Pagi yang cerah, sinar matahari sedikit demi sedikit mulai terlihat.
Matahari pagi ini terlihat malu malu untuk menampakkan sinarnya dengan jelas.
Cuaca di kota Malang, Jawa Timur ini seringkali tidak dapat diprediksi.
Kadang nampak cerah di pagi hati, namun, beberapa saat kemudian bisa saja awan hitam menghampiri, mendung biasa tiba tiba datang dan menutupi sinar matahari pagi.
Hari ini nampak sekali jalanan raya sedang ramai dengan lalu lalang kendaraan yang akan berlibur di hari libur ini.
Meskipun demikian, di hari libur, Syahdu, sebagai seorang dokter tetap pergi untuk bekerja.
Namun tak seperti biasanya, kali ini ia pergi bekerja hanya untuk setengah hari saja karena karena dihari libur biasanya dokter yang jaga di atur.
Setelah sholat shubuh tadi, Syahdu langsung bersiap untuk ke Rumah Sakit.
Sedangkan Raisa hari ini libur, sehingga ia berencana untuk ikut menemani Syahdu ke rumah sakit supaya ia bisa melihat pangeran pujaan hatinya, seorang nan tampan yang telah ia idam idamkan sejak pertama kali mereka bertemu.
"Sya, aku temani kamu pergi ke Rumah Sakit ya!". Kata Fatma pada Syahdu yang sedang memeriksa tas nya ketika hendak pergi.
"Mau nemenin aku, apa mau bertemu sama Umar?". Ledek Syahdu pada Fatma.
Syahdu menyenggol bahu kanan Fatma yang sedang merekah senyumannya.
"Dua dua nya, hehe". Jelas Fatma pada Syahdu sembari cengegesan.
Hari ini mereka dua sahabat itu pergi bersama.
Fatma membonceng Syahdu mengendarai sepeda motor maticnya itu.
Fatma mengendarai sepeda motornya dengan kencang, kira-kira 80 km/jam.
Sungguh hal itu membuat Syahdu ketakutan.
Jelas Syahdu meminta Fatma untuk melambatkan motor yang mereka kendarai.
"Jangan ngebut, pelan-pelan saja". Kata Syahdu sedikit keras.
"Ha ...?". Sahut Fatma.
"Aku nggak dengar kamu ngomong apa?". Tambah Fatma.
"Jangan kencang-kencang bawa motornya, aku takut". Ujar Syahdu sekali lagi pada Fatma dengan suara lumayan keras.
Setelah dua kali mendapat keluhan dari Syahdu, Fatma menuruti permintaan sahabatnya itu, kemudian ia mengurangi kecepatan sepeda yang ia kendarai.
Yang awalnya 80 km/jam kini kecepatan sepeda mereka menjadi 50 km/jam.
Kurang lebih 20 menit perjalanan mereka dari Rumah Syahdu ke Rumah Sakit.
Tak seperti biasanya, hari ini Rumah Sakit tidak seramai biasanya.
Para dokter,perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang biasa lalu lalang, kini hanya sebagian saja yang terlihat.
"Selamat pagi dokter Syahdu". Sapa seorang satpam yang melihat Syahdu.
"Selamat pagi juga, Pak". Jawab Syahdu, sembari menyunggingkan senyum manisnya.
Senyum bak bunga mawar yang sedang merekah nan indah.
Sehingga membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona dengan gadis muda itu.
"Saya Fatma, temannya dokter Syahdu". Ujar Fatma memperkenalkan diri pada seorang Satpam yang sedang berjaga.
Pak satpam yang mendengar perkataan Fatma pun hanya tersenyum ketika mendengarnya.
Mereka pun kemudian masuk ke dalam Rumah Sakit.
Kali ini Fatma akan menunggu Syahdu di kantin Rumah Sakit sambil memesan makanan serta minuman.
Sedangkan Syahdu pergi menuju ruangannya.
Sebelum sampai di ruangannya, di lorong rumah sakit ia bertemu dengan pasien yang sedang berjalan jalan sendiri.
Tampaknya itu adalah pasien penderita Leukimia, yang kemarin ia kunjungi bersama dokter Umar batin Syahdu.
