Bab 21 - Diculik Lagi
Erik dan Joya yang sedang bahagia menjalin kebersamaan kembali tak menyadari jika sebuah bahaya sedang mengintai mereka.
Sarah telah mengetahui jika Erik telah berhasil menemukan Joya kembali. Sarah marah karena ternyata Joya tak takut dengan ancamannya.
"Kamu belum melihat kemarahanku yang sebenarnya, Joya. Kamu akan menyesal setelah ini!"
Sarah memerintahkan pada anak buahnya untuk kembali menyulik Joya dan langsung membunuhnya saja. Kali ini Sarah tak akan memberi ampun lagi pada orang yang berani melawan kehendaknya.
"Culik dan bunuh dia sekalian. Buang mayatnya ke hutan atau laut sekalian!" perintah Sarah pada anak buahnya.
"Baik, Bos!"
Mereka pun bergerak dengan cepat, Sarah tertawa penuh kemenangan di rumahnya yang selalu sepi itu.
"Wah-wah, Om gak menyangka jika kamu sudah bisa mewarisi kekejaman yang om ajarkan," puji Ronggo--sahabat papanya Sarah--Sang Mafia.
Ronggo sengaja datang berkunjung ke rumah Sarah sore itu.
"Om Ronggo!" seru Sarah terkejut.
Sarah yang melihat kedatangan Ronggo langsung terlonjak kesenangan. Dia memeluk Ronggo dengan sangat erat.
Ronggo tertawa lalu mencium Sarah dengan buas layaknya sepasang kekasih yang sudah lama tak bertemu. Bukannya menolak, Sarah malah melayani napsu Ronggo dengan tak kalah semangat.
Ternyata selama ini pergaulan Sarah sudah terlalu bebas. Dia tak sungkan untuk tidur dengan siapa pun yang memberi keuntungan baginya termasuk Ronggo yang notabene adalah sahabat papanya sendiri.
Sungguh miris melihat kehidupan Sarah. Masih mempunyai orang tua, tapi selalu sendirian di rumah sebesar itu. Orang tuanya jarang sekali pulang ke rumah.
Jika pun pulang, hanya beberapa hari saja dan Sarah sudah merasakan hal itu sejak dia masih kecil. Sarah sangat iri dengan kehidupan keluarga yang hangat seperti keluarga Kusuma.
Sebab itulah dia bertekad harus menikah dengan Erik dan memulai semuanya lagi dari awal.
Sarah juga ingin menguasai harta keluarga Kusuma yang sangat kaya raya dan tidak.akan bakal habis dimakan oleh tujuh turunan.
------
Sementara itu di Surabaya, Erik dan Joya yang baru saja selesai menikmati Jalan-jalan berdua sedang menyeberang jalan. Joya ingin Mie Ayam yang mangkal di depan sebuah mini market.
Joya menggandeng tangan Erik sambil mengawasi ke kiri dan kanan jalan kaki mulai menyeberang. Jalan sedang sepi jadi Joya melangkah dengan yakin, tapi tiba-tiba saja muncullah sebuah motor dengan kecepatan tinggi hendak menabrak Joya.
Untung saja Erik dengan repleks menarik tangan kekasih hatinya itu. Joya luput dari tabrakan dengan motor, tapi mereka berdua malah jatuh bergulingan di tepi jalan.
Erik membantu Joya untuk berdiri, mereka tak menyadari sebuah mobil berwarna gelap mendekat. Lalu turunlah empat orang pria berbadan tegap dan berjalan menuju ke arah Joya dan Erik.
Tanpa banyak bicara , mereka menarik tangan Joya yang langsung meronta berusaha membebaskan diri dari cengkraman keempat pria tersebut.
"Hey, siapa kalian. Lepaskan dia!" seru Erik kaget.
Dia berusaha menarik tangan Joya, tali dialami oleh salah seorang pria yang membawanya menjauh dari Joya.
Perut Erik ditinju dengan keras, demikian juga dengan wajahnya mendapat satu kali bogem mentah membuat Erik jatuh terkapar di atas aspal.
Erik berusaha meminta tolong, tapi semuanya terjadi begitu cepat. Keempat pria tadi membawa Joya dan langsung kabur meninggalkan Erik yang masih terduduk dengan bibir berdarah.
Warga yang berada di sekitar lokasi kejadian langsung datang begitu mendengar teriakan Erik. Namun, semuanya sudah terlambat. Mobil yang membawa Joya sudah menghilang di belikan jalan.
