Sonia melangkah masuk ke pos namun dirinya terhenyak menyaksikan Eka dan Guntur memasukkan kapak dan parang di dalam tas Eka dan Guntur sama tertegunnya dengan dirinya. Semua mendadak menjadi canggung. untuk apa parang dan kapak itu. batin Sonia, terlebih Rizky bereriak "bunuh?"
"iyo, cah kui penyebabe. Koen kudu mateni cah wedok iku nang gatasurah!!" (iya anak itu penyabnya. Kamu harus membunuh perempuan itu di gatasurah (badan gunung)) Rizky dan si petugas memandang Sonia di muka pintu setelah Guntur memberi isyarat semua menjadi lebih canggung.
"Nia" kata Eka tersenyum. "ini ndak seperti yg kamu pikirkan, kita bawa ini buat jaga-jaga, banyak semak belukar dan binatang buas" "iya Nia" ucap Guntur tak kalah canggung, sementara Rizky dan si petugas sudah menghentikan percakapan mereka. Rizky mendekati Sonia.
ia menariknya membawa Sonia masuk ke dalam ruangan, "ini buat kamu" Rizky memberi sebilah belati yg lebih besar dari genggaman tangan Sonia, bilahnya tajam di lihat dari bagaimana saat Sonia menyentuhnya. Eka dan Guntur ikut melihat, bingung dengan sikap Rizky
"tidak ada yg tahu ada apa nanti di atas dan satu lagi, di gunung kamu bisa belajar satu hal, wujud manusia yg sebenar-benarnya bisa kamu lihat saat kita ada di atas, jaga diri baik-baik hanya itu pesanku buat kamu" ucap Rizky pergi.
Rizky mengumpulkan semua orang termasuk Maria, "kita bakal mendaki satu jam lagi, siapin semua yg perlu aja, medan di gunung ini jauh lebih berat dari medan gunung lain, selain itu ada.." Rizky menatap Eka dan Guntur yg seakan memberi gestur menggeleng kepala. Rizky terdiam
Rizky menatap Sonia tersenyum "sudah lupakan.." sebelum pendakian di mulai si petugas menyampaikan pesan apa saja yg boleh dan tidak bolah di lakukan. "digunung jangan tinggalkan sampah, jaga baik-baik amanat saya" ia menatap Sonia, seakan mau menyampaikan sesuatu namun urung.
Rombongan Rizky mulai naik termasuk Sonia dan Maria yg mengikuti di belakang. Sonia semakin merasa ada yg salah di sini, dari semua orang di dalam rombongan ini, hanya Maria yg membawa tas kecil sangat berbanding terbalik dengan Rizky, Eka dan Guntur, bahkan Sonia sendiri.
"Kapak, Parang dan belati" Sonia masih memikirkan itu. ia menatap Rizky dan kelompoknya seakan saling bertukar kode satu sama lain, namun ketika Sonia mengamati, Rizky masih bisa tersenyum memandangnya. Perjalanan di mulai pukul 3 sore. langit sudah memerah.
Tak ada satupun yg bicara karena tampaknya mereka sudah terbiasa dengan pendakian ini. Maria sendiri tampak begitu santai, ia tak merasa bahwa yg lain seperti sedang mengawasinya, namun Sonia merasakan perasaan kalut dan abu-abu saat memandang Rizky dan yg lain.
perasaan yg jelas-jelas berbeda dari saat pertama mereka berjumpa. Langit mulai menggelap. Rizky dan yg lain memutuskan berhenti sejenak, meneguk air sembari saling melihat satu sama lain. perasaan ganjil kian terasa karena tak ada satupun diantara mereka yg bicara. hening.
"seneng kamu bisa gabung lagi" ucap Rizky melempar sebotol air pada Maria, ia balas tersenyum lalu meneguk air itu, "iya. Setelah semua peristiwa itu rasanya kaget aku masih di ijinkan gabung di sini" "iya." sahut Rizky, "ada yg harus kita selesaikan di pendakian ini"
meski mereka saling berbicara satu sama lain, namun Maria merasakan bila mereka saling melempar kalimat sindiran, ada apa dengan mereka dan peristiwa sebelumnya. ada apa dengan gunung ini. Sonia mendengar suara itu lagi, masih memanggil dirinya.
