Bima Mahardika berdiri tegak menatap wisatawan lalu lalang di jalan yang terkenal Promenade Des Anglais pada akhir pekan.
Menunggu telepon dari seseorang. Lima menit berlalu, dering gawainya berbunyi.
Seseorang yang telah dinanti memberi suatu kabar penting untuknya.
"Allo Steven, kau dapat informasi yang aku butuhkan saat ini?"
"Tenanglah bro, dua orang kau cari memang ada di sini. Keduanya terlihat di Nice sejak kemarin, dan menginap di Villa Saint Tropez!"
"Villa Saint Tropez? Bagaimana bisa Michael dan Ayu ada di sana, kediaman siapa itu?"
"Entahlah! Pengawal mereka begitu banyak mengelilingi villa tersebut. Kawasan cukup pribadi dan mahal. Michael memiliki keluarga penting di sana!"
"Kau tahu kemana mereka hari ini?"
"Mereka tak jauh darimu, Colline du Chateau istana tua dekat Nice. Informan milikku terus mengikuti sesuai perintahmu."
"Good! Aku akan segera menghabisi mereka karena mempermalukan diriku dua kali, sudah tiba saatnya membalas dendamku!"
"Hey! Jangan lupa penuhi janjimu, membayar semua informasi ini!"
"Okay, Merci Steven-!"
Bima mematikan sambungan percakapannya. Mulai mengetik pembayaran rekening Steven.
Informasi tak murah tapi sangat berharga baginya.
Ia tiba di kota Nice setelah menerima kabar tentang dua musuhnya.
Dari Paris terus melacak ke sini, hingga bosan menunggu berita darinya lagi.
Tapi pagi ini sungguh keberuntungan datang mendukungnya.
Mereka berada di waktu dan tempat yang sama!
***
MONACO
Negara kecil yang penduduknya memiliki penghasilan tertinggi di dunia, hanya 30 menit dari kota Nice yang berbatasan langsung.
Monaco, negara kaya raya dari sumber hasil pariwisata, casino Monte Carlo, balap mobil formula one, yacht show terkenal di dunia.
Mengunjungi istana kerajaan, dan menyusuri museum Oceanografi.
Michael terus menggenggam tangan mungil mantan istrinya melupakan sejenak tentang permusuhan, menikmati suasana liburan akhir pekan berdua di Perancis Selatan.
Sengaja Michael membawa Ayu ke Monaco lebih dulu, sebelum kembali ke kota Nice mengunjungi tempat menarik lainnya.
Satu kali perjalanan menuju Monaco melewati beberapa kota termasuk Cannes, lepas keluar dari Saint Tropez.
Kota Cannes sering mengadakan festival film begitu terkenal di seluruh dunia.
Ayu berhasil menikmati perjalanannya, di pagi hari yang cerah usai sarapan tadi bersama Michael dan sepupunya yang menyebalkan, Marc Maretta.
Beberapa jam di Monaco terasa sudah cukup baginya. Kemewahan, keindahan terbentang dimana-mana.
Kini pria itu membawa ke Nice mengunjungi Colline du Chateau.
Castle of Nice, benteng yang digunakan untuk keperluan militer. Dibangun di atas bukit. Istana ini berdiri menghadap ke teluk Nice, sejak abad ke 11 hingga 18.
Ayu tak banyak bicara. Membiarkan Michael mengemudikan mobil, sesekali pria itu sibuk menyalakan rokok, matanya fokus menatap aspal jalanan.
Ia tak ingin memulai pertengkaran, satu hari ini hanya kekaguman keluar dari mulutnya.
Tiba di Colline du Chateau, berdua beriringan menyusuri taman, air terjun dan akhirnya tiba di suatu tempat yang indah menakjubkan.
Teluk Nice membentang di hadapan mereka. Dan tak jauh darinya negara Monaco begitu dekat terlihat, telah mereka datangi tadi.
Ayu tahu sikap Michael ingin terus melindungi dirinya. Tapi terus menolak perhatian darinya.
Tinggi tubuhnya tidak sampai sebahu mantan suaminya. Michael memiliki postur tinggi 185 cm.
Hanya sepatu boots dipakainya mengimbangi pria itu. Hawa panas terasa di belakang tubuh Ayu.
Michael berada tak jauh punggung mantan istrinya, ikut menikmati momen bersamanya.
"Teluk yang indah, sebiru matamu Michael!"
"Akhirnya kau bisa mengatakan hal yang baik tentangku juga, Ra!"
