Chereads / Sahabatku Mencintai Kekasihku / Chapter 12 - Bab 12 Tragedi

Chapter 12 - Bab 12 Tragedi

"Plak …." Tiba-tiba seorang wanita menghampiriku dan menampar pipiku. Kaget, syok, semua terasa campur aduk saat itu. Belum sempat aku menghampiri Nada dan Dion, Isabela sudah mendatangiku dan langsung mempermalukanku di depan umum.

"Dasar Cewek sialan!" makinya.

"Maaf, kenapa Anda tiba-tiba datang dan menampar Saya seperti ini?" tanyaku sambil memegang pipiku yang masih terasa perih.

"Sok suci, Lu! Eh, enggak usah ikut campur urusan orang lain ya. Urus tuh urusan Lu sendiri!" ucap Isabela terus memaki.

"Sumpah ya, kalau ngamuk yang jelas dong!" kataku yang mulai terbawa emosi.

"Lu pasti tahu Gue siapa. Jadi enggak usah pura-pura enggak tahu. Oke kalau Lu tetap mau pura-pura, Gue Isabela. Wanita dari laki-laki yang kemarin bininya ngamuk di depan sini, ingat?" tanyanya ketus.

"Oke, lalu hubungannya dengan Saya, apa?" tanyaku heran.

"Lu kan yang ngadu ke bininya kalau lakinya ada sama Gue?" tandas Isabela.

"Eh, jangan asal ngomong ya! Mana buktinya? Jangan hanya berdasarkan dugaan, Anda seenaknya nuduh-nuduh orang begini!" tegasku.

"Alah … sudahlah, enggak usah ngelak! Gue peringatin sekali lagi, enggak usah ikut campur sama urusan Gue! Kalau berani lagi ikut campur, habis Lu!" ancamnya.

"Pelakor mah pelakor saja! Ngapain pakai ngancam orang segala!" Aku kelepasan mengatai Isabela. Mendengar ucapanku, dia langsung mengguyurkan minuman yang ada di gelas dari meja dekatnya berdiri.

"Bangsat! Jaga omonganmu ya. Siapa suruh punya anak dariku? Harus tanggung jawab dong jadi Bapaknya! Enak saja mau enak-enak tapi habis itu kabur begitu saja. Kalau bukan gara-gara Kamu, jatah bulananku enggak akan terpotong, tahu!" Isabela memaki lagi dan keceplosan mengakui anaknya adalah anak dari om Danu.

Aku sudah tidak begitu kaget, karena dari awal aku sudah menduga bahwa anak Isabela memang anak dari om Danu. Setelah kepergian Isabela, Nada menghampiriku dan memelukku. Dia mengantarku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara, Andra menungguku bersama Dion.

"Huhuhu … Aku enggak ada cerita-cerita sama tante Lidya lo soal Isabela. Aku saja kaget kenapa tiba-tiba tante Lidya kemarin ada di sini," tangisku.

"Memangnya mereka itu siapa sih? Kok sampai segitunya Kamu mencari tahu soal Isabela? Kan jadi Kamu sendiri yang repot begini," tanya Nada penasaran.

"Nanti kalau Aku cerita, jangan cerita ke orang lain ya. Terutama ke Andra dan Dion," pintaku.

"Iya, Aku janji enggak akan cerita ke mereka. Ceritanya nanti saja pas sudah di asrama, sekarang yang paling penting Kamu tenangin diri dulu. Usap itu air matamu, ingus juga tuh sampai kemana-mana," ucap Nada mencoba menenangkanku.

Setelah aku mulai tenang, aku dan Nada kembali menyusul Andra dan Dion yang sudah menunggu kami cukup lama. "Sudah tenang?" tanya Andra yang terlihat cemas.

"Iya, sudah kok. Maaf ya, jadi nunggu lama," ucap permintaan maafku padanya.

"Enggak apa-apa, yang penting Kamu sudah tenang. Nih minum dulu." Andra memberiku segelas air putih yang sudah dia mintakan kepada pelayan sebelum kedatanganku.

"Terima kasih," ucapku sembari duduk di samping Andra.

"Sudah, tidak perlu dipikirkan terlalu berat. Nanti juga dia lupa sendiri. Lagi pula, Kamu memang tidak ikut campur dengan urusan wanita tadi, kan?" ungkap Andra.

"Iya, tante Lidya juga tahu sendiri kelakuannya. Bukan tahu dari diriku," ungkapku sedih.

"Sudah lupakan saja. Aku minta, Kamu juga jangan cari tahu lebih lanjut tentang hubungan mereka. Salah-salah nanti Kamu akan kena batunya lagi. Enggak tahu menahu tapi dilabrak lagi sama pelakor tadi." Andra mengingatkanku karena khawatir kejadian tadi akan terulang kembali.

