Setelah tragedi kebakaran di kantor, Anton sekarang jadi aneh. Makin lama tingkahnya makin tak jelas saja. Apalagi setelah ibunya itu terlihat menyukaiku, Anton semakin berani dan terang-terangan mendekatiku.
Aku kadang sedikit kesal dengan ulahnya, tapi jika aku melawannya aku takut dia akan memecatku. Padahal aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Seperti hari ini contohnya, dia terang-terangan menyuruhku untuk menemaninya makan siang di depan teman-teman kantorku.
"Dinda, apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"
"Belum selesai Pak, maaf. Ada apa memangnya Pak?"
"Aku ingin memintamu untuk menemaniku makan siang."
"Apa? Makan siang?"
"Ya, makan siang. Siang nanti akan ada investor yang mengundang perusahaan kita untuk makan siang. Aku ingin kau menemaniku."
"Tapi, saya kan hanya pegawai biasa Pak. Kenapa bukan sekertaris anda saja yang menemani anda? Bukankah biasanya itu sekertaris yang hadir dan menemani bos jika ada makan siang penting?"