Chereads / Menantu Bungsu Keluarga Kusuma / Chapter 14 - Menjauh

Chapter 14 - Menjauh

Bab 14

Sementara itu, Joya dan Hindun sedang berjalan dengan tergesa menuju ke dalam stasiun kereta api. Dua orang pria yang berjalan di belakang mereka terus mengikuti sampai Joya dan Hindun duduk di dalam gerbong yang akan segera berangkat. 

Hindun yang masih belum mengerti apa-apa hanya bisa mengikuti ke mana Joya membawanya. Walaupun hatinya masih merasa heran, Hindun bersyukur bisa bertemu kembali dengan Joya dalam keadaaan selamat. 

Suara pluit panjang pertanda kereta api segera berangkat telah berbunyi, Joya melirik pada dua orang pria yang masih mengawasi mereka dari jendela kaca kereta api. 

Mereka tetap berdiri pada tempatnya semula sampai kereta mulai bergerak perlahan kemudian semakin  cepat seakan sedang berlari meninggalkan stasiun kota menuju ke daerah yang Joya tak tahu akan turun di mana nanti.

Baginya saat ini yang penting pergi sejauhnya dari keluarga Kusuma. Dia tak mengerti apa maksud dari penculikannya, siapa yang menculiknya juga Joya tak mengerti.

Pagi tadi, setelah Joya dibawa pulang oleh kedua pria tersebut, mereka langsung memaksa Joya dan Hindun, ibunya untuk langsung berkemas. 

Dengan terburu-buru Joya dan Hindun memasukkan barang-barang yang penting saja termasuk pakaian dan perhiasan yang mereka miliki. Pagi itu juga, mereka harus pergi meninggalkan kota. 

Jika tidak, keselamatan  D Joya dan Hindun sebagai taruhannya. Kedua pria itu membawa mereka ke stasiun dan menunggu sampai kereta api berangkat. 

Setelah dirasa cukup jauh dari stasiun, akhirnya Joya bisa menarik napas lega. Dia memeluk Hindun sambil menangis tanpa suara. Hanya air matanya saja yang jatuh membasahi wajahnya dan pakaian Hindun juga.

"Kamu kemana aja, Joya. Emak sangat takut, berhari-hari emak terus berdoa agar kamu kembali," tanya Hindun pada anaknya itu. 

Joya tak bisa menjawab, hanya tangisannya saja yang mulai terdengar. Hindun menepuk perlahan punggung Joya, sampai akhirnya Joya tertidur dengan pulasnya. 

Hindun memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa sesuatu yang jahat telah menimpa anaknya. Hindun dapat merasakan trauma yang dialami oleh Joya. 

*

Sementara itu di tempat lain, Sarah sedang menikmati hidangan makan paginya saat kedua orang suruhannya tadi datang menghadap. 

"Mereka sudah pergi?" tanya Sarah tanpa menoleh. Dengan santai dia menyendok nasi goreng kesukaannya lalu memasukkannya ke dalam mulut. 

"Sudah, Bos. Kereta api yang membawa mereka telah pergi, kami menunggui sampai mereka benar-benar berangkat!" jawab Rado. 

"Bagus, sekarang kalian pergilah. Menghilang dari hadapanku sampai aku memanggil kalian kembali?" 

"Baik, Bos. Kami permisi!" Kedua orang suruhan itu pun pergi meninggalkan inggalkan rumah Sarah. 

Sarah yang telah selesai sarapan, tersenyum puas. Rencana untuk menyingkirkan. Joya dari sisi Erik telah berhasil. Sekarang, saatnya dia yang mendekati Erik lagi. 

"Erik, sekarang kamu harus kembali kepadaku. Hanya aku yang berhak memiliki kamu, ha-ha-ha!" 

Tawa Sarah menggema di seantero rumahnya yang besar, tapi terasa kosong melompong. 

Sarah hanya hidup seorang diri di rumah besar ini bersama para pelayannya. Tak ada saudara apalagi orang tua yang menemaninya. 

Sedari kecil, Sarah sudah terbiasa hidup sendiri.. Dulu dia diasuh oleh Mbok Yem, pembantu di rumah Sarah, karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. 

Sampai tiba saatnya Mbok Yem meninggal, Sarah merasa sangat kehilangan. Baginya, Mbok Yem lah orang tuanya yang sesungguhnya. Bukan mama dan papanya yang seakan tak pernah ada waktu buat Sarah untuk bermanja-manja.  