"Padahal tadi Aku mau nyamperin kalian berdua. Niatnya sih biar surprise, terus hubungan Andra dengan Dito bisa baik lagi kayak dulu. Eh … malah Aku yang dapat surprise. Apes banget deh!" ungkapku.

"Enggak apa-apa, Kamu sudah berhasil membuat kami terkejut kok gara-gara kejadian tadi. Hahaha …," canda Dion mencoba mencairkan suasana.

"Hus … orang lagi sedih malah diajak bercanda!" tegur Nada pada Dion.

"Enggak apa-apa, biar Aku enggak sedih berlarut-larut kata Dion." Aku membela Dion. Aku tahu mereka sangat perhatian dan bahkan penasaran dengan apa yang telah terjadi padaku. Tapi aku belum siap jika semua tahu tentang masalahku. Andra sebenarnya sudah kuberi tahu, tapi hanya sebatas siapa tante Lidya dan om Danu.

Andra belum tahu bahwa hubunganku dengan Dito sebenarnya masih menggantung. Dan sejujurnya, perasaanku untuknya masih cukup besar. Sampai-sampai aku ragu untuk menerima Andra menjadi kekasihku.

"Yum, jadi cerita soal tadi, enggak?" tanya Nada yang telah cukup lama menahan penasarannya.

"Oh iya, kupikir Kamu lupa. Hehehe … jadi laki-laki yang sama Isabela itu adalah papa dari … apa ya sebutannya, mantan?" ungkapku sambil bingung memikirkan istilah apa yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan antara aku dengan Dito.

"Mantan?" tanya Nada masih merasa heran.

"Iya, jadi Isabela itu wanita simpanan papanya mantanku. Aku enggak tahu, harus bilang Dito itu mantan atau apaku. Karena jujur, Aku belum sepenuhnya melupakannya," ungkapku pada Nada.

"Dito? Tunggu dulu, jadi Andra bukan satu-satunya di hatimu?" tanya Nada penasaran.

"Lebih tepatnya, Andra membantuku move on dari Dito. Sebenarnya Aku belum benar-benar putus darinya, tapi memang sebelum pergi ke Belanda, dia sudah memintaku untuk bersama laki-laki lain saja. Meskipun nantinya dia juga akan merebutku kembali setelah kembali lagi ke Indonesia." Aku bercerita pada Nada.

"Hah, masak ngomong seperti itu?" tanyanya heran.

"Ya begitulah, Aku juga bingung kenapa dia ngomong seperti itu. Padahal Aku sudah bilang padanya akan setia menunggunya, tapi malah diminta sama laki-laki lain saja," ungkapku.

"Jangan-jangan itu cuma alasan dia saja karena ada cewek selain dirimu," celetuk Nada.

"Nah, itulah! Kemarin dia beberapa kali update story sama cewek lain. Padahal jarang banget dia update status gitu di sosmed!" ungkapku kesal.

"Nah, benarkan? Ya sudah, jangan pikirin dia lagi! Fokus saja sama Andra. Kurang apa coba dia? Kalian juga terlihat sangat serasi!" sanjung Nada.

"Iya, Kamu benar. Aku harus lebih fokus sama Andra. Keburu dia lari ke cewek lain nanti. Menurutmu gimana ya, apa Aku cepat-cepat saja meresmikan hubunganku dengannya?" tanyaku.

"Ide bagus! Toh kalian juga selama ini sudah seperti pacaran. Jadi, nunggu apa lagi?" ungkap Nada.

"Tapi dia juga masih terkesan menunda gitu, Nad. Masak Aku nembak dia duluan sih? Ogah ah!" kataku enggan.

"Ya main kode-kode saja, Yum. Masak dia enggak peka sih? Kayaknya sih Andra itu tipe cowok peka. Jadi, coba saja!" saran Nada.

"Boleh juga idemu. Baiklah, besok Aku coba kode dia deh. Siapa tahu kan dia menangkap maksud hatiku," balasku.

"Nah, gitu dong. Semangat ya, Nad! Kalau perlu nanti Kamu lebih agresif saja pada Andra," kata Nada.

"Ogah ah ... itu mah Kamu yang demen agresif-agresif gitu. Kalau Aku kan malu-malu kucing sukanya," jawabku menampik.

Di tengah percakapanku dengan Nada, Dion menelepon Nada. "Nad, Kamu lagi sama Yumi?" tanya Dion.

"Iya, ini Yumi di sampingku. Kenapa memangnya?" Nada bertanya kembali pada Dion.

"Bisa ke sini sekarang? Andra kecelakaan parah. Sekarang sedang di ICU," terang Dion. Belum sempat masalah satu selesai, masalah lain muncul lagi. "Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" tanyaku dalam hati.