Chapter 19 - Lelaki Idaman! 

Suara sexy Anthony yang sangat provokatif membuat tulang ubun-ubunnya bergetar.

"Uhuk uhuk..."

Natalie dengan cepat memalingkan kepalanya untuk melihat sekitar dan menemukan bahwa tidak ada yang memperhatikan mejanya. Sambil menghela napas lega, wajahnya yang cantik sudah sangat merah.

"Tidak, jangan repot-repot. Lebih baik aku potong sendiri."

Natalie melambaikan tangan ke pelayan dan dengan sopan bertanya. "Bisa minta tolong, tangan saya lagi sakit, dapatkah kamu membantuku memotong steak ini menjadi potongan-potongan kecil?"

Ini adalah restoran kelas atas, sehingga pelayan laki-laki di sini memiliki tampang good looking. Meskipun tidak setampan Anthony, tetapi wajah tersenyum pelayan itu masih sedap dipandang.

"Baik, nona! Saya dengan senang hati melayani anda!"

Natalie melihat steak yang disajikannya itu dipotong-potong oleh pelayan tersebut.

Wajah tampan Anthony sangat gelap, dan mata tajamnya hampir membunuh si pelayan.

Pelayan itu juga takut, dia tidak berani muncul lagi ke meja tersebut.

Natalie tiba-tiba merasa sangat bahagia. Tampaknya CEO yang arogan ini berhasil dia kelabui untuk pertama kalinya!

...

Ketika mereka sampai di rumah, kegelapan malam sudah sangat pekat. Ketika mereka berdua sampai di lift, Anthony selalu memegang tangannya. Sosoknya yang tinggi berdiri di sampingnya sepanjang waktu, memberikan Natalie kehangatan.

Ketika dia menutup matanya, dia dapat merasakan rasa aman sekaligus kebahagiaan.

Dia bermaksud membungkuk untuk melepas sepatunya.

Tetapi Anthony sudah berjongkok, membantunya melepaskan tali sepatu, dan membawa sepasang sandal.

Natalie hanya bisa terkejut ketika melihat semua hal ini.

Anthony melotot padanya. "Kenapa kamu terdiam? Di rumahku, biasanya orang akan memakai sandal rumah bukan sepatu jadi pakailah ... "

"Apa kamu terbiasa sebaik ini ke tamumu?"

"Kamu yang sekarang adalah pasien, aku tidak bisa membiarkanmu sakit terus menerus seperti ini. Jika nanti kamu sudah sembuh, kamu harus membayarnya berlipat-lipat. Apakah kamu mengerti?"

Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya, menggosok rambutnya yang panjang itu hingga menjadi berantakan.

Ketika mereka memasuki kamar tidur, Natalie berjalan menuju kamar mandi. Dia berencana untuk mandi dan sikat gigi.

Ketika dia mencapai pintu, lengan panjang pria itu langsung memblokir dirinya.

"Kamu benar-benar tidak perlu bantuanku untuk memandikanmu?"

Matanya berapi-api dan ekspresinya ambigu, jelas bahwa dia memiliki rencana lain selain untuk membantunya mandi.

...

Keesokan harinya.

Natalie bangun dari tidurnya, matahari bersinar dan masuk melalui jendela kamarnya. Kamar tidurnya yang bermandikan matahari itu tenang dan hangat.

Meski baru pindah beberapa hari, dia sudah terbiasa dengan suasana santai di rumah barunya ini.

Bersama dengan pria ini, kesehatan mentalnya tidak tertekan seperti yang dia pikir.

Semua berkat dua perkataannya yang memberikan cahaya kepada hatinya yang gelap.

Seorang tuan putri sepertimu tidak pantas terlihat murung, kamu lebih cocok tersenyum!

Mau itu kontrak atau tidak, kamu yang sekarang adalah kekasihku!

Setelah bangun dari tempat tidur dan meregangkan tubuhnya sedikit, dia berjalan ke kamar mandi. Sesampainya di sana, dia sedikit terkejut.

Cangkir sudah diisi dengan air, pasta gigi sudah berada di atas sikat gigi, dan yang lebih penting, ada sepasang sarung tangan waterproof di samping wastafel.

Sarung tangan tahan air itu dapat mencegah lukanya dari air. Detail-detail kecil ini dapat memperlihatkan sifat lelaki itu yang perhatian.

Setelah mencuci wajahnya, Natalie pergi ke bawah.

Dia lalu menemukan bahwa Anthony tidak pergi ke perusahaan. Dia masih mengenakan baju tidur berwarna perak dan duduk di sofa.

Kopi di satu sisi dan laptop di sisi yang lain.

Tirai jendela itu terbuka, dan sejumlah besar cahaya pagi masuk melalui jendela. Cahaya tersebut menerangi wajah Anthony yang tegas, membuatnya terlihat seperti makhluk surga.

Di fitur wajahnya yang tampan, terdapat aura samar dari sebuah kebanggaan.

Tadi malam, dia memandikan dirinya. Setelah itu mereka berdua melakukannya sekali di kamar mandi. Kemudian, dia meminta melakukannya lagi di kamar tidur.

Natalie tersipu malu ketika dia mengingat kejadian kemarin.

Tampaknya pria itu akan sarapan di rumah hari ini.

