Chereads / CEO Dan Tiga Anakku Yang Tampan / Chapter 5 - Kepergian Paulina

Chapter 5 - Kepergian Paulina

Paulina mulai meretas cctv setelah berhasil mereka menonton cctv di mansionnya hingga dua puluh menit mereka menonton rekaman cctv tersebut matanya langsung membulat sempurna karena ternyata ulah ibu tiri dan adik tirinya membuat Paulina marah.

" Paulina maaf aku mendapatkan panggilan kerja di luar negri sekalian mau bertemu dengan mommy dan daddyku yang tinggal di negara S dan maaf aku tidak bisa menemanimu untuk membalaskan dendam ke mereka berdua." ucap Maria

" Aku ikut kamu saja sambil mencari waktu yang tepat untuk membalas dendamku pada mereka." ucap Paulina.

" Baiklah." ucap Maria

" Tapi semua dokumenku ada di mansion." ucap Paulina

" Kita ke mansionmu dan ambil secara diam-diam." ucap Maria.

" Baiklah." Jawab Paulina

Merekapun pergi ke mansion dengan menggunakan mobil Maria sambil membawa kopernya. Maria dan Paulina duduk di kursi belakang sedangkan sopirnya duduk di kursi pengemudi dan di sampingnya bodyguard milik orang tuanya yang ditugaskan untuk menjaga putri kesayangannya. Singkat cerita mereka sudah masuk ke kamar Paulina dengan cara masuk ke dalam ruangan rahasia yang hanya diketahui oleh orang tua dan dirinya.

Paulina mengambil tas yang berisi pakaian, perhiasan, pasport, KTP, ATM serta dokumen penting lainnya seperti aset rumah, mobil dan lainnya agar tidak dikuasai oleh ibu tiri dan adik tirinya.

Setelah selesai mereka pergi dari kamar itu melalui pintu rahasia sampai ke ruangan yang menembus pintu keluar. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke bandara.

Singkat cerita kini mereka sudah sampai di negara S pada esok harinya. Mereka tinggal bersama dengan orang tua Maria karena mansion milik orang tua Maria sangat besar karena itulah orang tua Maria memintanya untuk tinggal bersama.

2 Bulan Kemudian

Tidak terasa Paulina tinggal di negara S dan bekerja sebagai koki di restoran miliknya. Tiba - tiba kepalanya terasa sangat pusing tapi Paulina berusaha menahan rasa pusing di kepalanya tapi Paulina tetap memaksakan dirinya untuk memasak karena restoran miliknya sedang banyak pelanggan.

bruk

Karena sudah tidak tahan Paulina akhirnya ambruk dan tidak sadarkan diri. Untunglah dua orang pegawainya menahan tubuh Paulina agar tidak terjatuh ke lantai. Mereka membawanya keluar restoran untuk di bawa ke rumah sakit bertepatan kedatangan sahabatnya yang bernama Maria. Maria langsung membantu dan membawanya ke dalam mobilnya.

" Kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian biar aku yang membawanya ke rumah sakit." ucap Maria

" Baik nona." jawab mereka serempak

Maria mengendarai dengan kecepatan sedang, dua puluh menit kemudian Maria sudah sampai dengan bantuan perawat tubuh Paulina dibaringkan ke brankar kemudian di bawa ke UGD. Setelah lima belas menit pintu ruangan UGD di buka oleh seorang dokter, Maria berjalan mendekati dokter tersebut.

" Bagaimana keadaan sahabat saya dokter? apakah terkena penyakit berbahaya?" tanya Maria dengan nada kuatir.

" Suaminya kemana?" tanya dokter tersebut

" Suami?" tanya Maria ulang

" Iya suami." ucap dokter itu mengulangi pertanyaannya.

" Memang kenapa ya dok?" tanya Maria dengan nada bingung.

" Sahabat nona sedang hamil dua bulan karena itulah saya menanyakan suaminya." ucap dokter itu menjelaskan.

" Apa dok hamil?" tanya Maria dengan nada terkejut

" Memang kenapa ya?" tanya dokter dengan nada terkejut

" Maaf dok tidak apa-apa, bolehkah saya menemui sahabat saya?" tanya Maria

" Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang perawatan, nona bisa menemuinya di ruang perawatan." ucap dokter tersebut

" Baik dok, terima kasih." ucap Maria

Dokter itu hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Maria dan tidak berapa lama dua perawat mendorong brankar menuju ke ruang perawatan kelas satu sesuai permintaan Maria.