Sarah remaja melalui perjalanan hidupnya dalam sepi, sampai saat hampir lulus SMP, tawaran menjadi model diperolehnya. Semua itu berawal saat ada bazar murah di dekat sekolahnya. 

Sarah yang kala itu mampir bersama temannya melihat ada arena foto gratis di dalam area acara. Sarah dan temannya pun ikut berfoto. 

Tak disangkanya bila ada agen model yang melihat Sarah dan tertarik dengan keluwesannya dalam bergaya sewaktu berfoto tadi.

Sarah menerima tawaran itu, lalu sejak saat dia tenggelam dalam kesibukannya sebagai foto model yang berhasil mengusir rasa sedih karena tak dipedulikan oleh orang tuanya. 

Hari-hari Sarah, dipenuhi oleh jadwal foto dan syuting beraneka jenis iklan. Sarah mulai dikenal oleh orang-orang termasuk teman mamanya. 

Mamanya Sarah yang baru tahu kalau anaknya menjadi model terkenal merasa sangat senang sekali. Dengan bangga dia membawa Sarah ke acara yang diikutinya. 

Sarah yang merasa mulai diperhatikan mamanya tentu saja merasa senang. Jika dulu dia selalu ditinggal di rumah. Kali ini dia akan diajak kemanapun mamanya pergi.

Dalam acara arisan dengan teman-teman mamanya itulah dia bertemu dengan Erik. Sarah tertarik pada pemuda ganteng tapi dingin tersebut.

Sarah berusaha mendekati Erik, sampai akhirnya Erik pun menerima cintanya. Sayang, Talita--mamanya Sarah--tak suka dengan kedekatan mereka. 

Talita tak ingin karier Sarah sebagai model hancur. Dia memberi pilihan pada Sarah, jika masih terus berhubungan dengan Erik maka Talita akan mengirimnya ke Singapura. 

Sarah pun menyembunyikan hubungannya dengan Erik. Dua tahun lamanya mereka memadu kasih sebagai sepasang kekasih. 

Sampai suatu saat Talita mengetahui hubungan Sarah dan Erik, dia pun memaksa Sarah pergi ke Singapura. 

Sarah terpaksa meninggalkan Erik, dia tak berdaya menghadapi keegoisan mamanya. Sampai bertahun kemudian, Talita meninggal dunia karena kecelakaan. 

Sarah pun kembali ke Indonesia. Dia bertekad untuk memiliki cinta Erik kembali. Namun, kenyataan yang dihadapinya sungguh mengecewakan. 

Erik akan menikah dengan Joya si gadis kampungan. Sarah tak terima, dia pun membuat sebuah skenario agar Joya pergi dari kehidupan Erik untuk selamanya dan dia berhasil.

*

"Bagaimana, Pa. Kalian bertemu dengan mamanya Joya, kan? Apa katanya?" cecar Helena dengan banyak pertanyaan.

Heru dan  Erik yang baru kembali dari rumah Joya hanya menggeleng lemah. 

"Rumah itu sudah kosong, Ma. Kata tetangganya, mereka pergi pagi-pagi sekali dengan terburu-buru," beritahu Heru.

Helena mengernyitkan keningnya, matanya menyipit pertanda dia sedang berpikir. 

"Mereka siapa, Pa. Bukannya Hindun hanya sendirian di rumah itu?" 

"Joya sudah kembali, Ma. Tetangganya melihat Joya beserta Tante Hindun masuk kedalam mobil hitam dengan tergesa. Mereka membawa koper seperti hendak pergi jauh." 

Kali ini Erik yang menjawab pertanyaan Helena.

"Yah, ternyata memang benar jika Joya tak mau menjadi menantu kita. Dia sengaja pergi tanpa pamit," keluh Heru.

"Mama belum bisa percaya, Pa. Pasti ada sesuatu yang membuat Joya seperti itu. Perasaan Mama mengatakannya!" ucap Helena dengan yakin. 

Tiba-tiba ketiganya dikejutkan oleh sebuah suara wanita di depan pintu.

"Assalamualaikum, selamat pagi Om, Tante, Erik," sapa Sarah yang baru tiba. 

Erik melengos kemudian beranjak masuk ke kamarnya. Sarah hanya tersenyum tipis melihat sikap yang ditunjukkan oleh mantan kekasihnya itu.

"Hm, sekarang kamu bisa cuek padaku, Rik. Kita lihat saja! Sebentar lagi kamu akan bertekuk lutut di depanku!" batin Sarah. 

Bersambung.