Chapter 5 - Keakraban

Ketika matahari sudah terbit dari timur, Rowena keluar dari tendanya. Rowena yang sudah mengenakan baju santai dan celana panjang memutuskan untuk melakukan pemanasan sebelum berlatih pedang seperti rutinitas biasanya. Para ksatria yang sudah sedari tadi berdiri di luar melihat Rowena yang keluar dari tendanya langsung menghampirinya.

"Hey, kau akan pergi kemana?" tanya seorang kesatria yang tengah berjalan menghampirinya.

"Aku hanya ingin melakukan pemanasan dengan berlari mengelilingi hutan ini sebelum latihan," jawab Rowena dengan santainya.

"Bolehkan aku ikut denganmu?" sahut seorang kesatria lainnya yang baru saja datang entah darimana.

Jujur saja saat itu Rowena merasa tidak nyaman. Sangat aneh baginya melihat ada seseorang yang berusaha akrab dan berbicara dengan sopan dengan dirinya. Biasanya saat ia masih berada di kamp militer Edelle, para kesatria di sana selalu menjaga jarak dengannya karena menurut perspektif mereka, jika dekat dengan seorang perempuan yang melakukan hal yang tidak sesuai dengan kodratnya, mereka akan tertimpa kesialan.

Gara-gara perspektif gila itu tidak ada seorang pun yang mau berteman dengan Rowena. Jangankan berteman, mereka saja tidak mau berbicara ataupun mengobrol dengan dirinya. Meskipun begitu ada beberapa orang yang tidak percaya dengan perspektif konyol itu. Orang-orang yang tidak percaya dengan hal itu lah yang berusaha memperkosa Rowena hingga perempuan itu tidak memiliki waktu tidur yang cukup karena berusaha melindungi dirinya sendiri.

"Emm... Kau tenang saja, aku hanya ingin berolahraga bukan bermaksud untuk kabur dari sini. Lagipula aku juga sudah melakukan sumpah kesatria dengan Yang Mulia Pangeran Helios," ucap Rowena yang menunjukkan raut wajah tidak nyamannya.

"Bukan itu maksudku. Aku sama sekali tidak mencurigai dirimu. Aku dan beberapa kesatria lainnya hanya ingin mengakrabkan diri dengan dirimu. Bukannya kita akan menjadi rekan kerja dalam jangka waktu yang lama?"

Rowena menghela napas panjang. "Baiklah. Ayo, kita berolahraga bersama."

Pada akhirnya Rowena dan beberapa kesatria lainnya berlari santai mengelilingi hutan Richella bagian barat. Selama beberapa menit berlari bersama, Rowena baru tahu nama-nama kesatria yang bersamanya itu. Mereka adalah Sir Reon, Sir Theo, dan Sir Wayle. Baru kali ini Rowena merasa bisa akrab dengan para kesatria.

Padahal tadinya Rowena mengira kalau para kesatria itu akan memperkosa atau menyiksa dirinya lagi seperti yang pernah dilakukan oleh rekan kerja lamanya.

"Dame Rowena, apa tujuanmu masuk ke pasukan kesatria Sunverro? Bukannya pada awalnya kau adalah kesatria milik Edelle?" tanya Sir Wayle.

"Kurasa kau bisa memanggil namaku saja tanpa harus menggunakan sebutan Dame, Sir Wayle," ujar Rowena dengan nada bercanda.

Sir Wayle pun tertawa mendengar itu. "Baiklah, Rowena. Silahkan kau katakan alasan terbaikmu."

"Asalkan kau tahu, aku adalah perempuan yang realistis. Tentu saja aku memilih masuk ke dalam pasukan Sunverro karena itu lebih menguntungkan diriku."

Ketiga kesatria itu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban jujur Rowena. Bagi mereka, Rowena adalah perempuan yang sangat unik. Karena selama hidup, mereka selalu bertemu dengan perempuan yang sopan, pendiam, serta berbicara dengan berbagai macam perumpamaan yang memusingkan dan bertele-tele. Sangat berbeda jauh dengan Rowena yang berbicara blak-blakan.

"Jadi, jika ada Kerajaan yang menawarkan keuntungan yang lebih besar dari Sunverro. Apakah kau akan mengkhianati Sunverro seperti kau mengkhianati Edelle?" ujar Sir Theo.

"Ayolah, Sir Theo, aku itu sama sekali tidak mengkhianati Edelle. Bagaimana bisa kau mengatakan aku telah mengkhianati Edelle? Dengan aku yang sudah menjadi kesatria Sunverro itu sama sekali tidak memberikan secuil pun kerugian pada pihak Edelle," ucap Rowena membela dirinya sendiri.

