"Menurut Kamu, ini bagaimana?" tanya Andra sambil menunjak foto yang telah dia ambil pagi ini.
"Bagus kok, hasilnya keren dengan efek seperti ini," jawabku. Aku tidak menyangka ternyata hanya untuk menilai karya yang telah dia buat sampai dia mengajakku bertemu malam-malam seperti ini. "Jadi hanya karena ini Kamu mengajakku bertemu?" tanyaku lagi.
"Sabar, enggak kok. Masak hanya karena ini Aku memintamu malam-malam bertemu tanpa boleh diketahui Dion dan Nada," terang Andra.
"Terus apa?" tanyaku kembali.
Andra menunjukkan video yang telah dia buat. Video berisi foto-fotoku itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Hanya terdiam terpana seakan tak percaya.
"Hai … jangan menangis. Sebagus itukah sampai Kamu begitu terharunya?" potong Andra.
Aku menangis melihat video yang telah dibuat Andra untukku. Aku tak menyangka, ternyata hanya sesekali bertemu dengannya, banyak foto diriku yang berhasil dia ambil dan diabadikannya untuk video ini. Entah kapan dia mengambilnya, aku pun tidak menyadarinya.
Mungkin aku terlalu sibuk menutupi diri untuk memperhatikan Andra selama ini. Hingga menatap matanya saja aku sudah malu. Mungkin momen itu dimanfaatkan oleh Andra untuk mengambil foto-fotoku.
"Maksud kata-kata terakhir Kamu di video ini apa ya?" tanyaku merasa kurang yakin atas interpretasi yang kubuat.
"Intinya sih, Aku ingin lebih dekat denganmu," jawab Andra.
"Nembak?" tanyaku lagi mencoba memastikan.
"Lebih tepatnya aku sedang mengungkapkan perasaan, tapi belum berani mengajak pacaran. Jadi kalau diperbolehkan, Aku ingin mendekatimu secara terang-terangan. Aku ingin Kamu tahu maksud hatiku yang sesungguhnya," ungkapnya.
"Aku sih boleh-boleh saja, tapi Aku enggak janji juga ya hati ini akan berlabuh di Kamu atau malah aka ke mana," terangku.
"Iya, tidak masalah. Yang penting Kamu sudah membukakan pintu hatimu untukku. Jadi, Aku masih punya banyak kesempatan," kata Andra penuh yakin.
Aku tidak menceritakan tentang Dito pada Andra. Karena hubunganku dengannya saja sudah tidak jelas. Aku sudah mulai merelakannya dan membuka lembar baru. Siapa pun yang ingin mendekatiku selama aku pun nyaman terhadapnya, aku akan memberikan kesempatan itu untuknya. Dan Andra berhasil mendapatkan kesempatan itu.
Dia adalah orang pertama yang berhasil mencuri perhatianku setelah kepergian Dito. Aku tidak berani menjanjikannya banyak hal, hanya bisa mempersilakannya yang ingin mencoba mendapatkan hatiku. Menurutku Andra termasuk tipe yang aku suka. Karena sifatnya yang tidak banyak omong, tapi banyak memberikan bukti melalui tindakan yang dilakukan. Salah satunya apa yang telah dia lakukan malam ini.
Malam ini kami lanjutkan dengan saling bertukar cerita tentang diri kami masing-masing. Aku baru tahu bahwa dia sudah beberapa kali menjuarai olimpiade baik nasional maupun internasional selama sekolah. Pantas saja sepertinya aku tidak begitu asing melihat wajahnya. Ternyata kami sempat bertemu sebelumnya.
"Oh ya, jadi siang ini Aku sudah cerita tentang Kamu ke Sintia sahabatku. Dia setuju untuk segera bertemu denganmu untuk membicarakan tentang rencana proyek kerja sama kita tempo hari," kataku.
"Benarkah? Baiklah, atur saja pertemuan kita. Aku siap kapan saja untuk bertemu dengannya. Semakin cepat semakin baik. Karena siapa tahu itu akan menjadi ladang penghasilan baruku nantinya," harap Andra.
"Aamiin … semoga rejeki ya, Ndra," balasku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB sehingga aku memutuskan untuk undur diri. Andra pun sependapat denganku dan menghakhiri obrolan kami malam itu. Setibanya di kamar, Nada sudah menantiku bersiap untuk menginterogasi. Karena dia tahu bahwa aku tidak sedang pergi jauh dengan baju yang aku kenakan. Tidak biasanya aku tidak mengatakan padanya, kemana aku pergi.
