Chereads / K I R A N A / Chapter 12 - Peringatan

Chapter 12 - Peringatan

"Nggak, Pak. Hidungku meler," jawab Aini sambil mengelap ingusnya yang keluar masuk. "Permisi, mau buat kopi dulu," sambungnya. Lalu Aini gegas meninggalkan ruangan Jacob.

Sesampai di dapur, Aini masuk ke kamar mandi khusus karyawan. Kemudian, dia menangis sejadi-jadinya. Iya, memang tak biasanya Aini begitu. Setelah dirasa puas melepaskan dongkol dalam dada, dia mengambil cangkir kesayangan Jacob, lalu menyeduh kopi.

Setelah selesai, Aini pun kembali ke ruangan Jacob. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika ada bayangan berkelebat di di depannya.

"Ternyata iblis zaman now nekat-nekat, ya. Udah siang begini masih kelayapan ngekorin orang. Gatal amat," celetuk Aini, kemudian dia melanjutkan langkah menuju ruangan sang pujaan hati.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ucap Jacob dengan suara baritonnya, sementara matanya fokus pada layar laptop.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Jacob pada si iblis berwujud kekasihnya.

"Kamu milikku! Tak ada yang boleh menggantikan posisiku. Jika ada yang berani mendekatimu, maka dia harus mati!" ancam si iblis.

"Iya ...."

Aini langsung membekap mulut Jacob. Lalu berkata, "Kamu jangan pernah berjanji dengannya. Percayalah padaku, nanti kamu akan menyesal."

"Apa-apaan, sih!" bentak Jacob setelah dia berhasil menyingkirkan tangan Aini.

Iblis berwujud Kirana pun tertawa. Aini segera bertindak agar suara makhluk itu tidak membuat kekacauan lebih, di pagi menjelang siang ini.

Bibir tipisnya mulai merapal mantra, sedangkan Jacob hanya diam memerhatikan. Tak lama, iblis itu menghilang.

"Maaf, tadi dan sekarang, aku berbuat lancang. Tapi ingat kata-kataku, Pak. Agar kelak dirimu tak menyesali," ujar Aini, kemudian dia berlalu dari ruangan Jacob.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Jacob pada si iblis berwujud kekasihnya.

"Kamu milikku! Tak ada yang boleh menggantikan posisiku. Jika ada yang berani mendekatimu, maka dia harus mati!" ancam si iblis.

"Iya ...."

Aini langsung membekap mulut Jacob. Lalu berkata, "Kamu jangan pernah berjanji dengannya. Percayalah padaku, nanti kamu akan menyesal."

"Apa-apaan, sih!" bentak Jacob setelah dia berhasil menyingkirkan tangan Aini.

Iblis berwujud Kirana pun tertawa. Aini segera bertindak agar suara makhluk itu tidak membuat kekacauan lebih, di pagi menjelang siang ini.

Bibir tipisnya mulai merapal mantra, sedangkan Jacob hanya diam memerhatikan. Tak lama, iblis itu menghilang.

"Maaf, tadi dan sekarang, aku berbuat lancang. Tapi ingat kata-kataku, Pak. Agar kelak dirimu tak menyesali," ujar Aini, kemudian dia berlalu dari ruangan Jacob.

Jacob kembali ke mejanya, lalu duduk terhenyak sembari menghempaskan napas kasar, seperti melepaskan sesak di dada. Dia heran kenapa tiba-tiba Kirana muncul dan ingin melukai karyawan barunya. Apakah kekasihnya itu benar-benar cemburu terhadap Aini.

"Ada apa, Pak?" tanya Angga tiba-tiba sudah berada di ruangan Jacob.

"Nggak ada apa-apa, kamu balik kerja sana. Jangan lupa atur jadwal meeting dengan klien dari Badung, besok siang," titah Jacob.

"Asiaaap, Pak," jawab Angga mencoba mengajak Jacob berseloroh.

Lelaki berhidung mancung itu mendelik. Angga pun cengengesan dan segera pergi melakukan tugasnya.

Jam makan siang tiba, semua karyawan berhamburan keluar. Mencari kantin terdekat, ada juga yang membawa bekal dari rumah. Aini yang telat bangun tak sempat membawa bekal dan dompet. Untung saja ada uang sisa belanjanya kemarin terselip di saku tas. Jadi dia bisa membayar ongkos angkot tadi pagi. Sekarang Aini mulai kelaparan dan bingung memikirkan ongkos untuk pulang.

