Chapter 3 - Penawaran

Laki-laki tampan yang sekarang berdiri dihadapannya adalah Pangeran Helios Edmond la Sunverro. Laki-laki dengan rambut berwarna coklat keemasan serta mata merahnya yang seperti Ruby terlihat sangat menawan. Rowena yakin siapapun perempuan yang melihat laki-laki itu pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Sebutkan namamu dan tujuanmu datang ke sini!" ujar Helios.

"Nama hamba Rowena Ernest, Yang Mulia Pangeran Helios Edmond la Sunverro," jawab Rowena yang kedua tangannya telah diikat ke belakang dengan tali.

Setelah gelarnya dicabut, Rowena tidak bisa lagi menggunakan nama kerajaan di belakang namanya. Lalu untuk menyembunyikan fakta kalau dirinya merupakan putri dari Erica, anggota kerajaan Odelette, Rowena pun mengubah nama belakangnya dengan nama belakang Edgar yaitu Ernest.

Helios nampak terkejut setelah mendengar suara Rowena. "Kau seorang perempuan?"

Semua prajurit di sana ikut terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Helios. Seperti biasa mereka terkejut karena ksatria musuh yang ditangkap mereka adalah seorang perempuan. Karena secara penampilan, Rowena benar-benar sudah terlihat seperti seorang laki-laki. Badannya yang sedikit kekar dan rambut pendeknya.

Rowena pun ikut kebingungan dengan pertanyaan yang diberikan Helios. "Memangnya ada yang salah jika aku adalah seorang perempuan ?"

Seorang laki-laki yang sedari tadi berdiri di samping Helios langsung berjalan menghampiri Rowena yang tengah bertekuk lutut itu lalu menendangnya dengan cukup kencang. "Berani-beraninya kau berbicara dengan lancang pada Yang Mulia."

Helios yang melihat itu segera menyuruh laki-laki itu untuk menghentikan aksinya karena bagaimanapun Rowena merupakan seorang perempuan yang pastinya lemah dan mudah hancur seperti kaca.

"Lalu apa tujuanmu ada di sini? Menurut laporan para prajuritku, kau datang ke sini untuk membunuhku."

"Hah? Kau pikir aku tidak mempunyai urusan lain untuk dikerjakan? Untuk apa aku memasukkan diriku sendiri ke dalam jurang jika aku bisa hidup damai dan tentram?"

Semenjak diusir dari istana, cara berbicaranya Rowena memang sudah berubah sangat drastis. Karena sudah berbaur dengan banyak rakyat jelata cara berbicaranya sudah tidak seperti para bangsawan lagi bahkan bisa dibilang cara berbicaranya sangat lancang.

"Prajurit, cepat tangkap perempuan ini! Nanti saya sendiri yang akan menginterogasinya," perintah laki-laki yang barusan menendang Rowena.

Para prajurit pun mengikuti perintah laki-laki itu. Mereka kembali menyeret Rowena ke dalam sebuah kurungan yang terbuat dari kayu. Rowena sama sekali tidak melawan. Ia hanya berdiri diam dan membiarkan tubuhnya diseret oleh para prajurit itu. Bisa dibilang ia sudah pasrah jika dibunuh. Bukankah itu lebih baik daripada dilecehkan oleh para prajurit Sunverro seperti yang pernah terjadi pada dirinya di barak Edelle.

Mungkin saat ia dibunuh oleh prajurit Sunverro, ia akan memohon pengampunan dari ibunya saat mereka bertemu nanti karena tidak bisa membalaskan dendam ibunya.

Di kemahnya, Helios membaca kertas-kertas yang ada di tas Rowena yang berhasil di geledah barusan. Di tas itu tidak ada barang lain selain kertas, pena, dan peta beberapa kerajaan. Di semua kertas-kertas itu tertulis cara untuk menaklukan Richella serta beberapa kerajaan lainnya. Harus Helios akui kalau semua strategi serta rencana perang yang ditulis dalam kertas itu benar-benar jenius. Bahkan Helios sendiri tidak bisa percaya jika semua strategi itu ditulis oleh seorang perempuan.

"Kau belum membunuh perempuan itu kan, Cedric?" tanya Helios pada laki-laki yang menendang Rowena beberapa saat yang lalu.

Laki-laki itu bernama Cedric Domain von Litchbell, seorang Duke dari Kerajaan Sunverro. Ia merupakan wakil komandan pasukan serta sahabat baik pangeran mahkota.

"Tentu saja belum. Aku masih harus menginterogasi perempuan itu," jawab Cedric.

"Bagaimana kalau kita pergi bersama saat menginterogasi perempuan itu?" tawar Helios.

"Terserah dirimu saja asalkan kau tidak membuat keributan."

Mereka berdua pun berjalan ke tempat Rowena ditahan. Rowena nampak duduk santai di dalam kurungan sempit itu. Cedric memerintah para pengawal yang menjaga Rowena untuk mengeluarkannya dari sana. Setelah dikeluarkan Rowena dipaksa untuk bertekuk lutut dihadapan Helios yang tengah berdiri di depannya sembari memegang beberapa lembar kertas.