Maria duduk di kursi dekat ranjang sambil menatap wajah pucat sahabatnya. Berapa lama kemudian Paulina perlahan membuka matanya dan melihat Maria sedang menatap dirinya.

" Ada di mana aku?" tanya Paulina

" Kamu ada di rumah sakit tadi kamu pingsan di restoran dan aku bawa ke rumah sakit." ucap Maria menjelaskan ke sahabatnya.

" Kenapa aku bisa pingsan? apakah aku terkena penyakit?" tanya Paulina

" Kamu tidak terkena penyakit tapi kamu hamil." ucap Maria sambil menggenggam tangan sahabatnya.

" Apa?? aku ha... hamil?" tanya Paulina dengan nada terbata - bata tidak percaya.

" Iya benar kamu hamil." ucap Maria

Paulina hanya diam sambil mengelus perutnya yang masih rata.

" Paulina, anak ini tidak bersalah dan kamu juga tidak bersalah begitu pula dengan pria itu karena yang patut disalahkan adalah ibu dan adik tirimu yang keji melakukan ini padamu. Jadi aku mohon jangan kamu gugurkan anak ini." mohon Maria

" Aku tahu Maria dan aku tidak akan menggugurkan kandungan ini karena anak yang kukandung tidak bersalah." ucap Paulina.

" Syukurlah kamu mau merawatnya dan jangan kuatir aku akan membantumu untuk membesarkan anak ini bersama." ucap Maria

" Terima kasih kamu memang sahabat baikku." ucap Paulina sambil memeluk sahabatnya.

Maria membalas pelukan sahabatnya dan tidak berapa lama merekapun melepaskan pelukannya bertepatan kedatangan dokter dan perawat. Dokter itupun memeriksa kondisi Paulina setelah selesai memeriksa perawat itu membantu dokter untuk membereskan peralatan dokter.

" Dokter, saya ingin pulang sekarang." pinta Paulina.

" Kalau infusnya sudah habis, nyonya bisa pulang." ucap dokter itu.

" Baik dok." ucap Paulina

Dokter itupun meninggalkan mereka berdua untuk mengecek kondisi pasien lainnya.

Di Tempat Yang Berbeda dan Negara Berbeda

Alexander beberapa hari ini sering muntah - muntah pada pagi hari dan malam hari. Alexander keluar dari mandi dengan tubuh masih lemas karena setiap makanan yang sudah masuk ke dalam perutnya dan tidak berapa lama dikeluarkan kembali. Alexander duduk di kepala ranjang sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing.

tok

tok

tok

" Masuk." perintah Alexander

ceklek

Asisten pribadinya yang bernama Hendrik membuka pintu dan melihat tuannya sedang duduk di kepala ranjang sambil memijat pelipisnya.

" Tuan, beberapa hari ini sering pusing dan muntah - muntah, aku panggilkan dokter ya?" pinta Hendrik

" Panggil lah, aku sangat tersiksa sekali tiap pagi dan malam hari selalu muntah." ucap Alexander.

Hendrik menghubungi dokter pribadi tuan Alexander setelah selesai ponselnya di simpan kembali ke saku jasnya.

" Oh ya apakah kamu sudah menemukan Paulina yang tidur di kamar hotel tempat aku menginap?" tanya Alexander

" Belum tuan." ucap Hendrik

" Aku bingung kenapa Paulina harus pergi dari kamar hotel tersebut setelah itu hilang tanpa jejak." ucap Alexander yang sudah berhasil meretas cctv hotel tempat dirinya menginap.

" Oh iya kamu sudah menangkap ibu tiri dan adik tirinya yang telah berbuat jahat terhadap Paulinaku?" tanya Alexander yang sudah mengklaim kalau Paulina adalah wanita nya.

" Sudah tuan." ucap Hendrik

" Bagus, besok aku akan ke sana dan kamu sewa 10 preman berwajah sangar." perintah Alexander.

" Buat apa tuan? tanya Hendrik penasaran.

" Nanti kamu akan tahu dan satu lagi belilah empat obat perangsang dosis sangat tinggi." perintah Alexander

" Aku tahu pasti buat dua wanita ular itu bukan? tebak Hendrik.

" Tepat sekali." ucap Alexander sambil tersenyum menyeringai.

" Tapi kenapa mesti empat?" tanya Hendrik penasaran.

