Chapter 8 - Selangkah Lebih Dekat!

Pada saat ini, musik telah menyala dan para model mulai berjalan keluar.

Pada momen ini, sebuah pikiran terlintas di benak Natalie. 'Apakah ini yang namanya keputusasaan? Apakah memang dia tidak bisa menang sekalipun melawan Erlyn?'

Tidak! Aku tidak akan menerima kenyataan ini!

Wajah Nia juga merah karena marah, dia berkata dengan bersemangat. "Dasar wanita brengsek! Setidaknya biar aku pukul dia untukmu!"

Tetapi Natalie sekali lagi menariknya, berusaha menenangkannya.

"Terus apa yang harus kita lakukan? Kamu sudah berjuang keras selama seminggu ini, dan karena kebodohanku, kamu tidak punya model … " Mata Nia sudah mulai basah.

Natalie tersenyum dan menyeka air mata Nia dengan lembut. "Tidak apa-apa, biar aku yang maju!"

"Memangnya kamu bisa melakukannya?" Wajah Nia terlihat bingung.

Tinggi Natalie sekitar 155 cm, bahkan tingginya itu sangat jauh dari standar seorang model. Tetapi ketika Nia melihat tatapan matanya Natalie, dia tahu bahwa dirinya tidak bisa mematahkan semangat sahabatnya itu.

Natalie melihat jam tangannya. "Daripada merenung dan marah-marah seperti ini, bagaimana kalau kamu membantuku dengan membawakanku sepatu yang ada di kamarmu? Untungnya saja kita maju terakhir jadinya kita punya waktu untuk bersiap."

Proses pengambilan sepatu ini berjalan mulus, hanya butuh waktu 10 menit bagi Nia untuk kembali ke belakang panggung.

High heels dengan panjang hak yang mencapai 10 cm ini telah memecahkan masalah tinggi badan untuknya.

Dengan bantuan Nia, proses make up dan menata rambut juga menjadi lebih cepat.

Dua menit sebelum tampil, segala persiapan telah selesai.

Dalam penilaian kali ini, ada 4 juri yang akan menilai setiap peserta. Dari balik tirai, Natalie menatap satu per satu dari mereka.

Yang pertama adalah Kevin yang merupakan Dekan dari jurusan fashion desain. Yang kedua adalah salah satu fashion desainer terkenal di dunia yaitu Mike. Dan yang ketiga adalah … Reynold. Sepertinya tunangannya itu diam-diam membantu mengatur skema licik Erlyn di balik layar.

Ketika dia menatap Reynold, sosok tunangannya itu terlihat aneh di matanya. Sosok yang dulunya tampan dan ramah itu, entah kenapa berubah menjadi sosok asing yang selalu menyulutkan api di dalam hatinya.

Mencubit pahanya sendiri, Natalie berusaha tetap tenang.

Dan yang terakhir di paling kanan … Orang itu memakai jas berwarna hitam, wajahnya tegas dan tampan tetapi tatapan matanya tajam dan dingin. Seakan-akan tatapan matanya itu dapat menembus segala hal di dunia ini.

Sosoknya yang kuat itu mengalahkan aura dari ketiga juri yang lainnya.

Dan orang itu adalah Anthony Stevano!

Ya ampun, itu benar-benar Anthony Stevano!

Akhir-akhir ini dirinya sibuk dengan rancangan desainnya, dia bahkan lupa insiden memecahkan kaca mobilnya itu.

Mengingat kejadian tersebut, Natalie telah kehilangan harapannya untuk menang. Bahkan kakinya sendiri sudah menjadi lemas seperti tahu.

Setelah acara berjalan sekian lama, bagi Anthony ini benar-benar membosankan.

Dia terus memperhatikan ponselnya. Dia bahkan tidak berkomentar apa pun mengenai penampilan para model.

Namun pada saat ini, kehadiran Natalie di atas panggung membuatnya terkejut.

Dalam sekejap, dia meluruskan punggungnya dan matanya berbinar-binar.

Dengan latar belakang panggung yang bertemakan sungai, seorang gadis keluar dari samping panggung menggunakan payung kertas.

Bunga-bunga sakura bertebaran dari atas dan menghujani model tersebut ketika berjalan ke tengah panggung.

Gaunnya yang terinspirasi dari yukata tersebut dipadukan dengan nuansa batik. Saat dia memutar payung kertasnya, bunga sakura yang menempel menjadi berhamburan.

Melihat melalui bunga-bunga tersebut, wajah cantik dari model tersebut terlihat makin elegan.

Pertunjukan singkat yang tidak sampai satu menit ini telah berakhir. Seluruh Balai Pemuda terhening selama 3 detik, setelah itu tepuk tangan dari ratusan orang dapat terdengar.

