Chereads / CEO Dan Tiga Anakku Yang Tampan / Chapter 3 - Rencana Jahat

Chapter 3 - Rencana Jahat

" Aku pikir ibu menyukai Paulina." ucap Lili

" Ibu terpaksa berbuat baik karena ibu pikir tua bangka itu akan memberikan hartanya untukku tapi ternyata pengorbanku sia - sia karena itulah ibu ingin menguasai semua hartanya. Apakah kamu mempunyai ide?" tanya ibu Rebecca mengulangi perkataannya.

Lili terdiam sambil berfikir kemudian tidak berapa lama Lili mempunyai ide jahat dan dibisikkan ke ibunya. Ibu Rebecca sangat senang dengan rencana jahat anaknya.

Siang berganti sore seperti biasa mereka makan bersama. Mereka bertiga makan dalam diam tidak ada satupun yang berbicara hingga mereka selesai makan. Paulina yang masih sedih berpamitan untuk istirahat di kamarnya.

Paulina duduk di kepala ranjang sambil menatap pigura orang tuanya yang sudah meninggal.

" Ayah, ibu kenapa kalian berdua tega ninggalin Paulina." ucap Paulina dengan nada sedih sambil memeluk pigura tersebut.

tok

tok

tok

" Masuk."ucap Paulina dengan nada sendu

ceklek

Ibu Rebecca membuka pintu sambil membawa cangkir yang berisi teh. Ibu Rebecca masuk ke dalam kamar Paulina dan duduk di samping ranjang Paulina.

" Sayang jangan menangis kan masih ada ibu dan adikmu." ucap ibu Rebecca sambil menaruh cangkir ke atas meja yang dekat dengan ranjang.

" Ibu, kenapa ayah meninggal secepat ini... hiks... hiks..." ucap Paulina sambil terisak.

" Sudah jangan menangis ayahmu kan sudah tenang dan bertemu dengan ibunya. Sekarang kamu minum setelah itu kamu istirahat." ucap ibu Rebecca sambil mengambil cangkir yang berisi teh ke Paulina.

" Baik Bu." Jawab Paulina patuh sambil menghapus air matanya dengan menggunakan ke dua tangannya.

" Ibu akan menemanimu hingga kamu tertidur." ucap ibu Rebecca dengan nada lembut.

Tanpa curiga Paulina meminum teh yang diberikan oleh ibu tirinya. Selesai meminum tanpa sisa Paulina langsung berbaring dan dengan lembut ibu tirinya menyelimuti tubuh Paulina hingga sebatas dada Paulina. Belum ada lima menit Paulina sudah tertidur dengan sangat nyenyak.

" Paulina." panggil ibunya Rebecca

hening

" Bagus, obatnya sudah bekerja secara efektif sekarang tinggal menunggu Lili." ucap Rebecca sambil tersenyum bahagia.

ceklek

Tidak berapa lama pintu kamar Paulina terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu.

" Sudah tidur ya bu?" tanya Lili sambil membawa kursi roda milik kakeknya Paulina yang sudah lama meninggal.

" Tentu dong." Jawab ibu Rebecca

" Semua penghuni mansion sudah kamu suruh liburkan?" tanya ibu Rebecca

" Sudah Bu." jawab Lili

" Bagus, sekarang kita bawa dia." perintah ibu Rebecca.

" Baik Bu." Jawab Lili

Mereka berdua mengangkat tubuh Paulina kemudian tangan kiri Paulina diangkat oleh ibu Rebecca dan diletakkan di bahunya sambil memegangi bahu Paulina sedangkan tangan kanan Paulina diangkat oleh Lili dan ditaruh dibahunya lalu di dudukkan di kursi roda kemudian mereka keluar dari kamar Paulina sambil mendorong kursi roda menuju ke pintu lift.

Ting

Pintu lift terbuka Lili mendorong kursi roda menuju ke garasi mobil. Ibu Rebecca membuka pintu mobil belakang pengemudi dan membaringkan Paulina di dalam mobil dengan di bantu Lili. Setelah selesai Lili mendorong kembali kursi roda yang kosong dan di taruh kembali kursi roda di gudang.

Lili kembali dari gudang dan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Sampai di depan gerbang utama ibu Rebecca menekan remote dan otomatis pintu gerbang terbuka. Lili mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke hotel murah.

