Setelah berbincang sebentar sembari menunggu derasnya air hujan reda, mereka memutuskan untuk membeli bakso di sekitaran kompleks masjid itu.
Kebiasaan dua sahabat itu memang sejak dulu suka sekali berburu kuliner.
Sejak dahulu, mereka suka sekali nongkrong dan makan di pinggir jalan berbaur dengan banyak orang.
Gerobak bakso bertuliskan Bakso Malang Lezat menjadi tujuan mereka kali ini.
Mereka berdua berjalan menuju Abang tukang bakso yang sedang sibuk melayani para pelanggannya.
"Bang, pesan bakso 2 ya". Kata Fatma pada Abang tukang Bakso yang memakai topi berwarna hitam itu.
"Ok mbak, Monggo lenggah riyen". (Ok mbak, silahkan duduk dulu). Jawab Abang tukang bakso memakai bahasa Jawa dengan fasih.
"Aku nggak pake kol, mie putih dan tahu mentah ya bang, sambal nya banyakin, kecapnya 2 sendok jangan lebih, saos nya 2/3 sendok makan ya bang, ga boleh kurang ga boleh lebih biar cita rasanya tak berubah". Cerocos Fatma pada Abang tukang bakso.
"Bawel banget sih kamu Fat". Kata Syahdu sambil menepuk pundak Fatma.
Mendengar perkataan sahabatnya itu, Fatma hanya tertawa cengengesan.
Suasana yang mendung di dukung dengan kota Malang yang terkenal dengan hawa dingin memang sangat cocok untuk menyantap semangkuk bakso.
Sembari melihat lalu lalang kendaraan yang melewati kawasan itu dengan berbagai lampu warna warni memang sangat indah dan mempesona.
Seandainya saja dulu Syahdu tidak batal menikah dengan Yusuf, pasti kini ia tengah berbahagia dan bisa menikmati bakso bersama.
Namun, apa daya, takdir tak dapat di tawar.
Semua telah digariskan oleh yang Maha Kuasa.
Syahdu hanya bisa bersabar dan berdoa yang terbaik untuk kehidupan dirinya dan orang orang yang ia sayangi.
Malang tak dapat di tolak, semua yang terjadi sekitar sebulan yang lalu membuat Syahdu enggan membuka hati untuk para pria yang berusaha mendekatinya.
"Kira kira mas Yusuf sekarang kemana ya?". Ucap Syahdu menatap Fatma sembari menunggu bakso pesanan mereka.
"Loh.. kamu masih berharap dan mikirin Yusuf Sya?". Tanya Fatma yang kaget mendengar pertanyaan Syahdu.
"Ya kalau di bilang masih cinta sih ya masih, sebenernya aku tuh belum bisa lupain dia, ya gimana dong dia kan dulu emang udah tunangan denganku". Jawab Syahdu pada Fatma.
"Sebenernya aku dulu udah nggak mau nyebut nyebut nama mas Yusuf lagi, tapi aku juga nggak bisa nahan diriku buat cari tau tentang dia". Tambah Syahdu.
Fatma hanya menggelengkan kepala ketika mendengar pengakuan sahabatnya.
Fatma pun sudah sangat memahami sahabatnya itu sejak dulu.
Syahdu memang sangat susah untuk jatuh cinta dan tertarik pada lawan jenis, tetapi saat ia jatuh cinta, maka ia akan mencintai setulus hatinya.
Syahdu akan sangat setia pada pasangannya.
"Hmmm.. kamu itu ya Sya, jangan terlalu dipikir lagi Yusuf, nanti kamu malah sedih lagi". Jawab Fatma pada Syahdu.
"Ini mbak Baksonya sudah siap". Kata Abang tukang bakso yang mengantar pesanan Syahdu dan Fatma.
Masing masing semangkuk bakso panas berisi pentol bakso, somay, tahu dan aneka macam goreng tersaji di meja mereka.
"Aku udah ikhlas sebenarnya Fat, udahlah ga perlu di bahas lagi deh". Kata Syahdu pada Fatma.
"Makan dulu baksonya, keburu dingin nanti ga enak". Tambah Syahdu.
Mereka mulai menyendok dan melahap makanan yang tersaji di hadapan mereka.
Kenikmatan dunia untuk mereka ketika makan bakso favorit mereka.
"Enak ya Sya, tapi kayaknya saosnya kebanyakan deh, abangnya ga bisa nakar nih". Omel Fatma sembari menyendok dan mengobrol dengan Syahdu.
"Udahlah makan aja, kalau kurang pas tinggal di tambahin kecap atau sambal gitu". Jawab Syahdu pada Fatma.
