Sembari mengobrol, mereka menaiki motor matic yang di kemudian oleh Fatma.
Fatma yang dari tadi antusias membicarakan dokter muda yang bernama Umar, dokter yang telah mencuri hatinya saat pandangan pertama.
Saat asyik mengobrol di tengah bisingnya kendaraan yang melintas, tiba-tiba ponsel milik Syahdu berbunyi.
Sebuah pesan dari ibundanya yang telah khawatir dengan keadaan dirinya.
"Assalamualaikum, Bu". Jawab Syahdu memegang ponsel dan mendekatkan ponselnya pada telinganya agar ia dapat mendengar suara dengan jelas.
"Waalaikumsalam wr. wb. Nak, sudah sampai mana? kok dari tadi belum pulang Sya, ibu khawatir Nak". Jawab Ibundanya mencecar Syahdu dengan berbagai pertanyaan.
"Kamu tidak apa-apa kan?". Imbuh ibunda Syahdu.
Syahdu paham sekali dengan ibundanya, beliau selalu khawatir dengan keadaan Syahdu.
Maklum saja hal itu dikarenakan Syahdu merupakan putri tunggal dari keluarga tersebut.
"Syahdu nggak apa-apa Bu, ini sedang bersama Fatma balik pulang, tadi telat pulang karena hujan deras kemudian kami berteduh di masjid dekat sini". Jawab Syahdu menenangkan ibundanya itu.
"Ya, sudah kalian hati-hati di jalan ya, Nak". Jawab ibunda Syahdu yang telah merasa lega setelah mendengar kabar dari putri tercintanya tersebut.
Mendengar obrolan sahabatnya bersama ibunda, Fatma mencoba untuk meledek Syahdu.
"Ya, gitu deh anak mami, kemana mana dicariin". Cerocos Fatma pada Syahdu.
"Ih, enak aja, kamu tuh yang anak mami, masih disuapin mami ya kamu". Balik Syahdu meledek Fatma.
Mendengar ledekan dari Syahdu, Fatma mencoba untuk membela dirinya.
"Eh, nggak ya, kata siapa?". Kata Fatma pada Syahdu yang sedang duduk di belakang bangku motor.
"Aku liat sendiri kok, inget ga pas kamu lagi sedih dulu, kamu kan nggak mau makan kalau nggak disuapin mami kamu hayoo..". Balas Syahdu pada Fatma.
Fatma mengingatnya, waktu itu, ia memang sedang terpuruk dan tentu saja hal itu wajar menurut dirinya, ah sudahlah lebih baik diam saja karena mengelak pun sudah terbongkar jika ia pernah disuapi oleh ibundanya.
"Sudahlah daripada ngomongin hal yang nggak penting, lebih baik kita omongin dokter Umar aja". Tersenyum sehingga pipinya menjadi kemerahan.
"Kamu jangan terlalu halu, bukan mahrom nggak baik, nanti kamu kecewa lo". Tutur Syahdu pada sahabatnya itu.
"Iya juga sih, tapi seenggaknya kamu bantuin aku dong". Jawab Fatma.
"Udah ah dari tadi ngobrol mulu, fokus aja nyetirnya, nanti kita bahas di rumah aja". Sahut Syahdu pada Fatma.
"Siap bos, laksanakan". Ledek Fatma pada Syahdu.
Jalanan basah semua, becek dan air menggenang di sepanjang jalan raya.
Tepat sekitar 30 menit mereka sampai di rumah Syahdu.
Jam menunjukkan pukul 8 malam.
"Assalamualaikum wr wb". Syahdu dan Fatma serentak mengucapkan salam.
Namun, terlihat sepi tidak seperti biasanya, pintu rumah pun tidak di kunci.
"Ibu kamu kemana Sya, kok nggak di kunci pintu rumahnya?". Tanya Fatma.
"Nggak tau juga, mungkin di dalam, coba aku liat sebentar ya". Jawab Syahdu sbil berjalan menuju ruangan di dalam rumahnya untuk mencari ibundanya.
"Wah, bau nya enak sekali Sya". Kata Fatma.
"Mungkin ibu sedang memasak di dapur". Jawab Syahdu.
"Ayo kita liat, Fat". Tambah Syahdu.
Ternyata benar, setelah ditelusuri, mereka menemukan ibu Nafsiyah, ibunda Syahdu sedang membuat ayam bakar di dapur.
Aroma semerbak tercium bahkan dari beberapa meter dari dapur.
Ibu Nafsiyah, ibunda Syahdu memang terkenal pandai memasak sejak dahulu.
