Chereads / Mago / Chapter 5 - 5

Chapter 5 - 5

Hari ini sangat cerah secerah hati Kristina yang baru saja pulih dari luka dalamnya bahkan ia di temani oleh beberapa pengawal saat berjalan-jalan dipinggir danau ketika melihat Marda menyapa dari kejauhan itu tak membuat Kristina berbalik arah lalu menatap Goerge dengan nyalang, mendadak suasana hati si gadis berubah menjadi kesal karena sosok yang ada di hadapannya. Si pria yang dikenal tak berbelas kasih itu tersenyum asimetris akan tetapi itu tidak membuat Kristina berpikir untuk membalas senyumannya tersebut, hanya saja agak sedikit ada rasa cemas yang hinggap di dalam relungnya .. tetapi itu bisa hanya sesaat karena Kristina terlalu menghadapi orang seperti Goerge.

Jika apa yang ia lihat itu nyata adanya lalu bagaimana cara ia membeda bahwa itu hanya illusi semata? jika saja ia bisa memiliki kekuatan apa yang dinamakan illusionis seperti Toska katakan padanya beberapa waktu lalu, ia memang tak begitu mudah percaya tetapi pada saat Kristina melihatnya sendiri di hadapan matanya gadis itu baru bisa memercayainya, "tanganmu," pinta Toska yang membuat Kristina tak paham dengan maksud perkataannya itu. Namun ia tetap mengulurkan tangannya walau agak aneh melihatnya tapi tetap saja tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, "hanya mau memberikan ini." Toska meletakan sebuah gulungan yang semakin membuat kening Kristina berkerut heran.

"Apa ini?"

"Itu bunga, apalagi?"

"Maksudku— ah, sudahlah, terima kasih." Kristina tersenyum tipis dan mengelos dari hadapan Toska jalannya agak bergirigi dan banyak sekali bebatuan yang mengganggu jalannya si gadis, Kristina menghela saat hendak terjatuh namun lengannya ditahan oleh Toska di belakangnya. "ku kira kamu sudah pergi," Toska hanya terkekeh namun tidak menjawab apa pun.

"Kamu mengharapkan aku pergi?" Kristina menghentikan langkahnya lalu menoleh cepat menatap wajah Toska, pandangan kedua saling menumbuk, perasaan yang sama. Jantung yang berdetak tak normal membuat Kristina mengalihkan perhatiannya, ketika ia diserang begitu saja menggunakan tangan kosong membuat si gadis agak berkedut heran ... pasalnya kelompok yang menyerang itu sama dengan yang kemarin. "kalian lagi," keluh Toska agak bosan. Mereka saling menyerang menggunakan kekuatan sihir itu agak membuat Kristina kesulitan dalam menghadapinya tak sedikit yang mulai berdatang lalu mengepungnya.

"Apa yang orang luar sepertimu lakukan? Lemah!" ejek salah satu dari mereka dan sontak saja manik mata Kristina berubah menjadi kebiruan, menandakan bahwa si gadis sudah marah. Jujur saja Toska terkejut dengan perubahan ini begitu cepatnya Kristina menyerang balasan hingga Toska tak bisa memfokuskan dirinya. Gerakan Kristina benar-benar di luar dugaan Toska bahkan gadis di hadapannya begitu mudahnya mengalahkan sang lawan, Kristina menatap bengis para penyamun itu lalu menekan kepala mereka.

"Aku benci diremehkan oleh sampah seperti kalian!" tindasnya yang terus menekan kepala pemimpin penyamun itu, "siapa yang menyuruh kalian itu tidak penting. Yang terpenting kalian menyingkir dari jalanku!" tendangnya lalu berjalan begitu saja Toska terpukau melihat kejadian itu, ia menatap tak percaya dengan matanya seolah menolak percaya. "heran sekali ada saja yang membuatku kesal!" gerutu Kristina yang memandang sekeliling dengan tangan terpaut dibelakang tubuhnya. Toska menghentikan langkahnya membuat sang gadis dengan refleks ikut berhenti, Toska menatap lurus jalannya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kamu tampak kesal? Ada apa?"

"Kamu bertanya seakan tidak mengetahui apa pun."

