Langit elok nan indah.
Kicau burung burung yang terbang kesana kemari.
Sekejap mulai hilang berganti dengan mendung.
Seakan semesta paham dengan suasana hati gadis muda itu.
Hatinya begitu pilu mengelus dada. Dia tak tau mengapa semesta begitu kejam kepadanya. Apa kesalahan dirinya sehingga semesta tak lagi bersahabat dengannya?.
Ikhlas, ya hanya itulah yang harus Syahdu lakukan.
Walaupun hal itu tak mudah baginya, tapi, ia berusaha untuk mengikhlaskan semua yang terjadi dalam hidupnya.
Sekitar pukul 10 pagi, terdengar suara bel pintu rumah berbunyi. Dalam benak Syahdu, mungkin saja itu adalah rombongan dari keluarga Yusuf yang akan bertamu dan membicarakan permasalahan tersebut pada Ayahnya.
Syahdu mengintip dari lantai atas, tenyata benar, keluarga Yusuf datang bertamu.
Terlihat Yusuf memakai kaos polos berwarna hitam dipadukan dengan celana berwarna abu-abu. Wajahnya begitu gelisah namun Ayah tetap menyambutnya dengan wajah gembira.
Berbeda dengan ibu, rasa kesalnya pada Yusuf tergambar jelas di raut wajahnya. Namun beliau berusaha menahannya.
"Monggo pinarak Pak Rahman, Bu Salamah, nak Yusuf!". (Silahkan duduk Pak Rahman, Bu Salamah, Nak Yusuf). Sambut Ayah dengan Ramah.
"Bu, tolong pundhutaken minum!". (Bu tolong ambilkan minum!). Pinta Pak Rahman pada sang istri.
Ibu Nafsiyah segera melakukan apa yang di perintahkan Pak Rahman.
Suasana menjadi tegang tatkala Ayahanda Yusuf memulai pembicaraan dengan Ayahanda Syahdu. Ayah Syahdu mengira mereka datang untuk membicarakan hal hal yang perlu dipersiapkan saat pernikahan.
"Kulo lan keluarga, sakderengipun pangapunten sanget dateng keluarga nak Syahdu". ( Saya dan keluarga, sebelumnya meminta maaf pada keluarga nak Syahdu). Ucap Pak Rahman menatap Pak Abdullah Ayahanda Syahdu.
"Niki sedaya kaluputan kulo kalih umi nya Yusuf". (Ini semua kesalahan saya sama ibundanya Yusuf). Tambahnya.
Ayahanda Syahdu bingung dengan perkataan mereka. Ayah Syahdu menanyakan apa maksud dari perkataan Ayah Yusuf tersebut.
Akhirnya Pak Rahman menjelaskan jika mereka berniat membatalkan pernikahan anaknya dengan Syahdu.
Sontak hal tersebut mengagetkan bagi pak Abdullah, beliau tak menyangka mereka setega itu dengan putri semata wayangnya.
Marah?, tentu saja, siapa yang tidak marah ketika putri kesayangannya dipermainkan dan dipermalukan. Apalagi undangan juga sudah disebar.
Kesal?, tentu saja, rasanya ingin menampar dan memukul Yusuf yang tidak gentle sebagai laki-laki.
Namun, hal itu bukanlah solusi yang tepat untuk dilakukan.
"Kalian permainkan dan permalukan putri saya, apa salah putri saya sehingga kalian begitu teganya melakukan hal itu?". Wajahnya menjadi merah karena menahan emosi yang sedang meluap.
Ibu Nafsiyah yang baru saja datang dari dapur untuk mengambil minuman pun berusaha untuk menenangkan kemarahan suaminya itu.
Keluarga Yusuf menjelaskan jika mereka melamar Syahdu tanpa sepengetahuan Yusuf karena dari sejak dulu Yusuf merengek untuk meminta orangtuanya untuk melamar Syahdu. Namun, siapa yang mengetahui hati manusia, kedua orangtua Yusuf mengira Yusuf masih sangat menginginkan Syahdu untuk dipinang menjadi istrinya.
Namun, takdir berkata lain, ternyata hati Yusuf yang dulu untuk Syahdu kini telah luntur dan tak ada tempat sama sekali untuk Syahdu dihatinya. Allah Maha mem bolak - balikkanhati manusia, bisa jadi hari ini kita sangat mencintainya tetapi tak tau esok kita masih mencintainya, atau tidak.
"Maafkan saya pak, tetapi saya tidak ingin menyakiti Syahdu". Ucap Yusuf menundukkan kepalanya.
"Jika saya tetap menikahinya, saya akan menyakitinya". Tambah Yusuf.
