Setibanya di share house, Via langsung kabur ke kamarnya saat melihat Reyhan yang berjalan cepat menghampiri mereka.
Putri langsung merengut kesal karena Via meninggalkan belanjaan mereka begitu saja di lantai.
"Lo salah minum obat apa gimana sih, Put? Ah, atau lo emang sengaja ngelakuin ini biar gue kesel?" seloroh Reyhan begitu berhenti tepat dua meter di hadapan Putri.
Putri menghela napas kasar, lalu membalas tatapan Reyhan dengan tak kalah tajamnya.
"Kenapa sih? Apa? Lagian apa untungnya bikin kamu kesel? Mengada-ngada banget kamu tuh!" geram Putri.
Gadis itu langsung memunguti tas belanjaan yang Via tinggalkan, dan segera bergegas menuju tangga.
"Gue tahu lo marah sama gue, tapi nggak gini caranya! Kenapa lo rubah tampilan lo jadi kayak gini? Itu juga rok kurang bahan kenapa lo pakai?"
"Apa yang aku pakai, itu nggak ada hubungannya sama kamu! Jadi gak usah berlebihan! Lagian, apa hak kamu buat ngatur-ngatur aku? Mau aku keluar pakai bikini juga kamu gak berhak ngelarang aku!"
"Gue care sama lo, Put! Terlepas dari apa masalah kita, gue ini peduli sama lo! Gue gak mau lo kenapa-napa! Dengan lo berpakaian sexy kayak gini, bisa menimbulkan niat jahat para pria yang lihat, tahu nggak!"
"Rey, waktu kamu lihat Lusi paki pakaian sexy, kamu jadi punya niat yang jahat nggak?"
Entah Putri bertanya untuk menyindir Reyhan, atau gadis itu benar-benar penasaran saja tentang bagaimana tanggapan Reyhan. Yang pasti, saat nama Lusi sudah di sebut, wajah Reyhan langsung pucat pasi, dan tidak ada satu kata lagi yang kelar dari mulut pria itu setelahnya.
"Aku capek, aku mau istirahat. Jangan ganggu aku!"
Setelah mengatakan itu, Putri langsung beranjak meninggalkan Reyhan. Gadis itu langsung menuju kamarnya, dan melemparkan semua belanjaannya di kasur.
Putri merebahkan diri di samping tumpukan tas belanjannya. Ia menutup mata rapat-rapat, dan menghela napas berat.
Dalam hati, ia bertanya-tanya. Apakah seberharga itu Lusi bagi Reyhan, hingga setiap kali Putri menyebut nama gadis itu, Reyhan langsung tidak bisa berkutik.
***
Sudah tiga bulan berlalu semenjak Putri memutuskan perjodohannya dengan Reyhan. Mereka masih menyimpannya hanya di antara mereka. Mereka belum mengatakan apa yang telah terjadi kepada oang tua mereka.
Reyhan berpikir sangat keras. Sepertinya Putri sangat terluka, karena setelah prtengkaran terakhir mereka, ia benar-benar menjauh.
Gadis itu tidak lagi suka memasak di dapur, jarang mengobrol dengan anak-anak di share house, dan dia benar-benar berubah. Sifatnya, penampilannya, dia bukan lagi sosok Putri yang selama ini Reyhan kenal.
Jujur saja, pria itu merasa kehilangan. Bagaimanapun juga, Reyhan begitu peduli dan menyayangi Putri meski itu bukanlah cinta.
Tapi mungkn, memang inilah yang terbaik.
Terjebak dalam hubungan tanpa cinta itu sungguh menyiksa Reyhan. Pria itu hanya berharap, Putri akan segera menemukan kebahagiaan meski bukan dengannya,
"Rey, kamu ngelamun?"
Reyhan sedikit terkejut mendengar pertanyaan Lusi yang sekarang ini tengah bersandar di bahunya.
Ah, gadis itu. Reyhan akhirnya meresmikan hubungannya dengan Lusi seminggu yang lalu.
"Kamu lagi mikirin apa sih, Sayang?"
"Enggak kok, cuman lagi mikirin kerjaan yang numpuk di kantor." kilah Reyhan.
"Kirain lagi mikirin apaan. Oh iya, kamu lagi berantem ya sama Putri?"
Reyhan tersenyum miris mendengar pertanyaan Lusi. Bukan hanya bertengkar, taoi sudah berakhir semua hubungan yang pernah tercipta di antara mereka.
