Sudah lebih dari dua bulan semenjak mantan tunangannya yaitu Yusuf membatalkan rencana pernikahan mereka.
Hari-hari yang sulit penuh dengan kesedihan telah ia rasakan.
Pahitnya kenyataan yang menimpanya membuat dia hancur.
Tangisan, air mata, duka dan remuk hatinya tak tertahankan.
Namun, meski setelah dua bulan lamanya ia mengalami hal itu, rasa sakit yang ia rasakan belum juga menghilang.
Kecintaannya telah pergi meninggalkan dirinya. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya bahwa hal itu akan terjadi.
Namun, memang Syahdu tak bisa menolak takdir dari Yang Maha Kuasa.
Namun, Syahdu percaya, apapun yang Allah rencanakan adalah yang terbaik untuknya.
Hari demi hari telah ia lewati.
Syahdu berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya dan ia berusaha menghibur dirinya.
Syahdu berencana kembali bekerja.
Ia membuat beberapa lamaran pekerjaan ke beberapa Rumah Sakit di daerah kota Malang.
Setelah kira-kira hampir satu minggu, Syahdu mendapatkan panggilan untuk interview di sebuah Rumah Sakit yang lumayan besar di kota Malang.
Hatinya terasa sangat bahagia mendengar kabar baik tersebut.
Pagi hari, Rumah Syahdu.
Tak seperti biasanya, pagi ini Syahdu terlihat sangat semangat.
Tak seperti hari-hari sebelumnya yang penuh dengan duka dan lara.
Hari ini adalah jadwal interview Syahdu di sebuah rumah sakit di kota Malang.
Seakan telah melupakan apa yang terjadi dua bulan yang lalu.
Tentu saja hal tersebut membuat orang tuanya bahagia.
"Bu, Syahdu mau berangkat dulu ya".
"Syahdu mau interview kerja di Rumah sakit Citra Bunga". Pamit Syahdu pada ibundanya.
"Sarapan dulu nak". Jawab ibundanya pada Syahdu.
"Iya nak, sarapan dulu biar ada tenaga buat aktivitas". Timpal ayah Syahdu yang sedang duduk di meja makan sambil menyendok makanan beliau.
"Syahdu makan di luar aja nanti, Bu, yah".
"Syahdu udah telat". Lanjutnya.
Syahdu pun berpamitan pada kedua orang tuanya.
Ia mencium tangan kedua orang tuanya dan tak lupa meminta doa agar interview yang akan dijalaninya lancar.
Hari ini Syahdu memilih pergi dengan naik angkutan umum. Perjalanan ia tempuh kurang lebih 30 menit dari rumahnya.
Memang agak sedikit jauh dari rumah Syahdu.
Namun, hal tersebut tak menyurutkan semangat Syahdu.
Sesampainya di rumah sakit ternyata jam baru menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sedangkan jadwal interview Syahdu adalah pukul 08.30 pagi.
Itu artinya ia masih mempunyai waktu 30 menit. Syahdu memutuskan untuk membeli sarapan di kantin Rumah Sakit.
Kali ini Syahdu memilih menu sarapan Nasi pecel dengan lauk tempe dan ayam goreng.
Salah satu makanan kesukaannya sejak ia masih kecil.
Disela-sela ia makan, Syahdu melihat seorang anak kecil yang kira-kira berumur 5 tahun.
Anak itu menangis mencari keberadaan kedua orang tuanya. Tanpa pikir panjang, Syahdu pun menghampiri anak kecil tersebut.
"Sayang, kamu kenapa nangis sendirian disini". Tanya Syahdu pada anak kecil laki laki berkulit putih itu.
"Dimana Papa dan Mama kamu?". Imbuh Syahdu.
Namun, anak tersebut tak berkata sepatah katapun, ia terus saja menangis di dekat kantin rumah sakit itu.
Syahdu merasa bingung, disisi lain ia harus pergi untuk interview dan disisi lain ia tak tega meninggalkan malaikat kecil yang sedang menangis itu.
Syahdu pun berpikir untuk membawa anak itu bersamanya.
Namun, sebelum pergi masuk ruang interview, ia membelikan es krim untuk anak itu.
Agar dia tak menangis lagi.
"Sayang, tunggu disini dulu ya, kakak mau masuk ke ruangan dulu". Kata Syahdu pada anak kecil tersebut.
"Jangan kemana-mana ya". Imbuhnya.
Anak laki laki berpipi chubby itu hanya mengangguk tanda mengiyakan permintaan Syahdu.
Kurang lebih 30 menit Syahdu melakukan interview di sebuah ruangan itu.
Kali ini Syahdu melamar sebagai dokter anak di Rumah sakit itu.
Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan telah dijawab Syahdu dengan baik.
Dan akhirnya Syahdu mendapatkan pekerjaan tersebut dan mulai bekerja besok pagi.
Sungguh hal ini membuat Syahdu sangat bahagia dan ia tak sabar untuk memberitahu kedua orang tuanya.
Namun, tiba-tiba ia teringat dengan anak kecil yang ia temui di kantin rumah sakit tadi pagi.
