Chereads / Queendom in The Water / Chapter 22 - PQ - 22

Chapter 22 - PQ - 22

"Tengkorak ini entah milik siapa, yang jelas ada yang pernah mati di sini," jelas Peto, salah seorang detektif yang sedang menyelidiki kasus pembunuhan. Ada yang meninggal di danau santofe.

"Aku sengaja menyelam karena penyelidikan ini lalu aku menemukan tulang belulang ini jauh di dasar danau," ujar Arnold. Dia penyelam handal yang menjadi tangan kanan dari detektif Peto.

Virsha terdiam, dia nekat datang ke kantor detektif Peto karena penasaran dengan tulang belulang itu.

"Tapi apa itu tulang baru?" tanya Virsha.

"Sudah sangat lama, bentuknya sampai kering dan coklat seperti bongkahan kayu," jelas Peto.

"Hmm.." Virsha menghembuskan napas lega. Setidaknya bukan Dita, begitu pikirnya.

"Temanku hilang di sekitar danau itu," ujar Virsha.

"Hilang?" sahut Arnold.

"Iya, terakhir dia pamit ke danau Santofe."

"Yang hilang di situ biasanya cowok," ujar Arnold sembari melipir ke pinggir meja kerja Peto.

"Kok tahu?" tanya Virsha.

"Ada beberapa laporan masuk tapi kita nggak ambil kerjaan itu karena berhubungan sama makhluk yang sulit dijelaskan," jawab Peto.

"Sebab penghuninya jelas bukan manusia tapi juga bukan hantu. Aku pernah melihat portalnya tapi nggak bisa masuk," sahut Arnold.

"Lu kurang cakep kali, Nold!" ledek Peto.

"Iya kali, ya. Denger-denger yang diculik orang ganteng. Gue yang pas-pasan ini nggak mungkin dilirik," ujar Arnold.

"Tapi gue juga heran, kok si Dita bisa masuk sana?"

"Masuk mana?"

"Portal danau Santofe, gue aja kepental, ngga bisa masuk," ujar Virsha.

"Lo bisa liat portal itu? Indigo kah?" tanya Arnold.

"Indigo itu cuma klaim. Ngga ada alat ukurnya, lagian gue cuma ngerasa bisa lihat aja," sanggah Virsha.

"Lagian ngga logis juga indigo tuh," sahut Peto.

"Iya, yang jelas gue bisa melihat apa yang sulit dilihat orang lain," kata Virsha.

"Intinya gini, gue punya klien, dia kehilangan pacarnya sejak lima belas tahun yang lalu. Katanya dia hilang di danau Santofe, gue masih menggali lebih dalam soal ini," jelas Peto.

"Gue juga pengen tahu kronologisnya," desak Virsha.

Dengan berani, didorong rasa penasaran yang amat besar, Virsha datang ke kantor penemu tulang belulang di danau Santofe. Arnold & Peto detective. Mereka adalah anak muda yang berani mendirikan kantor detektif di Indonesia meskipun keberadaan mereka belum diakui oleh kepolisian. Dua pria nekat itu lulusan kriminologi salah satu universitas ternama di China.

Peto adalah detektif utama bertugas mengorek info sebanyak-banyaknya dari klien sedangkan Arnold adalah pemuda sejuta keahlian seperti menyelam, mendaki gunung, panjat tebing, melukis, hingga menyanyi. Mereka berdua saling kerja sama memecahkan kasus sekecil apapun. Mereka pernah menerima kasus perselingkuhan, dengan senang hati mereka memata-matai sang suami tertuduh selingkuh dengan biduan di tempat karaoke.

Berangkat dari klien yang mengadu perihal kekasihnya yang hilang, mereka menyelidiki sampe ke dasar danau hingga ditemukan tulang belulang. Kasus ini sudah ditutup oleh pihak kepolisian maka ini kesempatan Arnold dan Peto untuk menyelidiki semua.

"Masalahnya sahabat gue ilang juga sekarang," keluh Virsha.

"Banyak orang ilang, kita harus hati-hati," sahut Arnold.

"Kalau boleh, gue ikut terlibat dalam kasus ini. Gue pengen menyelidiki lebih dalam tentang danau Santofe," pinta Virsha.

"He?" sahut Arnold sambil melengkungkan senyum di sudut bibir kanannya.

"Masalahnya, Non. Kita baru merintis, ngga punya duit sebanyak itu buat nambah personil. Usaha detektif kita belum maju," ujar Peto.

