"Ini aku, aku Felly," ujar gadis yang tampak lebih dewasa itu. Frans diam, ingatannya tak bisa lagi mengingat wajah itu.
"Kamu?"
"Lima belas tahun yang lalu, kamu ninggalin aku secara tiba-tiba," jelasnya.
"Frans, kamu sebenarnya siapa?" tanya Dita.
"Frans? Dia Valdo, Revaldo Ananta Dewa. Aku pacarnya, sampai hari ini," klaim wanita itu.
"Aku bahkan ngga kenal kamu," ujar Frans.
"Aku nungguin kamu sejak pagi karena tahu kamu bakalan datang," ujarnya yakin. "Karena paranormal aku bilang begitu," lanjutnya.
"Paranormal, ini ada apa sih sebenarnya?" tanya Dira heran.
Felly adalah klien dari detektif Arnold & Peto perihal pacarnya yang menghilang tanpa kabar di danau Santofe. Lima belas tahun yang lalu saat umurnya masih tujuh belas. Umur Felly sekarang sudah tiga puluh dua, umur yang harusnya sudah berkeluarga namun dirinya tetap sendiri karena menunggu Valdo.
Paranormalnya berkata kalau Felly harus menunggu di danau Santofe hari kamis sejak matahari terbit untuk bertemu kekasihnya.
"Kamu Valdo, pacar aku. Di umurku yang sudah kepala tiga, aku nolak semua lamaran laki-laki karena nunggu kamu. Aku percaya kami belum meninggal," ujar Felly. Bukannya makin jelas, Frans malah semakin mengernyitkan alis sementara Felly sedang mengaduk isi tas cangklong kecilnya.
"Ini, ini foto aku sama kamu," ujar Felly sembari menunjukkan selembar foto Valdo dan dirinya berdua mengenakan seragam putih abu-abu.
Frans dan Dita melongo, foto itu benar-benar mirip Frans.
"Dia mirip banget sama kamu, Frans."
Jemari Dita menunjuk foto itu dengan penuh tanda tanya di benaknya.
"Maaf, aku tidak mengenalmu. Aku ada misi lain di dunia ini," tegas Frans.
"Frans, kasih dia kesempatan," ujar Dita.
Suasana danau sejak berita penemuan tulang itu semakin ramai. Danau Santofe bukan lagi tempat yang tenang. Banyak orang menjadikan danau sebagai latar belakang foto.
"Sudah kubilang. Aku tidak mengenalnya," tegas Frans sekali lagi.
"Frans, misi kita masih banyak. Tian butuh energimu," desak Dita. Tanpa menoleh, Frans melewati Felly begitu saja sedangkan Dita memberi sedikit harapan untuk Felly.
"Namamu siapa? Boleh aku minta kontak?" tanya Dita.
"Boleh, aku Felicia. Ini kartu namaku," Felly memberikan kartu nama pada Dita. Ia segera memasukkan kartu itu ke kantong celana. Wanita itu bernasib sama seperti dirinya. Sama-sama kehilangan kekasih di Danau Santofe. Itulah sebabnya ia ingin cari tahu lebih dalam soal Felly.
Tibalah mereka di kamar Tian, mereka berdua dengan mudah bisa teleportasi. Dugaan Dita tepat, wajah Tian pucat seperti vampir kekurangan darah.
"Energinya habis," ujar Frans.
"Tian," Dita menatapnya nanar sambil menggumamkan nama Tian. Ia tidak menyangka bisa sampai seperti ini keadaannya.
Frans bergegas memegang dahi Tian kemudian berkonsentrasi untuk menyalurkan tenaga. Beberapa saat kemudian, tubuh Tian tak lagi pucat pasi. Seolah ada energi yang membuatnya lahir kembali.
Tok! Tok! Tok!
Mereka kaget mendengar suara ketukan pintu bertepatan dengan berakhirnya penyaluran tenaga.
"Ayo kita pergi!" ajak Frans. Dita mengangguk, merekapun menghilang dari kamar itu. Tian seketika tersadar setelah energinya bertambah, ia bangkit kemudian membukakan pintu.
"Mama," sapa Tian.
"Kok di kamar terus dari semalam? Udah waktunya makan siang," ajak Mama Tian.
"Loh udah siang?" tanya Tian heran.