Syahdu bergegas keluar meninggalkan ruangan.
Sayangnya, anak laki laki berkulit putih itu sudah tidak ada ditempat itu.
Syahdu merasa panik, meskipun ia tak kenal dengan anak itu, namun ia merasa mempunyai kewajiban untuk menjaganya.
Karena ia adalah orang yang terakhir mengajak anak tersebut.
Kesana kemari Syahdu bertanya kepada setiap orang yang ia temui tentang keberadaan anak tersebut.
"Maaf Bu, apa ibu lihat anak laki-laki umur kira-kira 5 tahun, berkulit putih ?". Tanya Syahdu pada ibu yang sedang duduk di ruang tunggu.
"Saya nggak lihat, Mbak". Jawab wanita kira kira berusia 35 tahun itu.
"Aduh, harus cari kemana nih". Batin Syahdu.
"Kalau anak itu diculik gimana ? ini emang semua salahku, harusnya aku ajak dia masuk ke ruang interview". Gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba telpon dari hp nya berdering.
Sebuah telpon bertuliskan Ibu sayang.
Syahdu menjawab telpon dari ibunya.
"Assalamualaikum, Bu". Ucap Syahdu di telepon.
"Walaikumsalam wr. wb." Jawab ibu Syahdu.
"Gimana interviewnya nak?, lancar ?". Tanya ibunya pada Syahdu.
"Alhamdulillah Bu, lancar dan Syahdu sudah bisa kerja mulai besok". Jawab Syahdu.
" Bu, Syahdu ada urusan sebentar, nanti Syahdu telpon ibu lagi ya, Assalamualaikum". Tambahnya.
"Waalaikumsalam wr wb". Jawab ibu Nafsiyah.
Syahdu melanjutkan pencariannya ke seluruh Rumah sakit.
Namun, tak ada hasilnya.
Syahdu tak dapan menemukan anak laki-laki lucu itu.
Syahdu merasa bersalah karena tak dapat menjaga anak itu.
Tetapi, tiba-tiba seorang laki laki berpakaian jas putih lengkap dengan atribut dokter menghampiri Syahdu.
Laki-laki itu menggendong seorang anak laki laki.
Anak laki laki yang Syahdu temui tadi pagi, berada di gendongan dokter muda berparas rupawan itu.
Anak laki-laki itu menunjuk ke Syahdu.
"Maaf mbak, tadi anaknya mbak sendirian di lorong rumah sakit". Kata dokter muda itu pada Syahdu.
"Oh iya, makasih ya, dok". Jawab Syahdu.
"Panggil aja Umar". Kata dokter itu sambil mengulurkan tangannya pada Syahdu".
"Saya Syahdu". Jawab Syahdu singkat sambil mengisyaratkan kalau dia tidak bisa bersalaman dengan laki-laki.
"Oh dokter Syahdu, dokter anak pengganti dokter Sarah". Kata dokter Umar pada Syahdu.
"Kebetulan saya juga dokter anak, dan saya akan menjadi rekan kerja dokter Syahdu". Ucap dokter Umar pada Syahdu.
"Iya, dok, senang bisa mempunyai rekan kerja seperti dokter Umar". Jawab Syahdu.
"Maaf dok, saya harus pulang, sampai jumpa". Tambah Syahdu.
Syahdu pun pergi meninggalkan dokter Umar.
Sebelum pulang, Syahdu mempunyai kewajiban untuk mencari orang tua anak kecil tersebut.
"Sayang, kamu namanya siapa ?". Ucap Syahdu dengan lemah lembut pada anak itu.
"Yusuf". Jawab anak kecil itu dengan singkat.
Duaaarr..bagaikan di sambar petir di siang hari.
Nama itu, nama itu ia dengar lagi kali ini.
Nama yang telah membuat dirinya terluka.
Nama yang sudah lama tak ia dengar, kini ia dengar lagi.
Pedih, perih dan luka yang mulai mengering itu kini menganga lagi. Hatinya yang sudah mulai sembuh, kini seakan pecah berkeping-keping setelah ia mendengar nama itu. Namun, Syahdu berusaha untuk menahan semua itu.
"Mama, Papa kemana sayang ?". Tanya Syahdu sekali lagi pada anak berpakaian biru Dongker dan bercelana kotak biru putih.
"Itu kak, mamaku". Jawab anak kecil itu sambil menunjuk pada seorang wanita yang berlari tergesa gesa meninggalkan rumah sakit.
"Mama....". Panggil anak itu dengan keras.
Hal itu membuat wanita tersebut menoleh, namun ia berusaha untuk pergi meninggalkan Syahdu dan anak kecil itu.
"Tunggu..". Teriak Syahdu pada wanita itu.
Syahdu pun berlari sambil menggendong anak kecil itu.
"Ibu ini anaknya ketinggalan". Teriak Syahdu pada wanita tersebut.
Kira-kira siapakah wanita tersebut ?
Jangan lupa kritik dan saran buat Author ya๐ฅฐ๐๐ป.
Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar๐๐๐ป.