"Yang Mulia Pangeran Helios yang terhormat, hambamu yang rendahan ini memohon untuk dibunuh saja daripada harus disiksa ataupun dilecehkan," ucap Rowena yang menatap tajam ke arah Helios.

"Tidak, aku datang ke sini bukan untuk melakukan semua yang kau katakan itu. Aku ke sini hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu. Aku harap kau akan menjawab semua pertanyaan yang kuberikan."

"Baiklah," jawab Rowena dengan singkat.

"Siapa namamu?"

"Bukannya tadi hamba sudah memberitahukan nama hamba pada anda. Apa perang-perang ini membuat daya ingat Yang Mulia terganggu?" ucap Rowena dengan polosnya.

"Dasar lancang!" tegur Cedric.

"Diam, Cedric!" kata Helios pada Cedric.

Helios kembali memandang wajah Rowena dan tersenyum. "Sayangnya daya ingatku masih sangat bagus. Namamu Rowena Ernest bukan? Aku hanya tidak yakin kalau namamu hanya terdiri dari dua suku kata saja."

Di semua kerajaan seorang bangsawan ataupun anggota kerajaan memiliki nama yang terdiri dari tiga suku kata, sedangkan para rakyat jelata hanya memiliki dua suku kata saja dalam nama mereka. Dengan kata lain Helios sudah mulai curiga dengan status Rowena.

Rowena hanya bisa tertawa terbahak-bahak. "Yang Mulia, apakah wajah hamba terlihat seperti seorang bangsawan ataupun anggota keluarga kekaisaran? Ayah hamba hanya seorang rakyat jelata yang bekerja sebagai pengawal di rumah seorang bangsawan. Mana mungkin hamba bisa memiliki nama yang terdiri dari tiga suku kata."

"Lalu bagaimana caranya kau bisa menulis dan memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu berpedang dan strategi perang? Setahuku rakyat jelata sama sekali tidak bisa membaca ataupun menulis," tanya Helios yang masih belum puas dengan jawaban Rowena barusan.

"Dulu anak dari bangsawan tempat ayah hamba bekerja adalah sahabat baik hamba. Jadi dia juga mengajarkan hamba caranya membaca dan menulis. Selain itu hamba juga diberi akses perpustakaan dari kediamannya. Itulah sebabnya hamba bisa mengetahui banyak tentang ilmu berpedang dan strategi perang. Apakah Yang Mulia sudah puas dengan jawaban hamba?"

"Ya, aku sudah sangat puas dengan jawabanmu itu. Lalu dari zirahmu, aku dapat tahu kalau kau adalah ksatria dari Kerajaan Edelle. Menurut informanku, Kerajaan Edelle dan Terania sudah melaksanakan perang selama 15 tahun terakhir untuk memperebutkan wilayah Richella. Tapi aku membaca salah satu kertasmu yang berisi tentang strategi menaklukan Richella baik untuk Edelle maupun Terania."

"Jadi yang ingin anda tanyakan pada hamba adalah kenapa hamba tidak mengajukan strategi hamba pada komandan pasukan kerajaan hamba untuk memenangkan peperangan ini. Apakah hamba benar?" ujar Rowena.

"Ternyata kau adalah orang yang cepat tanggap," puji Helios.

"Jawabannya sederhana, aku tidak ingin Kerajaan Edelle memenangkan peperangan ini. Asalkan Yang Mulia tahu daerah Richella merupakan pusat perdagangan dan memiliki tempat pertambangan berlian. Siapapun yang mendapatkan tempat itu pasti akan sangat diuntungkan. Sedangkan aku adalah orang yang tidak ingin Edelle mengalami keuntungan."

"Lalu kenapa kau tidak memberikan strategimu kepada Terania?"

"Hal itu tidak akan menguntungkan diriku, Yang Mulia. Lagipula apakah ada orang yang mau menggunakan strategi yang dibuat oleh seorang perempuan? Bahkan hamba sendiri yakin saat Yang Mulia membaca semua kertas yang ada di tas hamba, Yang Mulia pasti tidak percaya kalau semua strategi itu dibuat oleh perempuan rendahan seperti hamba."

Seketika Helios tersentak mendengar perkataan Rowena. "Baiklah, aku sudah mengerti. Aku mempunyai satu penawaran untukmu."

"Apakah penawaran Yang Mulia akan menguntungkan hamba?" ucap Rowena sambil tersenyum.

"Tentu saja. Akan aku pastikan kau tidak akan merasa rugi sedikitpun."

"Jadi apa penawarannya?"

"Selama aku hidup aku selalu bermimpi ingin menyatukan semua kerajaan di dunia ini dibawah naungan Kerajaan Sunverro. Itu berarti aku harus menaklukan semua kerajaan yang ada di benua Utara sampai Selatan dan barat sampai timur. Oleh karena itu maukah kau menjadi ksatria yang akan membantuku menaklukan semua kerajaan-kerajaan itu?" kata Helios yang memandang Rowena dengan penuh harapan.