"Iya iya Bu dokter baik". Goda Fatma pada Syahdu.
Mendengar candaan dari Fatma tersebut, Syahdu hanya tersenyum pada Fatma.
Setelah menghabiskan bakso di hadapan mereka, akhirnya mereka bersiap siap untuk pulang.
"Berapa bang bakso 2, teh hangat 2?". Tanya Fatma pada Abang tukang bakso.
"Baksonya 2 harganya 30 ribu, teh hangatnya 2 harganya 10 ribu, jadi totalnya 40 ribu mbak". Kata Abang tukang bakso pada Fatma.
Fatma mengeluarkan dompetnya dari dalam tas berwarna hitam kombinasi warna emas miliknya.
"Loh, kok nggak ada uangku Sya". Kata Fatma pada Syahdu.
"Kamu simpan dimana memangnya tadi?". Tanya Syahdu pada Fatma.
"Tadi perasaan aku ambil uang dari ATM 300 ribu dan aku simpan disini, tapi kok sekarang nggak ada ya". Kata Fatma yang sedang bingung mencari uangnya.
"Udah pakai uangku aja nggak apa-apa". Ujar Syahdu pada Fatma sembari mengeluarkan uang dari dompetnya yang berwarna merah marun.
"Ini bang uangnya". Menyodorkan uang pecahan 50 ribuan pada Abang tukang bakso.
"Kembali 10 ribu ya mbak". Abang tukang bakso membuka kotak uangnya untuk mencarikan kembalian untuk Syahdu.
"Udah nggak usah bang, buat Abang aja". Jawab Syahdu.
"Terima kasih ya mbak". Jawab Abang tukang bakso pada Syahdu.
Setelah membayar bakso, Syahdu dan Fatma bergegas pergi ke parkiran dimana Fatma menaruh sepeda motornya.
Sembari berjalan Fatma masih kebingungan memikirkan ada dimana uang yang ia ambil siang tadi dari ATM.
Sesampainya di parkiran, Fatma melihat bungkusan tas bertuliskan skincareku di centelan sepeda motornya.
Ia mulai mengingat dimana uangnya.
Ternyata uang Fatma tidak hilang, melainkan uangnya telah ia gunakan untuk membeli skincare.
"Sya..". Panggil Fatma pada Syahdu.
"Apa?". Jawab Syahdu.
"Ternyata uangku nggak hilang, tapi udah aku belikan skincare tadi di gerai langgananku". Kata Fatma pada Syahdu sembari tersenyum meringis.
"Sudah aku duga Fat, aku udah hafal kalau kamu itu pelupa". Jawab Syahdu.
"Hehe, besok aja aku ganti ya uang kamu". Kata Fatma.
"Nggak perlu Fat, kayak sama siapa aja kamu ini". Tutur Syahdu.
"Hehe, terima kasih ya Fat". Kata Fatma sembari mengelus punggung Syahdu.
Ketika mereka telah siap untuk pulang, tiba tiba ada pesan masuk ke hp milik Syahdu.
Sebuah pesan dari kontak bernama dokter Umar.
"Assalamualaikum dokter Syahdu, kebetulan besok saya ada acara makan malam bersama teman teman saya serta dengan para anak yatim di sebuah panti asuhan, apakah dokter Syahdu mau bergabung dengan kami?".
"Pesan dari dokter Umar". Kata Syahdu pada Fatma.
"Apa katanya?". Fatma penasaran.
"Undangan makan malam katanya bersama teman temannya serta mau santunin anak yatim". Jawab Syahdu pada Fatma.
"Terima aja tapi aku boleh ikut nggak?". Kata Fatma.
"Aku tanya dulu ya". Jawab Syahdu pada Fatma.
Kemudian Syahdu membalas pesan dari dokter tampan itu menanyakan apakah Fatma boleh ikut bergabung.
Dokter Umar membalas pesan dari Syahdu dan ia memperbolehkan Fatma ikut bergabung.
Mendengar hal itu Fatma merasa senang karena ia bisa bertemu dengan dokter yang ia kagumi.
"Nggak sabar deh buat acara besok". Kata Fatma pada Syahdu sembari tersenyum dengan senyuman termanis yang ia miliki.
"Genit banget ya ternyata sahabatku ini, nggak boleh berlebihan Fat karena dokter Umat bukan siapa siapa kamu, ingat dosa". Tutur Syahdu pada Fatma.
"Namanya juga orang lagi bahagia Sya, menurut kamu dokter Umar udah ada calon istri apa belum ya Sya?" Tanya Fatma pada Syahdu.