Bahkan Erlyn, yang selalu meremehkan Natalie, mau tidak mau tercengang kali ini.

Dia tidak pernah menyadari bakat yang dimiliki oleh Natalie.

Dia tidak menyadari kecantikan Natalie yang bagaikan peri itu.

Mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak seakan-akan ingin keluar dari kantong matanya.

Anthony tersenyum puas dan tangannya tanpa sadar menggosok jari manisnya. Perempuan ini benar-benar berbeda dari yang lain.

Setelah penampilan Natalie, sekarang adalah waktunya penilaian.

Sekarang para model diminta untuk berbaris di atas panggung sesuai nomor urut. Sedangkan para juri akan menyampaikan penilaian mereka dari tempat duduk mereka.

Di atas panggung, Natalie berdiri dengan gugup.

Sebagai seorang desainer, dia memang cukup berpengalaman. Tetapi sebagai model, ini adalah pertama kalinya dia berjalan di atas catwalk.

Dia menatap Anthony sekali lagi. Apakah lelaki itu akan dendam pada dirinya karena belum mengganti rugi mobilnya yang rusak? Apakah ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk melampiaskan kebenciannya itu?

"Sekarang mari kita lihat nilai dari model nomor 1. Nilai dari juri pertama adalah sepuluh, juri kedua sepuluh, dan yang ketiga juga sepuluh…"

Pembawa acara menyampaikan penilaian para juri dengan profesional.

Sepuluh adalah nilai paling tertinggi. Dengan 3 juri pertama memberinya angka sepuluh menunjukkan bahwa hasil rancangan dari Erlyn benar-benar patut diacungi jempol.

"Dan juri keempat memberikan nilai … nol!"

Ketika pembawa acara itu mengumumkan penilaian dari Anthony, bahkan dirinya sedikit malu mengucapkannya.

Natalie tertawa diam-diam dan menatap Anthony.

Sepertinya akan susah meluluhkan hati lelaki itu.

Bahkan dirinya harus mengakui bahwa pekerjaan yang dilakukan Erlyn sangat bagus, tetapi Anthony tetap memberinya nilai 0.

Bagaimana dengan dirinya? Apakah dirinya akan mendapatkan hal yang sama atau bahkan nilai minus?

Meski tidak seperti yang diharapkan, Erlyn cukup puas dengan penilaian ini. Dia tahu siapa Anthony Stevano itu, orang sepertinya itu selalu pilih-pilih dan tidak bisa ditebak.

Tidak masalah, 30 poin sudah cukup tinggi.

Lagipula, jika karyanya itu bahkan tidak bisa membuat seorang Anthony Stevano tergerak, mana mungkin karya lain bisa.

Tidak mengherankan, Anthony selalu memberikan nilai 0 kepada setiap rancangan.

Sepertinya kriteria yang dimilikinya sangat tinggi.

Sekarang, waktunya penilaian rancangan milik Natalie.

"Dan sekarang peserta nomor 50 milik Natalie Andersen. Rancangan kali ini sedikit unik karena Natalie sendiri telah menjadi model untuk rancangannya sendiri! Juri pertama memberikan nilai sepuluh, juri kedua sepuluh dan yang ketiga juga sepuluh." Pembawa acara memberikan penilaian para juri dengan cepat.

Sampai akhirnya, dia menatap skor yang diberikan oleh Anthony.

Setelah melihatnya dengan tidak percaya, dia dengan cepat mengumumkan. "WOW, tuan Anthony memberikan nilai sepuluh! Sepertinya desainnya kali ini membuat para juri dan penonton terpukau. Selamat kepada Natalie yang telah menjadi juara nomor satu! Berikan sambutan yang meriah untuk pemenang kita!"

"Selamat!"

Para penonton segera berdiri dan memberikan tepuk tangan.

Wajah Natalie menjadi merah. Ketika dia berjalan maju, sebuah asap keluar dari lantai dan suara petasan dapat terdengar.

Di tengah-tengah panggung, dia memberikan hormat kepada penonton dan para juri.

"Terima kasih kepada para juri, para penonton dan guru-guruku yang telah membimbingku. Tanpa kalian semua, saya tidak akan mungkin mendapatkan penghargaan ini."

Suaranya menggema diikuti oleh air mata yang turun dari sudut matanya.

Dengan ini dia sudah membuktikan bahwa dia bukanlah orang lemah yang bisa diperas kapan saja, dia sudah bukan lagi orang yang bergantung pada orang lain.

Natalie Andersen telah selangkah lebih dekat menuju individu yang baru!