"Pak, maaf sekali menggangu," ucapku.
"Ada apa Dinda?" tanya Pak Anton.
"Saya tidak enak sama Pak Yusuf, kenapa mejanya di pisah?" tanyaku.
"Oh, Pak Yusuf orangnya pemalu. Dia sudah terbiasa sendiri seperti itu, kalau tidak percaya ya tanyakan saja sendiri," jawab Pak Anton.
"Iya, tapi kesannya kaya gimana gitu Pak," kataku tidak enak hati.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak mikir, Dinda. Nikmati saja yang ada," kata Pak Anton.
Senyum lebar terpaksa ku sunggingkan di bibir ini, entah kenapa Pak Anton bisa sesantai itu menghadapi keadaan. Padahal kemarin dirinya sedang berantem dengan kekasihnya, Erika. Makanan yang kami pesan sudah datang, ketika sedang menikmati makanan, Kiara tiba-tiba bangun dan menangis.
Aku sigap menggendongnya, meski tangan belepotan karena sudah kotor. Kiara terus menyelusup ke bagian ketek, rupanya anak itu ingin menyusu. Aku bingung karena tidak punya termos untuk menyeduh susu.