"Nggalah, kita penyelidikan sebagai teman. Ngga perlu bayar membayar, kita makan bayar sendiri-sendiri, itung-itung biar rame, ada tiga kepala yang mikir," bujuk Virsha.

"Biarin aja, To. Ada pemanis di team kita," imbuh Arnold. Kapan lagi, dua bujang ditemani cewek manis selama penyelidikan.

"Oke Virsha, kita masuk di group chat," ajak Peto diiringi tawa senang dari Arnold.

Sementara itu jauh di dasar danau, Dita masih terpuruk di dalam penjara. Ia diam membisu masih dengan perasaan terombang-ambing seperti ombak di pantai.

"Nona," panggil Darren, pengawal pribadi Frans memanggil Dita di luar jeruji besi. Dita menoleh, sepintas ia pernah melihat Darren.

"Iya?"

"Nona, silakan keluar dari sini. Pangeran akan membawa anda ke suatu tempat," ujar Darren.

"Omong kosong, kembalikan aku ke dunia. Aku ingin menjalani hidup dengan tenang," tolak Dita.

"Dita, aku memang ingin mengajakmu kembali ke dunia manusia," Frans tiba-tiba datang di sebelah Darren.

"Frans!" tukas Dita kaget. Ia terkejut dengan teleportasi yang begitu cepat.

"Ayo, ikut aku ke tempatmu berasal," ajak Frans.

"Ayo, aku sudah tidak ingin berurusan dengan dunia aneh ini lagi," ujar Dita. Ia bergegas keluar dari penjara setelah jeruji besi dibuka.

"Ikut aku," kata Frans dengan tegas. "Aku juga ada urusan di sana karena energi Tian hampir habis, aku harus mengisinya jika tidak, puff, dia akan musnah," ujar Frans.

"Tapi tolong, berubah wujud jadi manusia karena aku ngga ingin kejadian di kost terulang lagi," tukas Dita. Frans mengangguk lalu mengiring Dita keluar istana. Tampak Elnorez sedang berjalan di korido kerajaan, entah mau ke mana.

"Tian," tanpa pikir panjang, Dita memanggil nama asli Tian.

"Di..." ucap Elnorez menggantung. Tidak sabar, Dita langsung berlari mendekati Elnorez.

"Ini aku, Dita!"

Sebelum mereka bertatap muka lebih dekat, Frans sudah menarik tangan Dita untuk menjauh.

"Frans, dia hampir ingat aku."

"Bersabarlah, daripada ratu bodoh itu mengetahui kelakuanmu."

Dita pasrah, dia hanya bisa mengikuti langkah Frans kembali ke dimensi manusia

Sementara itu tiba-tiba saja, danau Santofe sangat ramai dikunjungi orang sejak ada berita tulang belulang ditemukan itu. Bukannya takut, mereka malah penasaran. Belum lagi ternyata danau Santofe sangat indah. Suasana sendu menjadi sisi romantis dari Santofe padahal sebelumnya tempat ini sepi dan ada plang dilarang masuk. Frans dan Dita sudah berdiri di pinggir danau untuk memulai lagi petualangan mereka.

"Frans, kamu udah jadi manusia?"

Dita sedikit mencubit lengan bawah Frans. Ada sentuhan yang membuatnya sadar kalau Frans berubah wujud menjadi manusia

"Udah, kamu tenang aja. Kita sekarang menemui Tian untuk mengisi tenaganya."

"Kok kamu tahu tenaga Tian hampir habis? tanya Dita.

"Aku bisa merasakan saat tenagaku harus kembali didonorkan."

"Apapun itu asal Tian tidak musnah. Ngeri juga kalau aku tinggalkan karena sudah sejauh ini," ujar Dita.

"Terlanjur basah, mandi saja sekalian."

"Iya emang, kita bermain di kerajaan air," kata Dita. Namun beberapa detik kemudian datang seorang gadis yang tiba-tiba memeluk Frans dengan erat.

"Valdo!" panggilnya. Mata Dita terbelalak, ia bertanya-tanya dalam hatinya tentang gadis ini yang sepintas mirip Airi di Aquarez.

"Eh, kamu siapa?" tanya Frans dengan nada bingung. Gadis itu melepas pelukannya kemudian menjelaskan tentang dirinya.

"Udah lima belas tahun kamu nggak ada kabar, kamu dari mana?" tanya gadis itu dengan wajah sedih.

Siapa gadis itu???

Masih panjang ceritanya guys... Yuk baca yuk, mumpung masih gratis!!

DM : @nadyameisitha90