Guntur menyalakan rokok bersama Eka, meski perempuan ia tak sungkan menyesap batang nikotin lalu menjauh dari tatapan Rizky dan Maria sengit. Sonia tak merasakan kehangatan di kelompok ini. pasti terjadi sesuatu di antara mereka. Sonia memutuskan ikut pergi.
cukup lama waktu untuk Sonia sendiri, sebelum Eka datang menjemputnya, mengatakan Rizky dan yg lain siap lanjut, Sonia melewati Eka namun Eka menarik lengan Sonia, "kamu di depan aja, setelah ini akan semakin sulit jalurnya, biar aku yg di belakang" Sonia mengangguk.
jalanan semakin gelap, Guntur ada di samping Sonia memandunya sementara Rizky memimpin jalan, "aneh" pikir Sonia, malam seperti ini tak seharusnya mereka memaksa lanjut tapi di kelompok ini seakan tak perduli dengan itu, "pos 1 ada di depan" teriak Rizky memberi gestur,
Guntur mengangguk, ia mengerti, Guntur meminta Sonia lanjut ke tempat Rizky menunggu sementara Guntur diam menurunkan tasnya, Maria di belakang sementara Eka adalah orang terakhir, mereka bergerak bersama dalam kesunyian hutan yg kian lama kian mencekam.
Rizky menunjuk sebuah rumah gubuk mengatakan itu adalah pos pertama menginap, Sonia mengamati rumah itu tampak berantakan tak hanya itu sedari tadi ada perasaan tidak enak di dalam dirinya, ia melihat Maria mulai menyusul sementara di belakang Gunur dan Eka mengikuti.
sampailah Maria, mata Sonia bertemu dengannya ada wajah puas saat ia melihat gubuk tua itu. "akhirnya sampai juga" kata Maria, ia mendekati Sonia dan Rizky namun sesaat sebelum ia sampai, sebilah kapak menancap tepat di batok kepalanya. Maria melotot sebelum jatuh tersungkur.
Sonia diam, ia termangu mematung bingung dengan apa yg terjadi Guntur menendang kepala Maria, mencabut kapak itu sebelum Rizky mendekati mereka, menghujani tubuh Maria dengan bilah belati di perutnya berkali-kali, semua di akhiri ketika Eka menghantam kepala Maria dengan batu
"Bangsat!! Mati kau!! ini untuk teman-teman kami yg sudah kau habisi sialan!!" teriak Eka. ia terus menerus mengambil Batu besar itu menghantamnya lagi dan lagi sembari terus mencaci maki Maria yg sudah tak bergerak, semua selesai saat Rizky menghentikannya.
"cukup! ayok pergi, masih ada yg harus kita lakukan!" teriak Rizky pada yg lain, semua menatap Sonia yg terkejut gemetar, pikiran Sonia kalut karena Rizky menatapnya bersama Eka dan Guntur, tatapan mata mereka begitu sengit. Sonia bergerak mundur lalu meraih pisau di pinggangnya
"denger, kamu gak perlu angkat itu, kita kudu pergi Mir dari sini" teriak Rizky, "pergi matamu!! kalian baru bunuh manusia!!" teriak Sonia masih menghunus pisau, "maksudmu si bangsat ini" Guntur ikut berteriak menunjuk Maria, "dia ini iblis sialan!!"
Rizky mencoba menenangkan Sonia ia meminta semua temannya diam sebelum mengatakannya, "denger Mir, sekarang aku tanya, kamu mau ikut apa gak? bilang saja" "ikut kemana? ngapain aku harus ikut?" "karena dia akan hidup lagi" ucap Rizky, Sonia.. terhenyak diam. "Hidup. lagi?"
"benar" kata Eka, "aku sudah pernah gilas badannya pake mobil 3 kali Mir, dan dia hidup lagi. bangsat nih anak!!" "aku pernah bakar rumahnya dan lihat sendiri dia terbakar habis di depan mataku tapi dia masih hidup" teriak Guntur, "sampe kami tahu dia mempelajari Kolojiwo!!"