"Terserah kau sajalah. Intinya jika ada Kerajaan yang berani memberi keuntungan lebih dari Sunverro. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Sir Theo lagi.

"Tentu saja aku akan langsung menolak tawaran dari Kerajaan yang menawarkan keuntungan lebih besar itu," jawab Rowena dengan cepat.

Sir Reon yang tadinya hanya diam dan mendengar percakapan mereka tiba-tiba ikut masuk ke dalam percakapan itu. "Katanya kau realistis, tetapi kenapa kau lebih memilih Sunverro daripada kerajaan yang bisa memberikanmu keuntungan lebih besar?"

"Tentu saja aku tidak bisa memberitahu kalian karena itu adalah rahasia bisnisku," jawab Rowena sambil mengedipkan mata kirinya.

Setelah beberapa jam berlari mengelilingi Hutan Richella bagian barat, mereka semua yang sudah kelelahan memutuskan untuk kembali ke kamp Sunverro. Sesampainya di sana, Rowena melihat sudah ada banyak orang yang berkumpul di luar dibandingkan dengan yang ia lihat tadi pagi. Ada yang sedang melakukan pemanasan, ada yang tengah memasak, dan ada juga yang sedang memberi makan kuda.

Rowena berjalan mendekati seorang pria paruh baya yang tengah menyiapkan api dan bahan-bahan makanan untuk memasak. Pria itu adalah Kepala divisi perencanaan siasat perang, Sir Ivan.

"Kau habis dari mana, Dame Ernest?" ucap Sir Ivan.

Rowena memijat kedua pelipis kepalanya dengan tangan kanannya. "Kenapa kalian memanggilku dengan sebutan formal itu. Panggil saja aku Rowena. Lalu aku habis selesai berkeliling bersama Sir Theo, Sir Reon, dan Sir Wayle."

"Kalau begitu Rowena, apakah kau bisa membantuku untuk memasak? Aku bingung harus memasak apa meskipun bahan-bahan makanan di sini sangat lengkap," tutur Sir Ivan.

Raut wajah Rowena nampak jelas menunjukkan kalau ia merasa kebingungan dengan permintaan Sir Ivan. "Hmm... Pertama-tama aku harus memberitahu dirimu terlebih dahulu kalau meskipun aku terlahir sebagai perempuan bukan berarti aku hebat dalam memasak."

"Maksudmu kau tidak bisa memasak?" balas Sir Ivan.

"Tentu saja, aku tidak bisa. Jika kau menyuruhku untuk memasak, maka beberapa jam kemudian para pasukan kita akan langsung terkapar di tanah karena keracunan makanan. Meskipun begitu aku bisa membantumu dengan resep-resep makanan yang telah kubaca beberapa tahun yang lalu yang kujamin rasanya pasti enak."

Sir Ivan menepuk dahinya setelah mendengar ucapan Rowena. "Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk menggunakan dan mempercayai resep masakanmu jika kau saja tidak bisa memasak?"

"Hey, semua resep masakanku ini sudah kukumpulkan dari beberapa wanita-wanita yang sudah berkeluarga selama 50 tahun lebih lho. Aku hanya tidak bisa mengolah bahan-bahan makanan itu tapi aku bisa mengingat semua resep itu dengan baik," bujuk Rowena yang berusaha meyakinkan Sir Ivan.

Sir Ivan pun menyerah dengan cepat karena bujukan Rowena itu. "Kalau begitu kau sebutkan bahan-bahannya dan langkah-langkahnya. Biar aku sendiri yang akan memasak."

Mereka berdua pun mulai bekerja sama untuk memasak hidangan yang enak untuk dimakan. Setelah satu jam berlalu akhirnya terciptalah beberapa hidangan yang terlihat mengunggah selera.

Banyak prajurit dan kesatria yang berebutan untuk mengambil makanan yang dihidangkan oleh kedua orang itu. Mereka semua memakannya dengan lahap dan memuji rasa dari hidangan tersebut. Muncul ekspresi lega dan senang di wajah Rowena. Tampaknya kali ini, ia akan menjalani kehidupan yang lebih baik di pasukan militer Sunverro daripada saat dirinya masih berada di pasukan militer Edelle.

Seorang pengawal tenda Pangeran Helios berlari terburu-buru untuk menghampiri Rowena. "Dame Ernest, Yang Mulia memanggil anda untuk ke tendanya."