"Mas gak apa-apa, kan? Siapa mereka?" tanya seorang cowok yang memakai baju hijau pada Erik.
Erik menggeleng sambil menghapus darah di sudut bibirnya.
"Saya gak apa-apa, tapi pacar saya dibawa kabur sama mereka. Saya gak tahu siapa mereka," jawab Erik sambil berusaha berdiri.
"Wah, segera lapor polisi saja, Mas. Apa perlu saya bantu?" tanya si cowok itu lagi.
"Tidak usah, terima kasih, Mas. Saya bisa sendiri."
Erik pun permisi pada warga yang masih berkerumun, dengan langkah lunglai dia berjalan menuju ke mobilnya.
Sampai di dalam mobil, Erik segera menghubungi Heru dengan ponselnya.
"Ada apa, Rik?" tanya Heru di ujung sana.
"Joya diculik, Pa. Aku yakin itu orang-orang suruhan Sarah. Sekarang aku harus bagaimana, Pa?" tanya Erik.
"Apa!? Joya diculik, apa Sarah sudah tahu soal Joya ada di Surabaya?"
Heru kaget setengah mati mendengar berita dari Erik. Seno yang sedang duduk di sampingnya juga ikut terkejut mendengarnya.
"Aku juga gak tahu, Pa. Mungkin dia menyuruh orang untuk mengawasiku, sekarang aku harus bagaimana?" Erik kembali bertanya pada Heru.
"Kamu temui ibunya Joya dan ceritakan semuanya. Minta dia untuk tidak khawatir. Kita akan menyelesaikan ini secepatnya. Kamu kembali saja ke sini, ya!" perintah Heru.
Dia pun menutup ponselnya setelah Erik berkata kalau dia paham.
"Ini pasti perbuatan orang-orang suruhannya Sarah. Kurang ajar sekali anak itu, belum jadi menantu saja sudah berani menginjak-injak harga diri keluargaku," uap Heru dengan marah.
Seno yang berada di sampingnya berusaha menenangkan hati papanya. Mereka kemudian merancang rencana bagaimana untuk menjebak Sarah dan komplotannya.
Tak lama Riko dan Diki pun datang bergabung. Namun, mereka tak juga menemukan caranya.
"Sebaiknya kita tunggu dulu Erik, dia pasti punya solusi untuk masalah ini," saran Diki.
Saudaranya yang lain pun setuju, akhirnya mereka pun membubarkan diri dan kembali ke kediamannya masing-masing.
Keesokan harinya, Erik telah tiba di rumahnya. Heru yang menyambutnya langsung bertanya detail kejadian yang sebenarnya.
Erik.oun menceritakan kronologis kejadian waktu itu. Haru beberapa kali mengumpat memaki Sarah karena merasa kesal mendengarnya.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan. Apa kamu punya rencana, Rik?" tanya Heru setelah Erik selesai bercerita.
"Ada sih, Pa. Tapi gak tahu juga apa Papa dan yang lain setuju," kata Erik membuat Heru tersenyum.
"Apa rencananya?" tanya Heru dengan penasaran.
"Begini, Pa ...." Ucapan Erik berhenti karena kedatangan ketiga masnya.
Mereka segera bergabung untuk mendengarkan rencana yang akan dilaksanakan oleh Erik. Namin, belum sempat Erik membuka mulutnya, tiba-tiba saja Sarah datang lengkap dengan segala kemanjaannya.
"Erik! Kamu sudah kembali? Aku rindu sekali denganmu," ujarnya tak tahu malu. Dia berjalan menuju ke arah Erik dan saudara-saudaranya sedang berkumpul.
Erik mendengkus kesal, dia memalingkan wajahnya ke tempat lain.
"Jaga sikapmu, Erik. Bersikap biasa saja! Jangan tampakkan kemarahanmu!" ingat Heru dengan suara pelan karena Sarah sudah semakin dekat dengan mereka.
"Iya, Pa," jawab Erik lemah.
Sarah yang baru tiba di dekat Erik langsung memeluknya dengan erat. Erik mencoba menepis tangan Sarah agar melepaskan pelukannya.
"Lepaskan, Sarah. Apa kau tak malu dengan Papa dan masku yang lain?" tanya Erik kesal.
Sarah tertawa lalu melepaskan pelukanku.
"Maaf-maaf, itu karena aku terlalu kangen dengannya. Gak papa kan, Om?"
Bersambung.