"Bisa-bisanya ya Mas. Kamu perhatikan hal lain, Mas! Sedangkan Kiara sedang terbaring di sana!" seruku pada Mas Denis.
"Aku cuma bilang dia cantik, apa masalahnya Dinda!" seru Mas Denis balik membentakku.
"Kamu emang kelewatan, Mas. Aku masih bisa sabar kalau kamu, perlakukan aku semena-mena. Tapi kalau sikap kamu kaya gitu sama Kiara, aku nggak terima. Mas!"
"Kamu lebay banget ya sekarang. Apa-apa selalu dipermasalahkan, Dinda, ini rumah sakit dan bukan arena tinju. Jadi, kamu jangan coba-coba bikin aku emosi," kata Mas Denis.
Rasanya aku ingin belajar bela diri supaya bisa menonjok mulut Mas Denis yang seenaknya saja kalau bicara. Lama-lama aku juga muak diperlakukan seenaknya sama Mas Denis. Aku duduk di sofa karena hati mulai panas, sedangkan Mas Denis langsung rebahan di kasur yang ada di samping ranjang Kiara.