Chapter 16 - Curiga

Curiga

Bab 16

"Ma-maaf, Anda salah orang. Tolong lepaskan saya! Tak baik jika dilihat orang seperti ini," jawab Joya terbata. 

Erik sedikit mengendurkan cengkeramannya. Matanya yang tajam begitu menikam hati Joya yang sejak kepergiannya setahun lalu selalu terbayang wajah dan senyum Erik.

Joya berusaha menepis perasaan rindu di hatinya. 

"Sejak awal aku benci pada Erik dan akan terus begitu sampai kapanpun!" bisik hati Joya.

"Orang lain bisa kamu tipu, Joya. Tapi tidak denganku! Aku yakin kamu itu Joya, orang yang hampir saja membuat keluargaku malu karena membatalkan pernikahan secara tiba-tiba dan lari menghilang sebagai pengecut!" kata Erik dengan berapi-api.

Amarah yang dipendamnya selama satu tahun ini seakan mendapat pelampiasan untuk disalurkan. 

"Lepaskan aku! Anda tidak boleh berbuat sesuka hati Anda di sini. Lepaskan aku!" pekik Joya. 

"Tidak, aku tidak akan melepaskan kamu. Kali ini aku harus mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah kamu perbuat pada keluargaku!" balas Erik tak mau kalah.

"Ada apa ini, apa yang sedang kalian lakukan?" 

Sebuah suara terdengar dari ujung lorong toilet membuat Joya bernapas lega. Dia menoleh ke asal suara dan mulai berteriak meminta pertolongan. 

Harun yang kini sudah tiba di dekat mereka menatap Erik dengan tajam. 

"Ada apa ini, Pak Erik. Apa yang terjadi?" tanyanya dengan sopan.

"Syukurlah Anda ada di sini. Wanita ini,  penipu yang telah lama saya cari. Sekarang saya akan membawanya ke Jakarta untuk mempertanggung jawabkan semuanya!" jawab Erik.

Joya memandang pada bosnya dengan wajah sedih. Dia menggeleng seolah berkata kalau apa yang dikatakan oleh Erik itu bohong.

"Bapak ini salah orang, Pak. Saya bukan orang yang dia maksud," tukas Joya.

Harun melepaskan cengkraman tangan Erik dengan perlahan. Kemudian menarik Joya agar berdiri di sampingnya.

"Maaf Pak Erik, sepertinya ada salah orang. Tasya bukan wanita seperti yang Anda bilang barusan. Dia wanita baik-baik dan sudah lama bekerja pada saya," ucap Harun.

"Oh,ya, berapa lama? Saya yakin belum ada satu tahun. Anda jangan mau dibodohi oleh wanita ini. Dia itu penipu!" balas Erik masih belum mau mengalah.

Dia masih ingin membawa Joya, tapi beberapa sekuriti mendatangi mereka membuat Erik mengambil sikap untuk mengalah terlebih dahulu. 

Erik yakin dia tidak salah orang, dia masih bisa mengingat tatapan bola mata Joya yang diam-diam dirindukannya selama setahun ini. 

Ternyata benih cinta mulai tumbuh diantara Joya dan Erik setelah mereka terpisah sejak satu tahun yang lalu. 

Erik pun berlalu setelah mengancam akan terus menyelidiki siapa Tasya sebenarnya. 

Joya mengucapkan terima kasih kepada Harun. 

"Terima kasih, Pak. Sudah sudi menolong saya," ucapnya. 

"Hmm, ada apa sebenarnya, Sya? Apa hubungan kamu dengan anak bungsu keluarga Kusuma yang terkenal itu?" tanya Harun dengan tatapan menyelidik. 

Joya merasa kalau dia harus menceritakan semuanya, dia pun melakukan hal itu. Harun mendengarkan dengan penuh perhatian. 

Dia tak menyangka kalau Tasya alias Joya mempunyai masalah sepelik itu. Tasya yang pintar dan cekatan kelihatan sangat menarik di mata Harun. 

Sayangnya dia sudah bertunangan, jika belum Harun pasti akan berusaha menarik perhatian Joya.

"Jika seperti itu, kamu tidak bersalah. Kamu hanya sekedar melindungi keselamatan kamu dan Mama kamu, Sya," ucap Harun setelah selesai mendengar keseluruhan ceritanya. 

"Iya, Pak. Saya bersyukur Bapak mengerti dan paham akan masalah saya. Kalau begitu, saya permisi dulu. Ada perlu sama Lilis," pamit Joya. 

"Silakan!" 

Joya pun bergegas meninggalkan Harun yang masih berdiri di tempatnya semula. Tangannya memegang ponsel yang sejak tadi hidup dan dalam posisi merekam. 

Harun memang merekam semua apa yang disampaikan oleh Joya. Dia yakin kalau rekaman itu akan berguna suatu saat nanti. 

