ke arah Cindy. "Baiklah, aku akan membawamu ke rumah sakit."
Cindy merasa lega, dia lalu memeluk dan membawa pergi Kenny dengan cepat.
Setelah beberapa langkah, Kenny berbalik dan berkata pada Natalie. "Apa kamu tahu kalau sekolah kita akan mengadakan acara dansa untuk pesta kelulusan kita? Karena kemungkinan kita tidak bisa bertemu lagi setelah lulus, aku harap kamu mau berdansa denganku pada saat pesta nanti."
Natalie tersenyum dan mengangguk. "Oke, aku akan menunggumu di sana!"
Hati milik Cindy benar-benar terpukul.
Sambil menyeret Kenny, dia berbisik dengan marah. "Kenny, kamu suka sama perempuan itu?"
"Aku sendiri tidak menyangka ada perempuan seperti dia di sekolah kita ini. Dia … selain cantik, dia juga pintar!" Wajah Kenny penuh dengan kekaguman.
"Dasar cowok bajingan, kamu kan sudah punya aku! Berani-beraninya kamu melirik cewek lain di depanku!" Cindy melempar lengan Kenny dalam sekejap.
"Oke kalau begitu kita putus saja! Dengan ini aku bisa mendekati Natalie dengan lebih leluasa." Kenny tidak berusaha membujuknya dan pergi begitu saja.
Cindy menghentakkan kakinya dengan marah, mengejarnya dan meraih lengannya. "Leluconmu itu tidak lucu, jangan pernah melirik perempuan lain lagi! Dan jangan pernah menyebutkan nama perempuan itu di hadapanku lagi!"
Melihat adegan ini membuat Natalie tertawa kecil.
Pada saat yang sama, Nia datang tepat waktu dan melihat semua adegan ini.
"Hahaha rasakan! Salah sendiri mengkhianati kita dan bergabung sama nenek sihir."
"Memangnya apa hubungannya?" Mereka berdua lalu tertawa dan berjalan bersama.
"Omong-omong, apa kamu beneran mau berdansa sama Kenny?"
Mendengar hal ini, Natalie berpikir dalam-dalam. Sebenarnya, selama 4 tahun kuliahnya itu dia habiskan untuk belajar dan sisanya dia akan berada di sisi Reynold.
Intinya dia tidak pernah bergaul dengan teman seangkatannya. Bahkan dia tidak pernah menghadiri acara sekolahnya tiap tahunnya.
Ketika memikirkannya, dia benar-benar telah membuang waktu menyenangkan yang hanya bisa dia dapat ketika bersekolah dan membuang masa mudanya.
Dan sekarang, upacara kelulusannya sudah ada di depan mata.
"Nia, orang seperti apa aku selama ini?" Natalie tiba-tiba bertanya.
"Itu…" Nia menatapnya dengan ragu-ragu. "Apa kamu mau jawaban jujur?"
"Iya! Kamu adalah teman terbaikku, aku tidak akan meragukan kata-katamu!"
"Yah menurutku kamu itu orangnya takut sendirian makanya kamu selalu menuruti apa kata orang kepadamu. Saking takutnya ditinggal, kamu selalu menuruti apa kata Erlyn dan keluarganya. Bahkan ketika kamu melihat Reynold berselingkuh dengan Erlyn, kamu tidak menghadapinya langsung dan tetap diam kan? Kamu selalu mengalah dan mengambil langkah mundur jika menyangkut orang lain.
Bahkan saat kita awal-awal kuliah, aku sendiri merasa ada yang aneh dengan kedua orang itu. Saat aku berkunjung ke rumahmu, aku melihat Reynold memasuki kamarnya Erlyn secara diam-diam. Tetapi waktu itu aku takut kalau kecurigaanku itu tidak berdasar dan akan mengacaukan hubunganmu jadi aku tetap diam waktu itu."
"Oh aku ingat, waktu itu Reynold bilang kalau Erlyn butuh bantuan memindahkan barangnya. Dipikir-pikir aku beneran bodoh ya selama ini!" Natalie hanya bisa menertawai dirinya sendiri.
"Natalie, kamu itu tidak bodoh. Kamu cuma tidak ingin orang lain meninggalkanmu dan berharap orang lain mencintaimu dengan tulus."
Kebutuhan akan kehangatan dan cinta telah membutakan sahabatnya ini.
"Yah yang penting itu semua sudah berlalu, tetapi … sepertinya memang aku tidak punya pasangan untuk berdansa di pesta kelulusanku."
Natalie berusaha menyemangati dirinya dengan tersenyum. Bukannya dia mencari-cari alasan untuk tidak pergi ke pesta kelulusannya, tetapi dia merasa semua ini sangat ironis.
Mungkin apa kata Nia itu benar, dia hanyalah wanita lemah dan butuh perhatian di mata semua orang.
Tetapi sekarang, dia adalah wanita independen, dia dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dia jelas jauh lebih baik daripada Erlyn dan Cindy.
…
Karena ingin memasak, Natalie pulang ke apartemen lebih cepat.
Di pintu, dia memasukkan rangkaian angka. Tidak tahu kenapa, angka-angka tersebut terasa familiar.
Tetapi tiba-tiba rasa familiar tersebut menghilang bagaikan debu. Dia akhirnya memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu dalam.
Setelah membuka pintu, dia meletakkan tasnya.
Setelah mengganti bajunya, dia berniat untuk membersihkan kamar apartemen yang luas ini. Tetapi setelah memperhatikan sekelilingnya, sepertinya tidak ada yang perlu dibersihkan.
Akhirnya Natalie memutuskan untuk berbelanja bahan makanan. Ketika dia mengecek isi kulkas sebelum berangkat, dia sangat terkejut.
Kemarin malam, kulkas itu benar-benar kosong. Namun pada saat ini, kulkas tersebut berisikan segala macam makanan.
Daging steak, telur, ham, sayur, semuanya ada. Bahkan label harganya masih tertera di bungkus plastiknya.
Sepertinya omongannya kemarin itu benar-benar serius, dirinya tidak diperbolehkan pergi berbelanja seorang diri.