Tak diragukan lagi kepiawaiannya daam memasak segala macam masakan.
Mulai dari makanan tradisional hingga makanan Timur tengah.
"Ibu, buat apa? dari tadi Syahdu panggil dari luar nggak kedengeran ya". Tanya Syahdu pada ibundanya.
"Ibu memasak dan menyiapkan makanan untuk kalian, ibu pikir kalian lapar seharian belum makan, maksud ibu kalian sejak sore kehujanan dan belum makan sama sekali". Tutur Ibunda Syahdu pada keduanya.
"Top deh Tante". Kata Fatma sembari mengangkat dua jempolnya sebagai isyarat memuji ibu Nafsiyah.
Kemudian ibu Nafsiyah menghidangkan semua masakan yang telah ia buat diatas meja dan dibantu oleh Syahdu dan Fatma.
"Tapi aku masih kenyang, Sya". Fatma berbisik pada Syahdu.
"Makanlah sedikit juga nggak apa apa, hargai kerja keras orang tua". Balas Syahdu dengan berbisik pula.
Mereka bertiga pun duduk bersama dan makan bersama.
Tak tampak ayahanda Syahdu, tak seperti biasanya yang selalu lengkap.
Hari ini tak ada tanda tanda keberadaan ayahanda Syahdu.
"Om kemana Tante?". Tanya Fatma pada Ibu Nafsiyah.
"Lagi ada urusan kerja ke Jawa Tengah Fat".
Jawab ibunda Syahdu pada Fatma.
Setelah makan, Fatma berpamitan untuk pulang.
Namun, Ibu Nafsiyah menyarankan Fatma untuk menginap karena hari sudah larut malam.
Tak baik jika seorang perempuan berkendara larut malam.
Apalagi musim begal dan kejahatan dimana-mana.
Fatma mengiyakan tawaran ibu Nafsiyah untuk menginap
Syahdu merasa senang karena sahabatnya bisa menginap dan tidur bersamanya hari ini.
Terdengar suara ponsel Syahdu, ternyata sebuah postingan story Instagram milik dokter Umar yang sedang berbelanja pakaian di mall.
"Fat, ayo kita ke kamarku kita ngobrol tentang pangeranmu". Bisik Syahdu pada Fatma.
Fatma hanya mengangguk dengan wajah yang berseri seri.
Bahagia, tentu saja karena dia berpikir sahabatnya ingin membantu dirinya agar berjodoh dengan dokter muda itu.
"Ibu, Syahdu dan Fatma mau sholat isya kemudian tidur ya". Pamit Syahdu pada ibu Nafsiyah.
Merekapun pergi mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai umat Islam yaitu sholat lima waktu.
Setelah sholat, mereka tak langsung bergegas untuk tidur.
Tetapi, mereka membicarakan acara mereka besok bersama dokter Umar.
"Kita kan ada rencana jenguk Yusuf kecil?". Spontan Fatma teringat akan hal itu.
"Oh iya, apa kita batalkan aja ya acara kita dengan dokter Umar?". Pikir Syahdu.
"Jangan, kita tunda aja jenguk Yusufnya, kan bisa lain kali". Kata Fatma.
"Kalau sama dokter Umar kan nggak bisa tiap hari". Tambah Fatma.
"Uh kamu ini, dokter Umar, dokter Umar mulu, kalau dia udah ada calon baru tau rasa kamu". Kata Syahdu sambil tertawa kecil.
"Yah kamu ini, doainnya kok gitu". Fatma agak jengkel.
"Liat ini!". Syahdu menunjukkan foto dokter Umar yang sedang berbelanja pakaian di mall.
"Caption nya aja semoga kita bisa samaan ya besok, itu artinya calon dokter Umar juga ikut dong". Kata Syahdu.
"Dia beli baju warna apa?". Tanya Fatma.
"Kemeja hitam kombinasi batik sedikit". Jawab Syahdu.
Seketika itu Fatma merebut ponsel milik Syahdu dan melihat dokter muda sedang berpose menggunakan pakaian barunya.
"Masyaa Allah, ganteng banget ya". Kata Fatma.
"Besok kamu harus temenin aku beli baju, kalau bisa dengan motif dan warna yang sama dengan dokter Umar". Kata Fatma pada Syahdu.
"Pasti manis banget kalau aku samaan dengan dokter muda itu, dokter Umar". Tambah Fatma.
"Emang cinta bikin orang jadi nggak waras ya". Syahdu bergumam sambil menggelengkan kepalanya.