"Apa yang kamu lakukan?!" bentak Asya marah. "Kenapa kamu berani mengatur hidupku?!"
"Karena aku menyayangimu, Bodoh!" balas Sean cepat dengan tatapan menusuk bak mata pisau yang ditancap.
Tatapan penuh amarah Asya langsung luntur. Wajah gadis itu berubah menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan. Sesaat kemudian, ia memgeryitkan keningnya. "Hah?" ujar Asya tanpa sadar, menatap Sean tak percaya. Menyayanginya? Apa Asya tak salah dengar.
Sesaat setelah mengatakan itu, Sean langsung membeku. Lelaki itu sadar dengan apa yang ia katakan. Sean tak bisa menahan kata-kata itu. Dengan cepat, Sean berdeham sembari memijit pangkal hidupnya. Mengalihkan tatapan dari Asya, Sean berkata, "maksudku, aku peduli padamu! Tak baik seorang gadis sepertimu ada di tempat itu! Makanya aku datang ke sini!" bentak Sean, nampak jelas kekakuan dari amarah lelaki itu. Sebab Sean sendiri syok dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa ia menyayangi Asya.