" Kamu sudah menghubungi bandot tua itu?" tanya ibu Rebecca

" Sudah Bu, katanya bandot tua itu sangat senang sekali dan memberikan aku uang yang sangat besar karena memberikan kak Paulina untuknya." ucap Lili

" Bagus." Jawab ibu Rebecca

" Hahahaha sekarang tidak ada lagi pesaingku dan aku akan bisa mendekati pria yang sangat tampan karena kini sainganku tidak ada lagi." ucap Lili sambil tertawa jahat.

" Memang siapa pria itu?" tanya ibu Rebecca

" Itu Bu anak juragan Karta dia sangat tampan dan kaya raya, dia sangat tergila - gila dengan kak Paulina kalau kak Paulina sudah kehilangan mahkota berharganya tentu anak juragan Karta tidak mungkin mau." ucap Lili

" Jangankan anak juragan Karta semua laki - laki tidak akan mungkin mau dengan wanita yang sudah kehilangan mahkota berharganya apalagi Paulina bersama bandot tua tidak mungkin bandot tua melepaskan Paulina begitu saja pasti akan dijadikan istri yang ke 10." ucap ibu Rebecca sambil tersenyum bahagia.

" Benar bu, aku heran kenapa banyak yang menyukai Paulina sedangkan aku tidak ada satupun yang menyukai aku." ucap Rebecca sambil mencengkram kemudi dengan erat.

" Sabar sayang, sebentar lagi Paulina akan kehilangan mahkota berharganya dan menikah dengan bandot tua. Jadi kamu tidak ada lagi saingannya." ucap ibu Rebecca.

" Iya Bu." Jawab Lili

Tidak berapa lama merekapun sudah sampai di sebuah hotel murah. Lili memarkirkan mobilnya di parkiran hotel, Lili dan ibunya keluar dari mobil kemudian tangan kiri Paulina diangkat oleh ibu Rebecca dan diletakkan di bahunya sambil memegangi bahu Paulina sedangkan tangan kanan Paulina diangkat oleh Lili dan ditaruh dibahunya mereka masuk ke dalam hotel tersebut. Sampai di lobby mereka menemui resepsionis hotel.

" Malam mba, saya menyewa hotel nomer 306." ucap Lili.

" Malam, ini kunci kamarnya." ucap resepsionis sambil memberikan kunci kamar

" Temannya kenapa tidur apa pingsan?" tanya resepsionis satunya.

" Tidur, dia habis mabuk karena itulah kami mengangkatnya." ucap Lili berbohong.

Mulut mereka berdua hanya membentuk huruf O berarti mengerti. Lili dan ibu Rebecca berjalan ke arah kamar 306.

" Lili, kenapa kamar 306 ada dua?" tanya ibu Rebecca dengan nada terkejut.

" Tidak tahu Bu, tapi Bu kamar sebelahnya pintunya sudah terbuka apakah bandot tua itu sudah datang." tanya Lili

" Ya sudahlah kamar sebelah saja, bahu ibu dan tangan ibu capek menahan tubuh Paulina." ucap ibu Rebecca.

" Baiklah Bu." jawab Lili

Mereka mendorong pintu dengan menggunakan salah satu kaki mereka kemudian berjalan ke arah ranjang dan membaringkan Paulina. Ibu Rebecca dan Lili lalu melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuh Paulina hingga polos tanpa sehelai benangpun kemudian menyelimuti tubuh polos Paulina dengan menggunakan selimut.

" Sudah selesai sekarang kita pergi." ucap ibu Rebecca

" Pakaian kak Paulina kita simpan di kolong ranjang saja." ucap Lili

" Terserah, ayo kita pergi." perintah ibu Rebecca

" Baik Bu." Jawab Lili

Setelah selesai mereka pergi meninggalkan kamar itu yang sebelumnya menutup pintu kamar terlebih dahulu.

Di Tempat Yang Berbeda

" Si*l, Hendrik ada yang memberikan obat perang**g di dalam minumanku." bisik Alexander ke asisten pribadinya.

" Kita kembali ke hotel saja tuan." ucap Hendrik

" Ya, cepat. Aku tidak mau bersentuhan dengan wanita, kita pergi secepatnya." perintah Alexander.

" Baik tuan." Jawab Hendrik

Alexander dan Hendrik keluar dari tempat pesta pernikahan relasi bisnisnya bersamaan kedatangan seorang gadis cantik dan seksi yang ingin mendekati Alexander.