"Asya! Berhenti berontak! Aku akan memberimu obat dengan cara yang sama jika kamu masih lari dariku seperti ini!" bentak Sean, ikut marah.
Asya langsung terkesiap dengan bentakan lelaki itu. Hingga ia berhenti memberontak dan menatap Sean, kentara jelas bahwa Sean benar-benar marah padanya.
Mendapatkan tatapan takut dari Asya, Sean memasang standar motornya dan segera turun dari kendaraan roda dua itu. "Kenapa kamu terus bertingkah seperti itu?! Itu bukan ciuman!" lanjut Sean dengan nada tinggi tanpa enggan melepas tangan Asya.
Asya hanya menunduk. Wajahnya masih memerah. Melihat dan mendengar bentakan dari Sean membuat benak Asya bergetar. Gadis itu tanpa bisa ditahan, menangis.
Amarah Sean perlahan berangsur-angsur reda. Wajah penuh emosinya, mulai memudar. Sean melemahkan pegangannya pada lengan Asya. Ia tertegun. "Aku hanya tak habis pikir denganmu. Kenapa selalu bersikap seperti itu dan menjauhiku ketika aku melakukan hal 'itu' padamu," ujar Sean dengan suara rendah.