"Memang," Toska menarik tangan sang gadis lalu menunggangi kuda dan berjalan mengelilingi desa. Kristina sangat menikmati pemandang yang ada di hadapannya dan tak banyak mengeluarkan kata lagipula mereka terlihat serasi hingga ada pada satu pemberhentian yang membuat mereka diterka sebagai pasangan suami istri, Kristina menunjukan wajah salah tingkah namun Toska bereaksi biasa saja. "lagipula kenapa mengatakan hal bodoh seperti itu?" Kristina mengerling malas kemudian tak mendengar segala ocehan dari Toska. Marda mengusap pelan pelipisnya yang kini mulai terasa sakit, pekerjaan banyak sekali yang harus ia urus kenaikan pajak juga terus membuat rakyat Mago resah. Para pemeras itu benar-benar tidak bisa di diamkan begitu saja, Marda langsung bergegas pergi dari kediamannya dan bergegas ke pasar ... tak heran juga banyak yang menginginkan kerajaan Mago.

"Memangnya perkataan bodoh yang mana?" helaan berat dari Kristina membuat Toska yang ada di dekatnya merasa gemas akan tingkah gadis ini. Toska juga tak mengerti mengapa ucapannya tak berarti seperti ini, pemuda juga jadi merasa seperti orang bodoh tak tau mengapa.

"Ya sudah terserah kamu saja." pasrah Toska yang terlihat begitu malas mendebat perempuan di hadapannya. Kristina menatap lurus manik lelaki di depannya dengan pandangan teduh, keduanya saling memandang lalu Toska kembali mengulas senyumnya singkat dan mengendarai kudanya dengan kecepatan penuh. Marda menatap wajah rakyat satu persatu kemudian memberi salam hormat pada seluruh rakyat Mago, Marda benar-benar terlihat berbeda saat mengenakan pakaian biasa.

"My Lady!" Marda tersenyum saat salah satu warga memanggilnya dengan rasa hormat. Perempuan yang kini berjalan dan menuntun kudanya itu hanya menatap sekeliling sembari senyum ramah, tak semuanya menyadari kehadirannya namun beberapa di antara mereka membalas sapaan perempuan anggun itu. Marda berhenti di salah satu kedai yang menjual berbagai aksesoris rambut dan perhiasan sang Ratu bahkan membeli beberapa dari perhiasan tersebut, Marda memang tidak terlalu senang memakai perhiasan namun ia sangsi dengan mengoleksinya bisa membantu perekonomian mereka yang kurang mampu. Sang Ratu memang berniat untuk melengkapi persenjataan kerajaan dengan menciptakan Armoboth baru buat para prajurit, Marda berencana memanggil seorang pandai besi yang bisa membuat barang persenjataan.

"Sebuah kehormatan My Lady datang ke kedai kami," Marda mengangguk lalu menatap ke arah langit yang kini berubah jadi mendung. Kristina merasa sangat tertimpa kesialan karena terjebak hujan dengan Toska, laki-laki yang tak terlalu dekat dengannya: bahkan gadis ini sama sekali tidak terlihat keberatan ketika terjebak bersamanya, ada ke khawatiran di dalam benaknya yang membuat Kristina memikirkan Marda. Kristina memandang hujan yang semakin deras, si gadis kini berteduh di bawah sebuah gubuk bersama Toska bahkan ia sempat kepikiran oleh kedua orang tuanya ... apakah di sana turun hujan atau hanya di negeri Walpurgis saja yang turun hujan. Sesungguhnya Toska agak penasaran dengan keluarga Kristina mengapa Ratu memintanya dinobatkan sebagai Putri Mahkota.

"Apakah kita perlu mencari Yang Mulia Putri?" Marda menoleh ke arah jendral lalu menggeleng namun tetap menunjukan wajah diamnya.

"Tidak perlu, biarkan saja." Marda melengos pergi lalu meletakan payung yang sudah ia gunakan di halaman kedai tersebut begitu saja, "sudah jangan kamu pikirkan mereka masih muda." tukas sang Ratu yang melengang pergi, jendral mereka hanya takut terjadi hal yang tidak di inginkan bagaimana jika Kristina membawa pengaruh buruk terhadap rakyat Mago.