Sahabat sejati adalah orang selalu ada disaat kita senang maupun, disaat kita terpuruk. Mereka selalu ada dan selalu mendukung kita bagaimanapun keadaannya.
Sesuai dengan kesepakatan mereka, akhirnya Syahdu dan Fatma bertemu di sebuah warung kopi langganan mereka pada jam 7 malam.
Saat itu Syahdu berangkat lebih awal dari pada Fatma.
Syahdu telah memesankan dua cangkir kopi untuk dirinya Fatma dan dua piring roti bakar sebagai teman untuk minum kopi.
Cuaca kota Malang yang dingin memang sangat pas untuk meneguk secangkir kopi hangat ditemani roti bakar hangat.
Sekitar 5 menit Syahdu menunggu Fatma, akhirnya Fatma datang juga dengan terburu-buru.
Memang kebiasaan Fatma jika bertemu selalu telat.
Padahal ia selalu menyetel jam tangan kesayangan lebih cepat 10 menit.
"Sorry, jalanan macet". Ucap Fatma sambil senyum tipis tipis.
"Malang nggak macet kayak Jakarta". Jawab Syahdu.
"Kebiasaanmu aku udah hafal". Tambahnya.
"Hehe..". Tawa Fatma meringis.
Setelah mengobrol beberapa menit, Fatma memberitahu jika Yusuf pergi ke Jakarta dan entah kapan dia akan kembali ke kota Malang.
Mendengar hal itu Syahdu berusaha mengalihkan pembicaraan tentang Yusuf dengan Fatma.
Namun, Fatma menolaknya.
Fatma tetap membicarakan persoalan tentang Yusuf. Hal itu membuat Syahdu kehilangan selera makannya dan terdiam beberapa saat.
Fatma berbicara kepada Syahdu dan meyakinkan Syahdu untuk memaafkan Yusuf.
Syahdu bingung, apa yang harus ia lakukan.
Disisi lain, Yusuf telah menghancurkan harapan keluarganya.
Fatma meyakinkan Syahdu jika Yusuf tak berniat menyakitinya. Fatma berpendapat jika Yusuf terpaksa melakukan hal itu karena Fatma tau betul sifat dan watak Yusuf.
"Ma, awalnya juga aku nggak percaya kalau dia sejahat itu ke aku". Ucap Syahdu berkaca kaca.
"Tapi dia bilang sendiri ke aku, kalau dia udah nggak ada rasa denganku, dia udah nggak mencintaiku". Tambah Syahdu.
Fatma tak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk membuat Syahdu mempercayainya. Namun Fatma paham betul sifat Yusuf.
Dia tak mungkin mau menyakiti perasaan Syahdu.
Tetapi disisi lain Yusuf juga memberitaunya jika ia telah jatuh cinta dengan seorang wanita ketika ia tak sengaja berkenalan ketika ia sedang berlibur di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
"Sya, Yusuf titip surat buat kamu, aku dimintai tolong untuk menyampaikan ke kamu". Ucap Fatma.
"Sya, aku sangat berharap kalian bisa berteman lagi, meski aku tau jika itu sulit". Imbuh Fatma.
"Aku butuh waktu". Jawab Syahdu singkat.
"Aku pulang dulu ya, Fat". Syahdu pamit kepada Fatma.
"Kopi dan Roti bakarnya udah aku bayar". Imbuhnya.
"Assalamualaikum wr wb...". Syahdu mengucapkan salam pada Fatma.
"Waalaikumsalam wr wb...". Jawab Fatma.
Pukul 8 malam di rumah Syahdu.
"Baru pulang, Nak..". tanya Ibu Nafsiyah kepada Syahdu.
"Iya, Bu..". tersenyum tipis.
"Syahdu masuk kamar dulu ya, Bu". Izin Syahdu pada ibundanya.
Di Kamar Syahdu.
Syahdu mengambil air wudhu kemudian ia sholat dan mengambil Al-Qur'an kemudian membacanya.
Syahdu memang terbiasa membaca Alquran setiap hari. Namun, 2 hari ini, ia tak membaca Al-Qur'an sama sekali. Ia merasa berdosa kepada Allah. Hal itu dikarenakan ketika ia kecewa kepada manusia, ia malah menjauhi Allah. Tidak seharusnya Syahdu menjauhi sang Maha Kuasa.
Maka ia membaca lantunan ayat ayat suci Al-Qur'an. Tak terasa air matanya menetes membasahi mushaf Al-Qur'an itu. Ketika ia membacanya, ia seperti berkomunikasi dan curhat kepada sang Khaliq. Dia merasa tenang, lega karena ia bisa mencurahkan kesedihannya dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Memang Al-Qur'an adalah obat dari segala penyakit. Obat bagi hati yang sedang pecah.