Nada bertanya, "Kamu habis pergi ke mana? Kok tumben banget pergi tanpa bilang-bilang?"
"Aku pergi sebentar kok, cari inspirasi di bawah. Masak baru ditinggal sebentar sudah rindu saja," candaku.
"Aku serius, jangan bilang Kamu lagi ketemuan ya sama Andra. Ayo lo ngaku," ledeknya.
"Ih, kepo deh! Sesekali boleh dong Aku punya rahasia darimu," candaku.
"Oh, jadi sekarang Kamu gitu ya sama Aku. Mentang-mentang sudah dekat dengan Andra terus Aku jadi dilupakan," sindir Nada.
"Aduh cemburuan banget sih, Sayangku. Lagian siapa juga yang bilang Aku habis ketemuan sama Andra? Sok tahu banget deh Kamu," kilahku.
"Awas ya kalau bohong. Enggak usah kucing-kucinganlah kalau memang Kamu dan Andra lagi pendekatan. Karena biar kita bisa double date sekalian," pinta Nada.
"Siap, Bos!" seruku. Aku tidak ingin Nada tahu tentang pertemuanku dengan Andra malam itu. Pun dengan Andra yang tidak ingin Dion mengetahuinya. Karena belum-belum, mereka akan berisik meledek hubunganku dengan dirinya. Kami hanya ingin kedekatan kami terasa lebih alami tanpa desakan.
Sebelum menutup mata, aku masih sibuk melanjutkan obrolanku dengan Andra melalui ponsel kami. Video buatannya yang telah kusaksikan dikirimkannya juga melalui surat elektronik. Aku melihatnya berkali-kali sambil memasangkan earphone pada kedua telingaku, takut terdengar oleh Nada yang saat itu tengah berbaring di kasur sampingku.
Melihatku senyum-senyum sendiri, Nada mulai penasaran dan bertanya, "Kamu lagi nonton apa sih, kok dari tadi seyum-senyum terus?"
"Enggak, ini lo Aku lagi nonton drama korea (drakor). Romantis banget deh ceritanya," kilahku.
"Wah, apa judul drakornya? Bagi-bagi dong kalau ada judul baru yang bagus," pintanya.
"Iya, nanti Aku kirim ya judulnya. Nanggung nih lagi asik, jadi jangan ganggu dulu ya," jawabku masih terus berkilah.
Akhirnya malam itu berlalu dan keesokan harinya aku masih chatting dengan Andra dari pagi hingga malam. Aku semakin dekat dengannya, sampai aku lupa mengatur pertemuan antara dirinya dengan Sintia. "Kapan ya sebaiknya Aku mengatur pertemuan Andra dengan Sintia?" pikirku. Ketika aku melamun sejenak, Sintia tiba-tiba menelepon dan berkata, "Yum, besok kira-kira bisa enggak Aku ketemu temenmu yang kemarin Kamu ceritain itu?"
"Kayaknya sih bisa, nanti coba kutanyakan dulu ya kepadanya," jawabku.
"Oke, nanti langsung kabari Aku saja ya. Untuk waktu dan tempatnya Aku ngikut saja. Kerjaan makin padat nih, jadi butuh bantuan segera," balas Sintia.
Aku pun langsung menghubungi Andra dan menyampaikan padanya tentang permintaan Sintia untuk bertemu besok. "Halo, Ndra. Besok Kamu ada waktu enggak? Sintia ngajak ketemu nih besok," ungkapku.
"Besok Aku bisa kok, kebetulan sedang tidak ada agenda. Mau bertemu di mana?" tanya Andra.
"Bagaimana kalau di Kafe Mawar jam 4 sore?" tanyaku kembali.
"Boleh, nanti kita berangkat bareng saja dari asrama. Atau mau berangkat bareng dari kampus saja?" ajak Andra.
"Dari kampus saja ya, kalau dari asrama enggak enak kalau ketahuan Nada atau Dino," jawabku.
"Baiklah, besok jangan lupa dandan yang cantik ya. Kan mau bertemu denganku. Tapi kalau pun enggak lagi dandan, Kamu sudah cantik sih," rayu Andra.
"Apaan sih, ngerayunya paling bisa deh. Aku mah memang sudah cantik dari lahir tau," jawabku mencoba mengimbanginya.
"Percaya deh, kalau enggak cantik mana mungkin Aku kasmaran sama Kamu, Ayumi." Dia kembali menggodaku.