Dia berjalan ringan ke dapur, berniat untuk membuat sarapan.

"Kemarilah!"

Suara jantannya itu dapat terdengar.

Natalie berbalik dan menatapnya dengan senyum, tangannya masih disembunyikan di belakangnya. "Selamat pagi, tuan Anthony!"

Tuan Anthony? Dia sedikit mengerutkan alisnya.

Hari ini, Natalie mengenakan baju santai yang longgar, rambutnya yang panjang terikat membentuk sebuah bola di atas kepalanya. Wajahnya yang cantik terlihat kecil dan bulat, penampilannya yang malu-malu sangat segar untuk dilihat.

"Mau ke mana kamu? Mau kabur lagi?" Dia mengerutkan kening dengan ketidaksenangan.

"Aku cuma mau memasak sarapan untukmu!"

"Bukannya dokter mengatakan kalau jangan beraktivitas berat dulu? Apa kamu bosan hidup atau bodoh?"

Nadanya sangat sombong, tetapi tersimpan rasa khawatirnya yang tersirat.

"Itu tidak masalah, aku sudah terbiasa dengan tanganku ini."

Tiba-tiba Anthony meraih tangan kecilnya dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Ingat, kamu itu bukan hanya Natalie Andersen saja sekarang, tetapi sekarang kamu adalah kekasihku. Seorang jentelmen sepertiku tidak akan mungkin membiarkan wanitanya terus menderita."

Kehangatan dan kekhawatiran yang mendarah daging ini membuat detak jantungnya tidak karuan.

Pria ini, hanya mengenalnya beberapa hari, sudah sangat perhatian dan memberikannya banyak kasih sayang.

Sedangkan pria satunya, yang telah merenggut empat tahun masa mudanya, acuh tak acuh terhadap dirinya.

Jadi kesimpulannya adalah jangan menyia-nyiakan hidup kita demi sampah manusia.

"Baik!" Natalie menatapnya dan tersenyum, "Apa yang akan kita makan jika aku tidak memasak?"

Anthony mengulurkan tangannya dan mencubit dagunya, dia lalu menurunkan kepalanya untuk tersenyum. "Apa pikirmu aku akan membiarkan kekasihku kelaparan?"

Saat ini, bel pintu berbunyi.

Setelah membuka pintu, David datang dari luar. "Selamat pagi, tuan muda, nona Natalie. Tuan muda mengatakan bahwa mulai hari ini, saya akan mengurus permasalahan makan Anda untuk satu minggu ini!"

Berarti dia tidak harus memasak selama seminggu, itu kabar bagus! Pria ini khawatir dengan tangannya yang terluka dan dia tidak memperbolehkan dirinya memasak. Dan sekarang sepertinya semua masalah terselesaikan.

Tampaknya Anthony sudah mengatur semua ini untuk dirinya. Wajahnya tidak bisa tidak memerah dan menatapnya diam-diam.

Tinggi, tampan, perhatian, apakah laki-laki idaman seperti ini benar-benar nyata?

Keahlian David sangat baik. Hidangannya penuh warna, aroma dan rasa.

Sarapan di pagi hari ini terlihat spesial dan besar. Hal ini memberi Natalie sensasi bahwa dia sedang makan di restoran.

"David, di mana kamu belajar memasak?"

"Saya adalah lulusan dari sekolah butler di Inggris ketika saya masih muda." David tersenyum dan sudut matanya memancarkan cahaya kebijaksanaan.

Natalie hanya bisa melongo. "Sudah jauh-jauh belajar di Inggris dan kamu kembali ke sini?"

David tersenyum bangga. "Yang menyolahkanku adalah keluarga tuan muda, tentu saya akan kembali untuk beliau. Jika Anda ingin makan sesuatu, silahkan memintanya tanpa ragu."

Natalie menutupi mulutnya dengan senyum dan berkata. "Omong-omong, aku pernah mendapatkan kiriman makanan selama seminggu, apakah itu adalah masakanmu?"

Natalie jelas ingat bahwa ketika dia terjaga sepanjang malam untuk mempersiapkan proyek kelulusan, seorang misterius meninggalkan berbagai jenis makanan setiap hari di depan pintu apartemennya.

Dapat dikatakan bahwa makanan itu tetap membuatnya bersemangat mengerjakan proyek kelulusannya itu. Dan baru sekarang Natalie memahami semuanya.

Senyum David berubah menjadi sedikit kaku. Dia tidak menyangka bahwa Natalie cukup pintar untuk memecahkan teka-teki tersebut.

"Yah..." David ragu-ragu. Dia tidak yakin apakah tuan mudanya akan membiarkan dia mengungkapkan rahasia ini.

Anthony dengan marah melempar garpunya di atas meja. "David, sepertinya semakin tua dirimu, semakin kamu mudah untuk bingung. Minggu lalu kita berada di Singapura untuk menghadiri rapat, apakah kamu lupa?"

David mengangguk dan tersenyum. "Maafkan saya yang sudah tua tuan muda, sepertinya saya harus bertemu dengan dokter."

Natalie bingung ketika mendengarnya. Berarti apakah makanan-makanan itu tidak dikirim oleh Anthony?

Yah, dia tidak mengenal Anthony pada waktu itu. Jadi seharusnya dia tidak mungkin sebaik itu kan?