"kami mencari tahu sampai bertemu banyak sekali orang yg tak pernah tahu ini, hingga aku bertemu seseorang, ia mengaku tahu cara menangkal Kolojiwo dengan membunuh 7 kali si pemilik ilmu ini, dan ini adalah kematian ke 6 dirinya" Rizky menatap Maria sebelum membakarnya.
kobaran api masih menyala, Rizky menarik tangan Sonia meninggalkan Maria seorang diri, ia mati. benar-benar mati. menyusuri jalanan yg kian menanjak, Sonia berlari bersama yg lain namun ada perasaa kosong di dalam dirinya. benarkah Maria masih bisa hidup lagi.
sepanjang jalanan tanah yg lembab Sonia dan yg lain terus berjalan menyibak dedaunan dan semak belukar. Hutan ini benar-benar menunjukkan siapa dirinya. tak ada satupun sinar yg bisa menerangi bahkan senter di tangan Rizky pun tak mampu mengusir kengerian dari segala penjuru.
"Ka, di mana?" tanya Rizky, Eka berhenti sejenak ia tengah berpikir dengan nafas terengah-engah, sementara Guntur sesekali memperhatikan apa yg ada di belakang seakan-akan ada seseorang yg akan mengejarnya. Sonia ikut memperhatikan namun tak ada siapapun di sana. hening.
hutan ini lebih sunyi dari yg pernah Sonia bayangkan, ia tak lagi mendengar jerit dari suara yg memanggilnya seakan suara itu lenyap seiring dengan kematian Maria. Guntur masih berjaga, sementara Rizky dan Eka saling menukar kompas. masih hening, sebelum. suara itu kembali.
panik. itu lah hal pertama yg Sonia rasakan, suara ini tak hanya memanggilnya namun juga berkelakar bahwa Sonia harus pergi. wajah panik Sonia mendapat perhatian Rizky yg kemudian mendekatinya, namun mata Sonia menangkap sosok nan jauh dari balik semak belukar, Maria di sana.
semua orang menatap kemana Sonia melihat, dan wajah panik seketika muncul. Eka dan Guntur mundur mendekati tempat Rizky dan Sonia. tapi ada yg aneh dari Maria, ia mengenakan pakaian yg berbeda, dan caranya berjalan terseok-seok dengan leher patah. "itu Maria yg ku tabrak!" Eka
ini adalah kali pertama Sonia melihat hal seperti ini. Guntur menghunus kapaknya namun Rizky menghentikannya, "jangan. kata orang itu belum waktunya, tunggu sampai tempat itu terbuka" "tempat itu terbuka" ulang Sonia namun tak ada satupun yg mau memberitahu apa maksudnya.
Maria terus mendekat, lehernya yg patah serta dua kakinya yg bengkok membuat Sonia dan yg lain mematung sebelum bedannya tertekuk ke belakang, ia tampak kewalahan dengan kondisi tulangnya yg hancur namun satu yg Sonia tahu, ia tiba-tiba berteriak keras sebelum menunjuk Eka.
Eka menutup telinganya rapat-rapat, merintih menahan sakit, godaan untuk mendengar teriakan itu terus memaksa membuat Eka secara tidak sadar mulai seperti kehilangan akal, Eka dengan suka rela memelintir pergelangan tangannya sampai terdengar suara tulang berkemelatak.
melihat gelagat sial itu, Guntur melemparkan kapaknya tepat di perut Maria sebelum menarik Eka, Rizky dan Sonia kemudian mengikuti mereka berpacu menembus apapun yg ada di depannya meninggalkan Maria yg kembali bangkit meski di perutnya tertancap kapak milik Guntur.
nafas Sonia berpacu semakin cepat mengejar yg lain, Rizky terus berteriak agar Sonia tak kehilangan arah, namun Sonia tak pernah sekalipun menginjak gunung, medannya yg sulit benar-benar tak mampu menyamai mereka semua. Sonia berhenti, membiarkan Rizky dan yg lain pergi.