Cacing-cacing mulai berdemontrasi. Gadis cantik nan mungil itu mencoba mengganjal lambungnya dengan segelas teh panas, tetapi tiba-tiba dia merasakan sakit dan langsung memegang perutnya.

"Duh, mana lupa sarapan juga, maagku jadi kambuh. Apa aku telepon ayah aja, ya? Ah, nggak usah, entar ribut pula di sini," gumam Aini sambil terus menekan-nekan perutnya.

"Hei, Nona. Kamu tidak makan? Ngapain ngumpet di kolong meja?" Tiba-tiba Jacob sudah berdiri di pintu dapur kantor.

"A-anu, aku lagi ngadem," jawab Aini berbohong.

"Kamu pasti nggak bawa bekal, ya?" tebak Jacob.

"Hehehe ... Bapak tau aja." Aini cengengesan saat keluar dari kolong meja.

Namun, hitungan detik kemudian, gadis itu jatuh ke lantai. Dia tak sadarkan diri. Jacob yang menyaksikan itu, langsung berlari menghampiri Aini. Dia mengangkat kepala sang gadis, lalu meletakkan di pahanya.

"Nona ... Nona Aini," panggil Jacob sembari menepuk-nepuk pelan pipi Aini. Akan tetapi, Aini tak juga membuka mata.

Jacob menggendong Aini, dengan tubuh kekarnya. Gadis yang hanya berbobot 49 kilo gram, masalah geleng buat dia. Lalu, membawa gadis itu ke ruangannya.

Angga yang melihat si bos tergesa-gesa, apalagi melihat ada seseorang di pangkuan Jacob, dia pun menyusul.

Setelah meletakkan Aini di kursi panjang, Jacob yang menyadari ada Angga di belakang, dia segera menyuruh sekretarisnya itu untuk membeli makanan.

"Nona, sadarlah. Heran, di hari pertama kerja, kamu sudah sangat merepotkan. Kalau bukan anak Mbah Suki, aku nggak akan menerima karyawan yang tidak kompeten sepertimu." Jacob terus mengoceh.

Sementara gadis yang tergeletak di kursi, dia membuka mata kemudian kembali menutupnya. Ah, walau memang tampak pucat, ternyata Aini hanya berpura-pura pinsan agar mendapatkan perhatian sang pujaan hati. Dan tentunya dapat makan siang gratis.

Lagi-lagi kehadiran si pengacau membuat Aini harus merapal mantra. Peluhnya bercucuran ketika aura negativ semakin mendekat. Bau busuk pun mulai tercium.

"No ... no, jangan sekarang, please. Dia sedang tak berdaya." Jacob menelisik ke segala sisi. Dia paham sekali akan kehadiran iblis yang selalu dikira Kirana itu.

Dan, pada akhirnya Aini terpaksa keluar dari ektingnya, lalu menautkan jempol dengan jari tengah.

Buuug!

Ada sesuatu terdengar, seperti terhempas ke dinding. Susanti dan Maria yang dari tadi mengintip di balik pintu, nyaris saja mereka berteriak, tetapi langsung membekap mulut masing-masing. Perlahan Susanti si perawan tua dan Maria yang sedang bunting itu, serempak memutar badan. Akan tetapi, tak ada apa-apa di belakang. Mereka kemudian saling menantap, lalu mengusap tengkuk karena bulu-bulu yang tumbuh di sana berdiri.

"Kenapa kantor kita jadi horor begini?" bisik Maya. Susanti menggeleng, kemudian menarik tangan sahabatnya itu menjauhi ruangan si bos.

"Dasar manusia aneh!" bentak iblis betina. Lalu, ia menghilang, meninggalkan setetes cairan kental berwarna kuning keputihan.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Jacob. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ditanyakan. Karena sudah jelas lelaki tampan itu melihat di sudut bibir sang gadis, ada darah segar yang meleleh.

Aini hanya diam, tetapi air matanyanya berlinangan. Sesaat kemudian, dia tumbang. Kali ini Aini memang benar-benar pinsan. Tenaganya cukup terkuras, apalagi belum juga mendapat makan siang.

Bersambung ....