"Enggak kok, kenapa tanya gitu?"
"Enggak, cuman kok aneh aja. Dulu, seingetku, kalian deket banget. Kita semua sampai mikir kalau dia adek kamu, atau kamu ini bodyguard-nya dia saking over protective-nya kamu sama dia. Terus aku lihat, beberapa bulan ini, dia kayak jaga jarak gitu dari kamu!"
Reyhan hanya tersenyum tipis, dan mengusap pelan puncak kepala Lusi.
"Perasaan kamu aja itu. Kita ma-sama sibuk, makanya jarang ngobrol bareng."
Lusi hanya mengangguk pelan mendengar jawaban Reyhan. Ia tahu benar bahwa Reyhan sangat sibuk, akan tetapi, untuk seorang guru TK seperti Putri, bisa sesibuk apa memangnya?
"Wih anjir, ada pasangan baru nih! Romantis bener, mentang-mentang masih baru!"
Baik Reyhan maupun Lusi langsung menoleh ke arah suara yang sungguh mengganggu di belakang mereka itu.
Kevin dan Via baru saja masuk ke ruang tengah, dan duduk tak jauh dari tempat mereka.
"Sirik lu! Sana cari pacar biar gak gangguin orang mulu!" seloroh Lusi.
"Suruh Bang Bayu nerima gue dong, biar gue gak jomblo lagi!" seru Via setengah berteriak.
Reyhan menggelengkan kepalanya pelan. Sudah menjadi rahasia umum jika Via menyukai Bayu, hanya saja Bayu masih tidak mau menanggapi perasaan gadis itu.
"Cowok banyak, Vi! Ga cuman Bayu doang. Noh, ada Kevin, ada Gilang, ada Mas Angga, tinggal pilih aja!" ucap Lusi dengan santainya.
Dengan mempoutkan bibirnya, Via menoleh ke arah Kevin yang tengah sibuk dengan berbagai macam cemilan yang ia bawa di sofa.
"Mending jomblo aja gue, daripada sama ini anak. Dia itu lebih tertarik sama makanan daripada sama cewek!"
"Kalo gitu, sama Mas Angga aja!" sahut Lusi. Gadis itu masih bersandar pada bahu Reyhan.
"Jangan dong, Mas Angga kan CS nya Bang Bayu."
"Ya udah Gilang aja! Udah ganteng, tajir, bibirnya sexy, wih pokoknya!"
Via menggeleng kesal. Ia langsung melirik tajam ke arah Lusi.
"Enggak! Gue mah setia Kak. Sekali suka sama orang, ya gak akan ngelirik pria lain!"
***
Brak!
Hampir saja Putri terjatuh saat ia tanpa sengaja menabrak punggung seseorang. Ia langsung merutuki kelalaiannya itu. Bisa-bisanya ia jalan sambil melamun?
"Lo nggak apa-apa?"
Putri mendongak menatap seseorang yang ia tabrak barusan.
"Satria?" pekik Putri saat menyadari orang yang ia tabrak adalah seseorang yang ia kenal.
"Putri?"
Putri langsung tersenyum lebar ke arah pria yang dulunya satu sekolah dengannya sewaktu SMA itu.
"Hei Put, lo apa kabar?" tanya Satria dengan senyum mengembang.
"Baik dong, kamu sendiri apa kabar, Sat? Eh, bukannya kamu pindah ke Medan ya? Kok ada di sini?"
"Baik gue, kebetulan gue ada kerjaan di sini, jadi ya pindah lagi ke sini!"
Putri mengangguk sambi tersenyum simpul.
"Seneng banget gue bisa ketemu sama lo di sini! By the way, bodyguard lo itu mana?"
Putri tersenyum tipis. Ia tahu benar bahwa yang Satria maksud adalah Reyhan. Sudah bukan rahasia lagi kalau mereka berdua adalah musuh bebuyutan. Yang jelas, Satria adalah orang yang paling dibenci oleh Reyhan saat SMA dulu.
"Aku udah gak sama Reyhan lagi, Sat."
"Oh ya?"
Putri mengangguk pelan. Satria sendiri terlihat sangat senang dengan pernyataan Putri.
Mereka pun memutuskan untuk menyambung obrolan mereka di salah satu kafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bertemu.
"Put ..."
"Ya?'
"Berarti, sekarang gue boleh dong deketin lo? Gak akan lagi ada yang halangin gue buat deketin lo!"
"Hah?"