"Kita lewat pintu belakang aja," bisik Paimin sambil menggenggam erat tangan Keila.
"Tapi, ini harus banget gandengan tangan?" tanya Keila dengan polosnya.
"Perempuan kan kalau lari lambat! Udah gitu suka jatuh-jatuh, drama banget! Kalo dipegangin, biar gak jatuh dan ketinggalan!"
"Owh, ya udah, deh!"
Dengan tergesa, mereka pun menuju pintu belakang dan membukanya perlahan.
Tidak ada siapa pun dan tidak ada apa pun selain taman kecil yang di penuhi tanaman hias.
"Buat keributan," Keila menepuk pelan pundak Paimin.
Keributan seperti apa yang harus ia buat?
Paimin menghela napas panjang.
"PUT, AYO CEPAT KITA LARI!" Paimin sengaja berteriak agar para bodyguard itu mendengar suaranya.
Tak lama, ia mendengar suara langkah kaki yang tengah berlari mendekat.
Saat mereka mulai terlihat, Paimin dan Keila berlari ke arah pagar.
"Pagarnya tinggi," teriak Keila panik.
"Ada pintu rahasia. Cepet!" Paimin dan Keila berlari dengan cepat menuju sebuah pohon bambu hias di dekat pagar.