"Sebaiknya aku tarik kata-kata itu lagi, jika kau memaksa!"
"Kita hentikan permusuhan ini untuk sesaat. Apa kau tak senang menikmati kota ini bersama diriku?"
Suaranya begitu jelas di telinga Ayu, jarak Michael terlalu dekat hingga ia mampu mendengar deru nafas memburu.
Hanya satu yang belum dilakukan oleh pria itu, memeluk dirinya.
Merde - Sialan!
Ayu berusaha bergeser dari posisinya, naas baginya Michael langsung mengukung tubuhnya.
"Berhentilah berlari, Ra!" Bisikan pelan, tapi begitu kuat mengancam.
Kini Ayu berdiri kaku.
Pikirannya buntu, membeku. Pesona pria itu memang tak pernah hilang.
Aroma tubuhnya begitu wangi mengingatkan saat ia pernah dalam pelukannya di malam mencelakakan semuanya.
Kelopak mata Ayu terpejam, dan berusaha menghilangkan kenangan lalu. Mengusirnya pergi jauh.
Michael membantu Ayu pulang, saat sedang linglung dan bingung akibat minuman yang dicekoki oleh teman-temannya.
Tapi mereka tidak pulang malam itu. Satu kesalahan besar 10 tahun lalu yang terus membawa akibat di masa sekarang.
Alexander Prasetya Nugraha di perebutkan oleh mereka berdua.
Kecupan pelan di kening, membangunkan dari lamunan. Michael Putra Prasojo memuji.
"Kau cantik jika sedang diam atau cemberut padaku. Aku tak bisa melupakan wajahmu, walau sebulan meninggalkanku!"
Tubuh wanita itu bergerak, gelisah. Michael menyukai gesekan punggung mungil itu di dadanya.
Rara, memang istimewa!
Masih menjadi daya tarik hatinya walau 10 tahun tak pernah bertemu dirinya.
"Katakan padaku, mengapa kau tak memilih menikah lagi setelah surat perceraian datang? Kau bebas mencari pria baru yang lebih baik dariku saat itu!" cecar Michael penasaran.
Ya, jika itu semudah yang dipikirkan kaum pria, seenaknya mencari ayah pengganti Alex seperti membalikkan tangan.
Tidak pernah bagi Ayu sedikit pun tergerak hati menikah lagi.
Pria yang pernah menyentuh hanya Michael Putra Prasojo!
Butuh proses yang amat panjang sampai Ayu berhenti berkelahi dengan hatinya.
Satu dua tahun, putranya Alex membuatnya sibuk. Dan Michael pun berlalu begitu saja di benaknya.
Pria itu tak pernah kembali menengok, atau mencukupi kebutuhan putranya.
Ayu juga sudah selesai menangisi hari-hari buruknya seiring Alex terus berkembang menjadi penghibur hati yang kelam.
"Aku tidak butuh siapa-siapa lagi, bagiku Alex sudah lebih dari cukup! Kau sudah memberi pelajaran berharga dalam hidupku, tidak mungkin menyesali semua peristiwa terjadi pada kita berdua."
Michael sangat terkejut.
Kata-kata mantan istrinya, bukan tentang penyesalan atau pun kepasrahan.
Tapi sudah menerima dengan tegar, ikhlas dan tulus hati.
Pantas Ayu sangat tak antusias seperti kaum wanita lain yang sering memandang Michael lebih sebagai pria idaman, jutawan, tampan.
Julukan membuatnya bertambah angkuh, menyembunyikan kepalsuan hidup yang sebenarnya.
Ayu Saraswati sangat mengenal dirinya, menyimpan keburukan Michael dalam 10 tahun ini.
Jika Veronica tidak membuka mulut busuk di pernikahan mereka yang gagal total.
Ia tak akan tahu wanita mungil itu mantan istrinya. Dan melarikan diri darinya agar tak ada satupun yang tersakiti lagi.
Sungguh Michael menyesal!
Jarak mereka seperti matahari dan rembulan, berkejaran di saat pagi dan malam, tak akan pernah bersatu sampai kapanpun jua.
Namun bukan Ayu yang menciptakan jarak di antara mereka.
Michael Putra Prasojo yang membuat pagar kokoh dan berduri, menyingkirkan istri dan anak itu mendekati dirinya.
Mereka tidak pernah mengharapkan apa-apa lagi. Bahkan nyaris telah melupakan dirinya!
***