**

"Kamu dari mana saja, Erik? Kami menunggumu sejak tadi!"

Erik disambut oleh omelan Seno saat dia tiba di dalam mobil yang akan mengantar mereka kembali ke hotel. 

"Aku habis bertemu dengan wanita yang aku yakin kalau dia itu Joya," jawab Erik. 

Semua orang yang ada di dalam mobil terkejut mendengarnya. Heru yang duduk di kursi paling depan sampai berbalik menatap Erik tak percaya.

"Joya? Di mana, Rik?" tanya Seno. 

"Sekretaris Pak Harun yang berhijab itu. Aku yakin itu dia, walaupun dia mengelak dan mengaku kalau dia bernama Tasya," jawab Erik dengan yakin.

Semuanya jadi tertawa setelahnya. Mereka menertawakan Erik yang mereka anggap belum bisa move on dari Joya. Sampai-sampai semua wanita yang sedikit mirip dia bilang itu Joya. 

Merasa tak dipercaya oleh keluarganya, Erik merasa kesal. Dia memalingkan wajah dan memilih menatap sibuknya jalan raya yang sedang macet.

"Mana mungkin dia Joya, Rik. Kamu harus melupakan gadis itu. Ingat, Erik! Tiga bulan lagi kamu akan menikah dengan Sarah. Kamu jangan bikin malu!" sergah Heru.

Sepertinya kali ini Heru benar-benar marah. Erik terdiam tak menanggapi ucapan papanya itu. Mereka pun kembali diam sampai akhirnya mobil yang mereka tumpangi pun tiba di depan hotel. 

Sebuah notif pesan masuk berbunyi. Rupanya Sarah yang mengirim pesan pada Erik. 

"Sayang, bagaimana rapatnya. Sukses, kan? Jangan lupa makan siang, ya. Love you, muaaach!" 

Erik hanya menyeringai membaca pesan dari Sarah, tanpa ada niat untuk membalasnya. 

"Siapa?" tanya Riko dari arah belakang. 

Erik berbalik lalu mengangkat kedua bahunya dengan malas. Riko tahu kalau Erik tak suka membahas soal Sarah jadi dia tak melanjutkan pertanyaannya.

Tiba-tiba Erik menghentikan langkahnya, Riko yang sedang melihat ponselnya sambil berjalan jadi menabrak Erik. 

"Kamu kenapa, sih, Rik? Berhenti tiba-tiba, jadi nabrak, kan?" omel Riko. 

Untung saja ponsel yang dipegangnya tak jatuh ke lantai. Heru, Seno dan Diki sudah berada jauh di depan. Mereka tak tahu jika Erik dan Riko berhenti di belakang. 

"Mas, mau bantu aku untuk mencari tahu siapa Tasya itu sebenarnya?" tanya Erik penuh harap.

Riko merasa kasihan pada adik bungsunya itu. Riko tahu kalau Erik sebenarnya masih mengharapkan Joya, tapi gadis itu tak diketahui keberadaanya sampai kini. 

"Susah, Rik. Kamu tahu sendiri kalau kita datang ke sini untuk mengurus bisnis. Bukan mencari keberadaan Joya," jawab Riko. 

"Aku tahu, Mas. Namun, aku masih penasaran dengan gadis itu. Aku yakin dia itu Joya. Aku masih mengingat tatapan dan suaranya yang sangat mirip dengan Joya. Aku akan terus mencari tahu siapa dia sebenarnya!"

"Erik! Riko! Sedang apa kalian di sana?" teriak Heru memanggil kedua anaknya.

Erik dan Riko pun berlari menuju ke lift. Erik berpesan pada Riko agar tak menceritakan rencananya pada yang lain. 

Keesokan harinya keluarga Kusuma kembali bertemu dengan Harun untuk membahas lebih lanjut kerja sama yang akan mereka jalin. Erik yang berharap dapat bertemu dengan sekretaris Harun merasa kecewa. 

Dia tak melihat sosok yang dicarinya sejak tadi. Saat rapat telah selesai, Erik mengejar Harun yang akan keluar dari ruangan. 

"Pak Harun, di mana sekretaris Bapak itu?" 

"Tasya? Oh, dia sedang sakit. Jadi dia izin untuk beberapa hari," jawab Harun.

Erik berdecak kesal, hatinya semakin yakin kalau Tasya itu adalah Joya. Dia sengaja tak masuk kerja untuk menghindari Erik.

"Kalau boleh saya tahu, di mana dia dirawat, Pak. Saya ingin menjenguknya," tanya Erik lagi.

"Maaf, Tasya tak suka dijenguk orang asing. Bukan saya tak sopan, tapi saya tak ingin mengganggu privasi karyawan saya," jawab Harun dengan tegas. 

Erik tak bisa berbuat apa-apa lagi. 

Bersambung