" Buat dua wanita ular itu." sambil tersenyum devil.

" Bagus tuan, orang seperti mereka pantas untuk di siksa." ucap Hendrik sambil tersenyum menyeringai.

" Mereka telah berani menyakiti orang yang aku cintai karena itu mereka pantas mendapatkannya." ucap Alexander sambil mengepalkan ke dua tangannya.

" Tuan mencintai nona Paulina tapi tuan tidak tahu apakah nona Paulina mencintai tuan atau tidak." ucap Hendrik dengan nada terkejut karena baru kali ini ada seorang wanita yang berhasil masuk ke dalam hati bosnya yang anti wanita.

" Apa yang sudah aku sentuh maka wanita itu harus menjadi milikku." ucap Alexander.

Tidak berapa lama pintunya di ketuk membuat Hendrik berdiri dari sofa kemudian berjalan ke arah pintu.

ceklek

Hendrik membuka pintu kamar tuan Alexander dan melihat dokter tersebut sedang berdiri di hadapannya. Dokter itupun masuk ke dalam kemudian memeriksa tuan Alexander setelah empat menit pemeriksaan sudah selesai.

" Tuan tidak sakit." ucap dokter tersebut.

" Tapi kenapa setiap pagi dan malam hari aku sering muntah?" tanya Alexander dengan nada bingung

" Tuan juga beberapa hari ini meminta hal - hal yang aneh." sambung Hendrik

" Hal - hal yang aneh bagaimana?" tanya dokter tersebut.

" Tiap pagi minta mangga muda yang dipetik langsung dari pohonnya dan lihatlah di meja dekat sofa sudah tersedia mangga muda dan beberapa hari yang lalu ketika pulang dari perusahaan meminta dibelikan makanan yang berada di pinggir jalan karena tidak pernah tuan makan makanan di pinggir jalan dan masih banyak lagi yang aneh." ucap Hendrik menjelaskan.

" Iya benar aku baru sadar sekarang kenapa aku jadi seperti ini? apakah aku terkena penyakit?" tanya Alexander dengan nada bingung.

" Tidak tuan, maaf apakah tuan pernah melakukan hubungan suami istri dengan wanita lain?" tanya dokter tersebut dengan hati - hati takut menyinggung perasaan tuan Alexander.

" Memang apa hubungannya?" tanya Alexander dengan nada bingung dan belum tersadar tentang kehamilan orang yang dicintainya.

" Kemungkinan wanita itu hamil dan tuan yang mengalami gejala morning sickness." ucap dokter tersebut.

" Apa itu morning sickness?" tanya Alexander.

" Morning sickness adalah mual dan muntah saat hamil." ucap dokter tersebut menjelaskan

" Tapi bukankah seharusnya wanita kenapa aku yang mengalami nya?" tanya Alexander

" Bisa saja mengalami wanita dan bisa juga oleh pria." ucap dokter tersebut.

" Eh tunggu, berarti wanita yang waktu aku tiduri hamil?" ucap Alexander baru tersadar.

" Apa??? sejak kapan tuan bisa meniduri wanita?" tanya dokter tersebut dengan nada terkejut.

Alexander menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi dan dokter itupun hanya setia mendengarkan cerita Alexander.

" Berarti bisa jadi wanita itu hamil anak tuan." ucap dokter tersebut setelah selesai mendengarkan cerita Alexander.

" Aku harap wanita itu tidak menggugurkan kandungan nya. Walaupun itu terjadi aku tidak akan menyalahkannya karena aku tahu pasti sulit mengurus bayi tanpa seorang pendamping di sisinya." ucap Alexander dengan nada sendu.

Entah kenapa hatinya sangat sakit ketika mengatakan itu. Alexander hanya bisa berharap agar wanita itu tidak menggugurkan nya walau itu terlalu kecil kemungkinannya.

Setelah selesai dokter dan asisten tersebut meninggalkan Alexander sendirian karena Alexander ingin sendiri dan tidak mau di ganggu. Alexander mengambil pigura yang berada di mejanya yang berisi foto wanita itu.

" Paulina kamu ada di mana? aku sangat merindukanmu." ucap Alexander sambil mengecup foto tersebut kemudian memeluknya.

Alexander membaringkan tubuhnya dengan tidak melepaskan pigura tersebut dari pelukannya kemudian tidak berapa lama Alexander pun tertidur pulas.