"Astaga kamu ini, ayo makan," ajak mama. Tian mengikuti ibunya dari belakang. Dia sama sekali tidak ingat kalau sejak semalam ia tidak sadar. Tian kehabisan tenaga, dia menjadi makhluk setengah manusia.
****
"Penasaran sama Felly, deh."
Dita mulai pembicaraan saat dirinya dan Frans sudah sampai di kosannya. Kali ini Frans berwujud manusia agar tidak mengagetkan. Mereka ada di teras kos. Mana boleh cowok masuk ke kamar?
"Felly yang tadi itu?"
"Frans, kok bisa sih pacarnya mirip banget sama lo?"
"Mungkin kebetulan atau entah gimana," ujar Frans.
Mereka masih menerka-nerka tentang yang terjadi di dunia ini sebenarnya karena kerajaan di dalam air mengacaukan tatanan dunia.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" keluh Dita.
"Dit! Dita!" seru Virsha dari depan pagar. Dita terkejut kemudian berdiri. Virsha tampak girang saat melihat Dita dalam keadaan hidup. Dia membuka pagar dengan kasar lalu berjalan cepat, ia menghambur ke pelukan Dita.
"Kalem, Vir. Kalem," ujar Dita.
"Ngga bisa kalem, gue seneng banget lo hidup," balas Virsha.
"Maksud lo apa?" tanya Dita sembari melepas pelukan Virsha.
"Sumpah panjang banget ini ceritanya," tukas Virsha. "Lo keburu nggak sih? Gue mau cerita banyak banget soal ini," lanjutnya. Dita mengangguk, mereka.duduk bertiga lalu menceritakan apa yang terjadi selama Dita di Aquarez.
Virsha bercerita setiap detil kejadian mulai dari berita penemuan tulang belulang sampak bergabungnya ia bersama detektif Arnold & Peto.
"Kemarin itu ada cewek namanya Felly yang ngaku jadi pacar Frans," kata Dita.
"Felly, Felicia?" tanya Virsha.
"Iya, tadi pagi saat kita baru aja sampai di Danau Santofe," jawab Dita.
"Padahal aku tidak pernah mengenalnya," Frans menambahkan.
"Siapa kamu di kehidupan sebelumnya?" tukas Dita curiga karena hingga detik ini ia hanya mengenal Frans sebagai pangeran.
"Aku hanya ingat saat kecil ada pesta mewah penobatan diriku sebagai pangeran di Aquarez.
"Mungkin pada kehidupan sebelum kamu, ada cerita berbeda. Bisa jadi kamu adalah manusia sebelum jadi pangeran," ungkap Virsha.
"Nah, siapa tahu juga plot twist ternyata kamu juga korban penculikan ibumu," ujar Dita dengan ekspresi kaget.
"Ibuku tidak pernah bilang begitu tapi siapa tahu dia merahasiakan semua ini," kata Frans.
Mereka masih terdiam dalam sejuta tanda tanya sampai suara telepon Virsha memecah keheningan. Dari Peto.
"Halo," sapa Virsha.
"Virsha, mungkin lo bisa nenangin klien kita. Ada cewek mau b*n*h diri," ujar Peto.
"Eh, di mana?" tanya Virsha ikut panik.
"Rumah cat pink ungu di depan cafe 127 club," jawab Peto.
"Oke," Virsha menutup telepon.
"Ada apaan, Vir?" tanya Dita.
"Ada cewek mau bundir, detektif Arnold & Peto minta bantuan gue untuk nenangin dia," ujar Virsha.
"Ikutan yuk," ajak Dita.
"Iya, lagian misi kita di dunia manusia udah selesai," ujar Frans.
"Ya ampun, Dita kapan balik ke sini? Gue kangen banget," ungkap Virsha.
"Kalau Tian sudah kembali menjadi manusia," ujar Dita.
"Kok masih di sini? Katanya mau berangkat ke rumah klien," tukas Frans.
"Gue pesan taksi online," ujar Virsha. Mereka masih menunggu beberapa saat sampai taksi datang.
Sesampainya di rumah klien mereka melihat rumah itu terbuka lebar, ada suara tangisan pilu. Didorong rasa penasaran, mereka bertiga masuk ke rumah itu mengikuti suara tangis yang ternyata dari kamar.
Terlihat Felly menangis sambil memegangi tangan kirinya yang bersimbah darah.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Bersambung
Jangan lupa tengok IG aku di @nadyameisitha90, feel free to DM