"kalian boleh pergi, saya tidak ingin melihat wajah kalian di rumah saya, pergi kalian semua!". Kata Ayah Syahdu marah.
Ada rasa tak enak dalam hati Pak Rahman terhadap Ayah Syahdu.
Hari ini anak yang dibanggakannya Yusuf Ubaidillah telah mempermalukan dirinya didepan orangtua Syahdu.
Akhirnya mereka pun pamit untuk pulang, namun kedua orangtua Syahdu hanya terdiam.
Rumah Yusuf.
Setelah kejadian tadi pagi, Ayah Yusuf meluapkan emosinya habis-habisan pada Yusuf.
Dia tak mau melihat wajah Yusuf lagi untuk sementara waktu. Pak Rahman meminta Yusuf untuk meninggalkan rumahnya untuk sementara waktu agar kondisi menjadi terkendali dulu.
Akhirnya Yusuf memutuskan untuk pergi ke rumah pamannya di Jakarta untuk beberapa bulan.
Sebelum pergi, Yusuf sebenarnya berencana untuk bertemu Syahdu untuk meminta maaf dan mengucapkan perpisahan dengannya. Namun, ia takut Syahdu menolaknya.
Yusuf mempunyai ide untuk bertemu sahabat Syahdu yaitu Fatma, Yusuf mengajak Fatma bertemu disebuah Kafe untuk menyampaikan permintaan maafnya pada Syahdu. Fatma kebingungan antara menerima tawaran Yusuf atau tidak.
Namun, Akhirnya Fatma menerimanya karena Yusuf merengek padanya seperti anak kecil yang meminta jajan pada ibunya.
Malam hari di rumah Syahdu.
Ayah Syahdu masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi pada putrinya, pernikahan yang telah di rancang oleh putrinya selama berbulan bulan pun sirna dalam sekejap.
Dalam hati, ia ingin menyampaikan berita ini kepada Syahdu.
Namun ia tak kuasa menahan kesedihan putri tercintanya itu.
" Ndak usah bilang ke Syahdu dulu ya, Bu". (Nggak perlu bilang ke Syahdu dulu ya, Bu) Pinta Ayah pada ibu Nafsiyah.
"Syahdu udah tau semuanya". Jawab ibu Nafsiyah.
Pak Rahman pun kaget dengan jawaban ibu Syahdu.
Kemudian ibu menjelaskan semuanya kepada Pak Rahman. Pak Rahman semakin merasa pilu, apakah dosa yang telah dibuatnya sehingga semesta merenggut kebahagiaan putrinya, putri yang paling ia sayangi.
Kafe.
Apa yang direncakan pun tiba, Fatma dan Yusuf bertemu untuk berbicara.
Fatma memang mengetahui jika rencana pernikahan Syahdu dengan Yusuf dibatalkan.
Tetapi ia tak tau alasan pembatalan pernikahan mereka. Fatma pun ingin bertanya langsung kepada Syahdu, namun seharian ini hp Syahdu tidak aktif dan dia belum berbicara lagi dengan Syahdu sejak kemarin malam.
Yusuf menjelaskan pada Fatma apa yang terjadi. Dia berkata pada Fatma kalau dia sudah tidak mencintai Syahdu lagi.
Dia telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang tak sengaja ditemuinya 2 bulan saat ia berlibur ke Dieng Wonosobo, Jawa Tengah.
Fatma benar-benar kecewa dengan pernyataan Yusuf.
Padahal ia mengenal betul, dahulu Yusuf ingin sekali meminang Syahdu untuk menjadi istrinya.
Namun, Fatma tak bisa memaksakan kehendak pada Yusuf.
"Fat, aku titip surat ini untuk Syahdu". Kata Yusuf pada Fatma.
"Aku mau pergi ke Jakarta ikut dengan pamanku, orangtuaku sangat kecewa denganku dan tak ingin melihat wajahku lagi". Tambahnya.
Fatma menerima surat dari Yusuf dan memasukkannya kedalam tasnya.
Yusuf sangat berterima kasih pada Fatma karena ia mau menolongnya untuk memberikan suratnya pada Syahdu.
Dia berharap Syahdu memaafkannya dan mau berteman lagi dengannya seperti dahulu lagi.
Namun, kemungkinannya sangatlah kecil.
Bagaimana mungkin Syahdu akan menerimanya sebagai teman setelah ia menyakiti Syahdu serta mempermalukannya.
Ah, itu bagaikan mimpi, tetapi dia tetap mengharapkan agar hal itu terjadi. Syahdu gadis yang baik, ia akan mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Namun, kesalahannya amat fatal.
Akankah Syahdu memaafkannya?. Pikirnya dalam hati.
Nantikan next episode nya ya teman-teman :)
Terimakasih dan selamat membaca :)