Setelah di dekati, memang benar ia adalah anak penderita kanker Leukimia, namanya Aylin.
Syahdu menghampirinya dan memanggil Aylin.
Entahlah, seharusnya Aylin tidak boleh berjalan jalan tanpa di didampingi.
"Aylin, mau kemana?". Tanya Syahdu menghampiri Aylin yang sedang berjalan serta memegang infus yang masih terpasang di tangannya.
Wajahnya begitu pucat, bibirnya agak bergetar, badannya terlihat lemah dan lesu.
"Aylin mau kembali ke kamar, mau ambil buku harian". Jawab Aylin pada Syahdu.
Aylin tetap berusaha terlihat tersenyum dan ceria meskipun memang tak bisa di bohongi jika keadaannya sedang tidak baik baik saja.
"Kenapa Aylin pergi sendiri? Nenek mana?". Tanya dokter muda itu sekali lagi.
"Aylin pergi sama Daddy". Jawab malaikat kecil itu padaku.
"Tapi tadi Daddy sedang pergi ke kamar mandi sebentar". Tambahnya menjelaskan pada dokter Syahdu.
Nama yang seperti sudah tak asing lagi bagi Syahdu, seseorang bernama William memang telah diceritakan Aylin padanya.
"Aylin, where were you?". (Aylin, kamu kemana aja?). Tiba tiba terdengar suara seorang laki laki dari arah belakang kami.
Syahdu pun menoleh kebelakang.
Terlihat seorang pemuda berusia sekitar 27 tahun sedang berdiri dihadapannya.
Pemuda berpakaian necis memakai kaos berwarna hitam dipadukan dengan celana jeans warna biru tua.
Tak ketinggalan juga, penampilan pemuda itu di lengkapi dengan topi berwarna hitam, senada dengan kaos yang ia kenakan.
Ditambah lagi dengan kacamata yang ia kenakan, melengkapi penampilannya kali ini.
Pemuda itu berkulit putih dan bermata biru, tak ada kesan wajah Asia sedikitpun terlihat dari garis wajahnya.
"I want to go my room, i want to take my diary book". (Aku mau pergi ke kamarku, aku mau ambil buku catatan harianku). Jawab Aylin pada pemuda itu menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dan fasih.
"This is doctor Syahdu, kak Syahdu this is my my Daddy that i told you yesterday, William". (Ini dokter Syahdu, kak Syahdu ini ayahku yang aku ceritakan kemarin, William". Ujar Aylin memperkenalkan Syahdu pada ayahnya itu.
Syahdu dan William berkenalan satu sama lain.
Entah mengapa, Syahdu seperti tak asing dengan wajah pemuda itu.
Sepertinya ia pernah bertemu dengan pemuda itu namun, entah dimana mereka bertemu.
Syahdu pun tak ingat akan hal itu.
Pemuda itu pun melihat Syahdu dari atas hingga bawah.
Entah mengapa mereka sepertinya berpikiran sama.
Mungkin, William pun seperti tak asing ketika melihat wajah dokter muda nan menawan itu.
"Sir, next time don't let Aylin take walk by herself". (Pak, tolong lain kali jangan biarkan Aylin jalan jalan sendiri). Tegur Syahdu pada kakak laki laki Aylin itu.
"Sorry, it's my mistakes, but i ask Aylin to wait me because i need to go to toilet, but when i come back, i don't see her again". (Maaf, ini adalah kesalahankh, tetapi aku meminta Aylin agar menungguku karena aku harus pergi ke toilet, tetalu ketika aku kembali, aku tak melihat dia lagi).
Ujar pemuda bermata indah itu pada dokter Syahdu.
"No problem, but next time tale care of her, please!". (Tidak apa-apa, tetapi lain kali tolong jaga dia). Jelas Syahdu.
"Aylin, i will bring you to your room". (Aylin, aku akan membawamu ke kamarmu". Ujar William pada Aylin.
"I want doctor Syahdu who bring me to my room, please!". (Aku mau diantar dokter Syahdu ke kamarku). Ujar Aylin merengek pada kakak laki laki nya tersebut.
William menatap ke arah Syahdu seakan memberi isyarat dan bertanya apakah Syahdu bersedia mengantarkan atau tidak.
Syahdu menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Aylin.