Setelah beberapa lembaran mushaf Al-Qur'an ia baca, tak lupa ia menyelipkan doa kepada sang Pencipta agar dia diberikan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini.
Setelah selesai berdoa, Syahdu teringat dengan surat yang diberikan oleh Fatma. Surat dari mantan calon suaminya yaitu Yusuf.
Kemudian ia bergegas melipat dan merapikan mukena, sajadah dan Al-Qur'annya.
Lalu ia mengambil tas selempang kecil berwarna merah. Tas hadiah dari Ibundanya ketika ia berulang tahun ke 18 tahun. Syahdu sangat menyayangi tas itu. Kemanapun ia pergi, ia akan membawa tas itu.
Pelan pelan Syahdu membuka resleting tas merah mungil itu.
Terlihat ada sebuah surat didalamnya.
Surat itu tertulis untuk Syahdu dari Yusuf.
"Assalamualaikum wr wb. Syahdu Humaira Abdullah..
Surat ini aku tulis, sebelum aku berangkat ke Jakarta.
Aku ingin menemuimu sebagai sahabatku sebelum aku berangkat. Namun, aku tak mempunyai cukup keberanian untuk menemuimu.
Aku yakin kamu juga tidak akan mau menemui diriku yang telah menyakitimu.
Syahdu...
Aku ingin meminta maaf padamu atas apa yang telah terjadi diantara kita.
Aku tak ingin kau kecewa ketika kau menikah denganku, sehingga aku mengambil keputusan untuk membatalkan rencana pernikahan kita.
Syahdu...
Kamu adalah wanita yang baik dan kamu pantas bersanding dengan laki laki yang lebih baik dariku.
Aku sangat berharap, kamu bisa mengerti dan memahami keputusan ini.
Aku harap, kamu mau memaafkanku dan menerima diriku menjadi sahabatmu lagi.
Sahabat yang selalu menebar kebahagiaan bersama, tertawa bersama seperti dulu lagi.
Syahdu, aku berharap suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Aku berharap kamu sudah menikah dengan laki laki yang lebih baik dariku, yang bisa menjagamu.
Jaga diri kamu baik baik ya".
Sahabatmu,
Yusuf Ubaidillah Abdurrahman.
Tak terasa air mata Syahdu tumpah lagi, jujur dalam hatinya ia masih sangat mencintai sahabatnya itu. Namun, apalah daya, takdir tak merestui mereka untuk bersama.
Yusuf telah pergi dan meninggalkan dirinya.
Kini ia harus sabar dan menerima pil pahit ini.
Malam ini Syahdu tidak bisa tidur, sudah 2 hari ini Syahdu tidak tidur dengan cukup.
Pembatalan rencana pernikahannya membuat Syahdu berfikir setiap malam, menangis kadang melamun seperti orang linglung.
Tiba tiba hp nya berdering.
Ternyata sebuah pesan dari sahabatnya, yaitu Fatma.
" Gimana Sya, udah kamu baca suratnya?". Tulis Fatma dalam pesan singkat tersebut.
"Udah kok". Jawab Syahdu singkat.
"Aku mau tidur, ya selamat malam". tambah Syahdu.
Memang tak seperti biasanya, Syahdu sekarang tidak seperti Syahdu yang dahulu.
Syahdu yang sekarang cenderung murung dan tak seceria dulu.
Dia hanya ingin menghabiskan waktunya dengan dirinya sendiri tanpa ada yang mengganggunya.
Malam ini rembulan bersinar dengan terang, cahayanya menembus kamar Syahdu.
Kilauan cahayanya membuat Syahdu tertarik untuk memandangnya.
Syahdu memandang rembulan dari balik jendela kamarnya.
"Rembulan yang cantik, mashaa Allah..". Ucap Syahdu dalam hati.
Rembulan sinarmu nan elok membuat diriku terpesona.
Cahayamu selalu menemani gelapnya malam.
Wahai sang rembulan, bisakah kau menerangi hatiku yang sedang gelap gulita ini ?.
Aku sangat sangat mengharapkan hal itu.
Wahai rembulan, bawalah aku pergi dari gelapnya kehidupan ini.
Temani aku, aku ingin bersama denganmu.
Tak terasa syair indah keluar dari mulut Syahdu. Hal itu sebagai ungkapan perasaannya sekarang. Memang Syahdu sering sekali bersyair tanpa sengaja sebagai luapan isi hatinya. Gadis 20 tahun itu, memang pandai bersyair dengan kata kata yang indah.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Siapakah wanita yang disukai Yusuf?
Nantikan episode selanjutnya.
Selamat membaca teman-teman.
Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya :).