Chereads / Queendom in The Water / Chapter 17 - PQ - 17

Chapter 17 - PQ - 17

Luna sedang mengedit video di pantai ditemani es kopi susu dan martabak manis. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Si cantik itu adalah makhluk nokturnal, ia suka tidur dini hari setelah garapan videonya selesai. Ia mengedit perjalanan saat dirinya dan Tian berdua ke pantai sambil senyum-senyum sendiri. Menurutnya Tian ganteng. Kapan lagi bisa satu frame bareng orang secakep itu?

Video blog itu berisi tentang pertemuan dengan teman baru lalu berwisata dadakan ke pantai. Muka Tian jelas terekam juga wajah Luna yang jadi tokoh utama dalam video itu. Namun yang jadi keanehan adalah video Tian dan "seseorang" di tengah laut. Dari jauh wajah mereka terlihat berhadapan. Luna berharap video itu viral agar semakin banyak pelanggan channelnya, Laluna Cantika.

"Itu makhluk apa, ya?" tukasnya penasaran, ia menyeruput sedikit es kopi susu untuk menyegarkan kerongkongannya.

"Siren?" gumamnya. Masih belum yakin, tangannya berpindah ke kolom mesin pencari.

"Siren adalah makhluk mitologi setengah ikan..." Luna bergumam. "Ah, semua ini penuh misteri," keluhnya. Apapun yang terjadi ia harus menaikkan video itu ke akunnya.

"Selesai!" teriak Luna.

Di saat yang sama video Luna muncul di beranda saat Dita mencoba mencari tentang multi universe yaitu dimensi berbeda dalam semesta ini. Judul video Luna cukup menarik perhatian.

*Viral! Pertemuan seorang laki-laki dengan Siren!*

Dita mengernyitkan dahi, ia mengklik judul video itu karena penasaran.

"Tian?" katanya saat melihat wajah Tian di dalam video. Begitu mudahnya Tian bersama gadis lain. Semudah itu dia lupa akan semua kenangan yang pernah dijalani bersama Dita. Seenaknya dia bersama cewek lain di dalam video.

"Tian ngapain?" tanyanya pada diri sendiri sembari menatap layar laptop. Tanpa jawab, sepi, sunyi. Dita sendiri di kamar kost. Belakangan ia sering menyendiri sejak separuh jiwanya di Aquarez.

Di dalam video, hanya ada Tian dan Luna seperti dua orang sedang ke pantai. Tidak ada chemistry antara mereka berdua, hanya kedekatan sepasang teman. Namun yang menarik perhatian adalah bagian tengah menuju akhir saat Tian saling pandang dengan sesosok berambut panjang.

Dita mendekatkan wajahnya ke layar, ditatapnya lekat-lekat tampilan itu. Video menampilkan adegan wanita sedang menatap wajah Tian setengah badan di tengah pantai kemudian meluncur ditelan ombak. Manusia bangsa mana yang bisa langsung berenang di tengah laut tanpa alat bantu?

Selain itu Tian juga bukan perenang yang baik setahu Dita. Tian lebih lihai menelusuri daratan. Baru kali ini dia melihat Tian selihai itu berenang di air. Aneh sekali. Iapun mulai mengetik di kolom komentar.

*Tian kok pinter banget renangnya?

Gayung bersambut, Luna sedang online, tak lama ada balasan dari Luna.

*Iya, akupun takjub

Obrolanpun mengalir via kolom komentar sampai Dita bisa mendapat direct message dari Luna.

*Ayo bikin konten bareng!

Sebuah pesan langsung dari Luna membuat mata Dita terbelalak. Perhatiannya teralihkan dari Tian karena Luna orangnya asik diajak ngobrol. Dita tersenyum, ia tertarik juga ikut ngonten bareng Luna.

"Tian, sampai kapan kamu seperti ini?" Kepala Dita tertunduk lesu. Entah cara apa lagi yang bisa ia gunakan untuk membuat Tian kembali seperti dulu. Ia masih merasa kalau petualangannya saat ini buntu, tidak ada jalan keluar. Harus dengan cara apa lagi ia bisa mendapatkan hati Tian kembali?

******

Sementara itu dalam sebuah dimensi bawah air, ada sebuah induk kerajaan besar yang ada dalam air dipimpin oleh dewi Searosa yang menguasai seluruh kerajaan dalam air. Kekuatannya begitu besar, ia adalah pimpinan dari semua pemimpin kerajaan dalam air.

Seekor siren bernama Melody yang bertemu Tian membawa kabar ke telinga sang dewi. Ia adalah salah satu dayang kerajaan. Begitu ada keanehan, ia langsung mengadu pada dewi Searosa. Dewi berada di kursi tinggi sembari mengawasi gerak-gerik penghuni kerajaan.

"Wahai Dewi, aku melihat orang itu sangat aneh, jiwanya tidak utuh seperti tertinggal di suatu tempat," ujar Melody.

"Sebentar, aku masuk ke dalam memorimu."

Kekuatan dewi sangat besar hingga dia bisa masuk ke benak siren Melody. Ia selami memori itu sampai tergambar wajah tampan nan berkulit pucat.

"Dia adalah manusia setengah ikan yang ada di danau," jawab sang dewi setelah membuka mata.

"Danau?" tanya Melody.

"Semua ini terjadi karena wanita pemberontak bernama Sera," ujar Sang Dewi. Matanya nanar menatap lurus ke depan.

"Sera siapa, Yang Mulia?" tanya Melody.

"Dia ada sebelum kamu lahir di lautan," jawab sang Dewi.

"Dia keluar kerajaan?"

"Aku jadi ingat saat dayang-dayangku menemukan jalan hidup berbeda di dunia manusia," Dewi tidak menjawab pertanyaan Melody. Dia masih ingat momen pertengkaran dengan Sera kala itu.

"Jadi kita bisa keluar dari dimensi ini?" tanya Melody.

"Bisa," Dewi Searosa menjawab pasti. "Dahulu ada Sera, Odetta, Phania, dan Kristal yang merupakan teman sepermainan sampai mereka menemukan jalan masing-masing. Mulai dari Sera yang berambisi membentuk kerajaan sendiri. Aku melarangnya karena tahu karakternya sangat labil. Sera marah sampai berperang denganku selain itu ada kesalahannya yang tidak kumaafkan. Aku tidak bisa bercerita banyak selain intinya laki-laki yang kamu lihat itu adalah mangsa dari Sera."

"Kenapa Dewi tidak ke danau?"

"Aku ingin Sera kembali dengan rasa hormat padaku. Aku tidak ingin mengemis padanya," ujar sang Dewi.

"Sungguh cerita luar biasa," ujar Melody.

"Melody, jika nanti kamu ingin menempuh jalan berbeda, tolong dibicarakan dengan baik," pesan sang Dewi. Masih dalam benaknya terlukis sepotong kisah di masa lalu saat dia bertemu dengan salah satu dayang-dayang dari dunia manusia

Pada suatu malam yang dingin, gelap, dan sunyi seorang wanita muda meletakkan bayi perempuan berusia seminggu di pinggir pantai laut selatan.

"Nak, kamu baik-baik ya? Semoga ada orang baik yang menemukan kamu," ujarnya dengan suara serak. Terdengar senggukan tangis meratapi perpisahan dengan bayi tersebut.

Wanita itu, dia bernama Christine, tengah menyesali perbuatannya. Ia berpacaran kelewat batas sampai akhirnya hamil tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia melahirkan dengan bantuan dokter yang amat baik. Bu dokter itu menjaga privasi Christine rapat-rapat tanpa ada pertanyaan ingin tahu. Tentunya dokter sudah paham apabila ada perempuan tanpa suami memeriksakan kehamilannya. Namun sayangnya, amanat dokter untuk merawat bayi tidak berdosa itu tidak Christine hiraukan. Dia malah membuang bayi itu di pinggir pantai dengan harapan akan ada yang mengadopsinya.

Perkiraan Cristine tidaklah meleset, tak lama setelah ia pergi ada yang mengambil bayinya.

Kau pikir siapa yang mau mengambil bayi malam-malam? Manusia?

Tentu tidak.

Dewi Searosa alias penguasa sepanjang pantai mengambil sang bayi. Ia memberi kekuatan untuk bayi perempuan itu bisa bertahan hidup dalam kedalaman lautan.

Dengan segenap kesaktian, dewi bisa menggendong bayi itu meskipun mereka berbeda dimensi.

"Kasihan, Nak. Bayi tanpa dosa ini jadi korban kebiadaban manusia. Kamu akan kuberi nama Odetta, seperti namaku sebelum menjadi penguasa pantai selatan."

Odetta tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Matanya tajam, hidungnya bangir, rambutnya panjang jatuh hampir sepantatnya. Dia menjadi dayang kesayangan Dewi Searosa. Lautan adalah tempat yang begitu damai untuk ditinggali. Tentunya ia tidak tinggal bersama ikan-ikan dan biota laut lain. Ada satu dimensi berbeda yang tidak bisa ditembus makhluk laut. Dimensi itulah yang menjadi tempat tinggal Odetta.

Semua berjalan sangat damai sampai sang dewi memerintahkan Odetta untuk lahir kembali.

"Odetta, anak cantikku."

"Iya bunda," jawab Odetta.

"Ada seorang manusia yang meminta diberi keturunan kepadaku," ujar dewi.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Kamu akan terlahir kembali dari rahim wanita. Kesaktianku akan membuatmu kembali ke dunia manusia," kata Dewi.

"Yang mulia ratu, kenapa harus saya?" Odetta merasa berat.

"Kamu adalah putri yang aku dapatkan dari dimensi manusia, aku harus mengembalikan dirimu. Hanya dengan cara ini, kamu bisa kembali ke sana."

Ada sepasang suami istri yang menginginkan seorang buah hati. Mereka mengadu dan berteriak di pinggir pantai. Teriakan itu terdengar hingga ke telinga Sang Dewi sehingga dirinya iba lalu mengerahkan kekuatannya untuk memberi reinkarnasi dalam rahim sang istri.

"Baiklah, Bunda. Apapun keinginanmu," jawab Odetta.

"Bunda akan merindukanmu. Suatu saat, jika aku rindu, aku akan memanggilmu. Hanya untuk bertemu dalam sekali pelukan," tutup Sang Dewi.

Namun sayangnya, ingatan Odetta atas lautan yang indah dan kehidupannya dalam laut hilang bersamaan dengan berpindahnya raga ke rahim ibunya. Dan Odetta memulai hidup baru saat dia lahir kembali.

"KENAPA HANYA ODETTA YANG PINDAH KE DIMENSI MANUSIA?" bentak Sera di hadapan Sang Dewi. Tak kenal hormat, ia menunjukkan rasa iri pada Odetta.

"Sera, kamu berasal dari alam jin jadi aku tidak bisa menjadikanmu manusia," Dewi menahan amarahnya.

"Nggak! aku bosan tinggal d sini."

Bagaikan anak kecil, Sera merengek minta pindah tempat. Betapa tidak bersyukurnya ia dapat kesempatan tinggal di dalam laut yang indah dan nyaman.

"Kamu bersabarlah, di sini nyaman," Dewi membujuk agar Sera tetap di laut.

"Nyaman? Aku tanya kenapa hanya Odetta? Kenapa kami dipisahkan?" Sera sesungguhnya iri pada Odetta karena bisa kembali ke dunia manusia.

"Karena kamu terlalu penuntut!" Dewi mulai marah, ia menyalurkan petir dari trisula yang ia miliki.

"Aw!" pekik Sera. Ia memegang perut sebelah kiri yang tersengat petir trisula.

"Dewi sialan!" umpat Sera.

"Kamu ingin jadi manusia?" tantang Dewi Searosa.

"Kalau iya kenapa?" tantang Sera.

"Kamu punya kekasih manusia, bukan?" tebak sang Dewi. Kesaktian sang Dewi membuat dirinya tidak bisa dibohongi. Sera menyamar menjadi manusia untuk bisa menjalin kasih dengan orang biasa.

Jadi akar dari masalah ini adalah .... kekasih manusia?

Bersambung...